Kamar 35: Hadirnya

25 2 0
                                    

Nina Isnina namanya.

Selain menggeluti bidang pengusaha sejak usia muda, Nina merupakan mahasiswi dari jurusan pendidikan.

Nina sangat suka anak kecil, untuk itu ia mempunyai cita-cita menjadi guru TK.

Usaha yang ia jalankan merupakan keisengannya saja. Meski ke dua orang tuanya menyarankan Nina untuk masuk jurusan bisnis, tapi Nina teguh dengan cita-citanya.

Nina sendiri punya mimpi untuk membangun sekolah gratis nantinya. Maka dari itu ia sangat menekuni jurusannya.

"Liat si Nina!"

Nina terkejut dengan teriakan di sampingnya. Seseorang yang teriak berdiri di sebelahnya menatap Nina dengan tatapan takjub.

"Buset, lagi urus bisnis nih, bro."

"Lim, jangan ganggu," tegur Saman yang duduk di depan Nina.

Alim yang berteriak itu mencebik lalu memperhatikan bangku samping kiri Nina.

"Si boneka belum datang?" Alim duduk di kursinya tepat di sebelah Saman.

"Chaky?" tanya Nina.

Alim mengangguk. "Gobith juga belum dateng."

"Tadi ber dua izin ke toilet." Saman menyahut tapi tetap fokus pada kerjaannya.

"Waduh, beda gender anjir!" Alim menggeleng tidak percaya.

Saman berdecak, lalu membalik tubuh. "Engga seperti yang lo pikirin."

Nina tertawa setelah itu, cukup terhibur dengan kelakuan teman kelasnya. Ada dua lagi, namanya Gobith sama Chaky.

Oke, untuk Chaky jangan ditanyakan kenapa namanya seperti itu. Pasti mengingatkan kalian pada sesuatu.

Yaps, ke limanya lumayan dekat setelah saling mengenal dalam orientasi kemarin. Terutama Alim yang mempunyai nama Aliman Kaser Syafarah.

Namun kata Saman yang kebetulan merupakan tetangga Alim dari mereka jabang bayi. Alim itu tidak sealim namanya. Malahan sangat spek setan. Mengenal hampir 19 tahun membuat Saman harus banyak beristighfar, kalau tidak ia bisa khilaf membunuh Alim nantinya.

"Jam pulang juga, mungkin pulang duluan," ujar Nina lalu mengamati jam tangannya. Memang jadwal di kelasnya telah selesai untuk hari ini.

"Aishh, Gobith paling PDKT." Alim menggeleng kepala tidak paham.

Saman kali meninggalkan kerjaannya. "Beda agama."

"Masyaallah, ketika bisa seamin namun tak bisa seiman." Alim mengucapkan dengan dramatisir, matanya menerawang jauh. "Di situlah ujian tertinggi dimulai dalam mendapatkannya. Antara berhenti atau jalan terus."

"ANJAY GUE KEREN!"

"BACOT!" Saman ingin sekali menjitak kebiasaan buruk Alim yang suka tiba-tiba teriak. Bahkan Nina tampak kaget.

"Tapi mereka emang susah, yah." Nina teringat kalau agama ke duanya memang berbeda. Gobith dengan kalung salibnya, sedangkan Chaky dengan tasbihnya.

Benar-benar ironi, padahal Nina rasa ke duanya cukup cocok. Apalagi Gobith definisi lelaki manis yang diidamkan para kaum hawa.

Nina jadi teringat si kembar Yossi jadinya.

Sampai notifikasi dari grup BKN TokPen mengembangkan senyuman gelinya. Pasti hal random akan terjadi di sana.

BKN TokPen

Zalwa: Ikan, ikan apa yang kasian

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang