Kamar 9: Jatuh

22 4 0
                                    

Defisini jatuh pada pandangan pertama sesungguhnya. Kamu merasa duniamu terpusat padanya, bahkan pemicu kecil yang membuatmu teringat padanya akan membuat tersenyum lebar, semestanya berada di dia.
- Rian

Sektor 3

"Jatuh cinta itu gimana rasanya?"

Rian dan Vrano terperangah mendengar pertanyaan yang meluncur dari bibir Fawaz. Apa mereka tidak salah dengar? Seorang Fawaz yang anti cewek tiba-tiba bertanya demikian.

"Bismillah, siapa kadiye?" Vrano mengulurkan tangan ke arah Fawaz dan memasang tampang seriusnya. Matanya menajam bermaksud mengintimidasi sosok yang merasuki Fawaz.

"Gue ambil air dulu!" Rian berkata heboh, sampai melempar kartu reminya. Meski baru beberapa hari sekamar, mereka sangat kenal bagaimana tabiat seorang Fawaz.

"Sinting!" maki Fawaz pedas.

Vrano dan Rian langsung kicep di tempat. Aura dingin Fawaz yang biasa dikeluarkan ketika berada di dekat orang asing, percayalah aura itu terasa mengintimidasi. Vrano saja sedikit ciut merasakannya.

"Jatuh cinta? Sakit dong." Rian berkata dengan raut seriusnya. Di hadiahi tatapan bertanya oleh Fawaz, sedangkan Vrano hanya menatap datar.

"Kok, bisa? Gue baca artikel katanya saat kita jatuh cinta itu buat seneng." Tatapan Fawaz benar-benar polos saat ini. Bahkan lelaki itu sampai membuka kembali artikel yang ia baca saat malam.

"Kan, jatuh A'a, yaa sakit sih." Rian berkata dengan wajah sok polosnya. Refleks Vrano menampolnya dengan kartu reminya karena kesal.

"Dengerin gue," titah Vrano mulai mode serius, "jatuh cinta itu ... Ketika lu berhasil muasin apa yang jadi hasrat lu."

"Hasrat?" tanya Fawaz tidak paham. Otaknya malah mikir yang tidak-tidak.

Vrano mengangguk mantap. "Dan puasinnya itu ke seseorang yang sekarang sering bertamu di hati kita."

"Emm, terus?" Rian kok tidak enak jadinya.

"Tunggu," ucap Fawaz masih tidak mengerti, "hasratnya gimana?"

"Misal, lu pengen banget cium dia dan lu berhasil mendapatkannya terus seneng. Nah, itu cinta."

"Goblok," maki Rian tidak lupa tawa ngakaknya yang mengudara. Sudah ia duga jawaban Vrano lebih naughty dari yang ia kira. Lagian apa-apaan itu? Bukannya itu cuman nafsu.

"Gila kalian!"

Itu suara Ikawa yang tengah belajar di mejanya. Meski menggunakan earphone lelaki itu tetap bisa mendengar percakapan aneh tiga kawan kamarnya. Rasanya ia geli sendiri mendengar jawaban buaya dan bad boy saraf yang jelas menyesatkan Fawaz.

"Hahh, kalian engga ada yang bener," ucap Fawaz lemas.

Tatapan Fawaz beralih pada Ikawa yang kembali berkutat dengan bukunya. "Menurut lu, Wa?"

Ikawa langsung menoleh ke Fawaz dengan ekspresi datarnya. Rian yang melihatnya hanya menghela nafas pelan dan menggelengkan kepala. Tau bagaimana tabiat sang sahabat yang benar-benar jauh dari kisah percintaan. Ikawa itu terlalu netral, jangan lupakan rasional serta apatisnya.

"Engga tau A, gue juga engga pernah ngerasain." Ikawa terlihat menerawang jauh demi mendapatkan jawaban untuk Fawaz. "Tapi kalau menurut saya, jatuh cinta itu rasanya diantara sakit dan seneng. Tapi mayoritas si seneng walau belum tentu kebales. Seseorang tiba-tiba jadi sering muncul dipikiran, kamu seneng waktu sama dia, kamu tiba-tiba kangen dia, kamu juga seneng banget ketemu dia meski sekedar menyapa, kamu pengen lama-lama sama dia. Mungkin itu?"

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang