Kamar 49: Suara Tak Diinginkan

7 1 0
                                    

Seperti biasa, pasangan muda-mudi bernama Ikawa dan Zalwa terlihat bersama pagi itu duduk di salah satu bangku kafetaria asrama yang lumayan sepi saat ini, terlepas pertengkaran kemarin yang membuat ke duanya bersitegang sengit.

Namun seolah tak terjadi apapun, ke duanya sarapan bersama setelah tak sengaja bertemu di pekarangan parkiran setelah menunaikan ibadah shalat Subuh di masjid kampus. Kali ini Ikawa yang mengalah dengan menyapa Zalwa yang sempat diam dan hanya memandang Ikawa datar, kemudian mengajaknya sarapan bersama. Berakhir di meja kafetaria dengan piring yang telah kosong isinya.

Kegiatan ke duanya hanya berbincang kecil sembari bermain ponsel yang sengaja mereka tukar. Ini idenya Zalwa sih, Ikawa untungnya tidak masalah karena kebetulan game yang disukai Ikawa ada di ponsel gadis itu.

Rutinitas seperti ini sudah biasa dilakukan ke duanya sejak dulu hingga sekarang. Mungkin jika Felicia dan Rian melihat mereka bertengkar akan bosan sendiri, karena sudah menjadi makanan sehari ke duanya. Malah aneh rasanya jika tak berselisih dalam sepekan, apalagi mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Anehnya masih bersama sampai sekarang. Dengan Zalwa yang selalu berlebihan memikirkan sesuatu dan Ikawa yang keras kepala jelas hubungan mereka cukup ricuh.

Tapi mereka berhasil bertahan dan memasuki empat tahun persahabatan. Ajaib memang, baik Felicia dan Rian mengakuinya.

"Wawa ihh ngga repost gue!" sungut Zalwa lalu dengan mandirinya merepost postingan pagi dari akunnya yang tag akun Ikawa. Ini juga sudah jadi kebiasaan bagi mereka. Ikawa juga cuek menanggapi.

"Wa, yang bener aja post gue yang ini kaga di like!" Zalwa dengan kelakuan kambuhnya, Ikawa yakin dapat membuat satu skripsi tebal hanya dengan mengangkat topik hal menyebalkan yang ada di diri Zalwa jika sikap mengganggunya kembuh.

Maka Ikawa memilih mengabaikan. Jika ditanggapi Zalwa hanya akan memberikan celotehan merepotkan lainnya yang bikin Ikawa pusing sendiri.

"Cih congek!"

Ikawa membiarkan dan hanya membalas dengusan pelan. Memilih membalik badan agar tak terganggu dengan keberadaannya. Sedangkan gadis Psikologi yang mendapatinya makin kesal, merasa diacuhkan, namun ia memilih kembali melihat sosial media sang lelaki.

Detik kemudian Zalwa hampir saja meletakan ponsel Ikawa karena puas melihat—terlebih ia tak menemukan hal aneh, cukup membuatnya lega—hingga satu notifikasi beruntun memancing kerutan di keningnya. Zalwa meliriknya, cukup melebarkan sepasang manik dimenit berikutnya disambut perasaan tak nyaman menyadari akun yang mengirim pesan beruntun pada akun Instagram Ikawa.

Bibirnya digigit pelan, perasaan bimbang menghantui lantaran tangannya mengambang pada layar antara ingin membuka atau memberitau si empu. Irisnya naik menatap sosok sang lelaki resah, menyorotnya lekat guna memastikan sesuatu jalan pikirnya yang ia akui cukup gila lalu kemudian dengan yakin meraih ponsel tersebut, membuka pesan yang masih muncul meski sang pemilik belum membalasnya. Sesaat Zalwa mencebik tak suka, merasa terganggu dengannya.

Nin.ii

|

Sumpah ya Wa lucu banget kan? Bayangin maket ini kita kerjain bareng, bisa jadi ladang cuan tuh
|Kemarin kamu liat reels yang aku kirimkan? Nah modelnya gitu, kamu pro pasti bisa
|Urusan bahan sih bisa aku yang handle, nanti rangkanya bisa kita atur bareng
|Eh liat nih aku lucu ya?
|(Nin.ii mengirim gambar)
|Ini aku dipameran tau, yang kuceritain kemarin besok-besok kita pergi bareng okay?
|Kamu kan seneng banget sm arsitektur😍
|Honestly, we have to talk, ayo ketemu wa! Ga seru ngobrol di IG
|Ada bnyk yg mau kutunjukin nihhh!
|Aku juga belajar masak loh waaa, sksksk kamu pasti sukaa

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang