Apa Inara pikir setelah Fawaz memberi peringatan seperti kemarin pada Hika perundungan akan berhenti?
Tentu jawabannya tidak! Hika tak sesabar itu dan butuh cara lain untuk memuaskan hasratnya pada boneka rusak yang selama ini selalu ia mainkan sampai saat ini. Hika tidak bisa melihat Inara bebas, bagaimana putus asa gadis itu sangat menaikan moodnya.
Salahkan diri Inara karena terlalu terlihat. Hika benar-benar tidak menyukainya entah dari senyum gadis itu, bagaimana orang sekitarnya, keluarga, dan semua tentang Inara sangat Hika benci.
Apalagi belakangan ini Inara semakin memperkuat dirinya. Hika tau alasan dibalik semuanya adalah roommate Inara yang selalu memberikan semangat terbaiknya. Bahkan membantu Inara mengasah mentalnya.
Hika tidak suka ini, namun ia memiliki senjata lain. Kebetulan sekali kamar 3 memang berisi anak-anak yang suka menyenggol kamar 4. Sehingga Hika punya patner terkuat di sini yaitu Mimin Firdaus.
Yah, kali ini Hika yakin Inara akan gentar ketika berhadapan dengannya dan Mimin karena Hika sangat tau. Mimin mampu membuat lawannya tak berkutik hanya dengan senyum miringnya. Sekali lihat Hika bisa merasakan aura gadis itu yang mencoba dominan.
Mereka berada di perpustakaan dan kebetulan Hika tau dari dua teman kelas Inara—mereka juga kacungnya Hika—gadis itu sedang di perpustakaan sendirian karena sedang mencari buku. Kesempatan bagus untuk Hika menyerangnya meski tanpa trio sahabatnya.
Dan benar saja Hika menemukan Inara sedang duduk menyindiri sambil memainkan ponsel.
"Here we go dear," ucap Mimin dengan senyum khasnya yang sangat menyebalkan.
Hika mengangguk semangat lalu mendekati Inara tanpa disadari gadis itu. Tepat di hadapannya sejenak Hika menyeru dalam hati, mengutuk si PGSD sebelum duduk di sebelahnya tanpa dosa. Diikuti Mimin yang duduk di sisi kiri Inara.
Membuat Inara tercekat, semakin terkejut saat menyadari orang di ke dua sisinya adalah Hika dan satu orang yang Inara tau sebagai musuh Zalwa dari SMA. Ia sontak berdiri sambil meningkatkan waspada, mengambil jarak.
"Wow mau kemana?"
"Bukan urusan kamu!" Inara ingin mengambil langkah panjang meninggalkan ke duanya, namun musuh Zalwa lebih cepat menghalangi. Memaksa Inara duduk kembali.
Alhasil Hika dapat merangkul Inara kasar, sampai mencekik gadis itu yang memberontak. Sedangkan gadis satunya berdiri di hadapan ke duanya dengan senyum tipis yang menyebalkan, sangat menggangu. Dari ekspresi mereka sudah jelas ke duanya berniat mengganggu Inara.
Muka yang ingin menemukan keputusasaan guna memuaskan kesenangan.
"Kalian rese banget!" Inara sadar Hika tak akan melepaskannya. Matanya melirik Mimin kesal dan Inara merasa Mimin lebih menyebalkan disini. "Aku engga suka kamu!"
Mimin sedikit terkejut namun hanya terkekeh saja. Sedangkan tangan Hika menjambak begitu saja rambut Inara sampai gadis itu terpekik dan kepalanya tertarik kuat.
"Kita juga engga suka sama lo terutama temen kamar lo yang sok jagoan!" sengit Hika perlahan memperkuat cengkramannya.
Inara matian menahan ringisannya, sebelah tangannya menahan jemari Hika agar akar rambutnya tidak terlalu tertarik. Memutar otaknya agar bisa menemukan cara keluar darisini. Masalahnya mereka berada di pojok ruangan, jadinya orang jarang ada yang lewat sini.
"Kalian beneran rese tau engga!" Inara menahan kekesalannya. "Ini udah kelewatan, engga cukup kemarin kak Fawaz—"
"Cupu ya bisanya dilindungi sama yang atas," cibir Mimin dengan nada pelan namun terdengar sangat mengganggu, "asal lo tau, lo yang sekarang ama yang dulu engga ada apa-apanya. Engga peduli seberapa banyak lo dilindungi terutama sama kak Fawaz, lo tetep sosok lemah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Dla nastolatkówMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...