Kamar 31: Day With Nina

14 2 0
                                    

"Saatnya keluar dari zona nyaman."
-Nina Isnina

Sektor 3

"Aihh, emang dah, gue seneng bisa deket sama dia." Nini berseru senang, wajahnya berseri dengan senyum lebar.

Nina jelas senang dengan hal itu meski ia sendiri tidak tau siapa sosok yang dimaksud kembarannya ini. Selagi Nini senang, Nina tidak masalah dan tidak akan terlalu ikut campur jika bukan Nini yang cerita. Siapa pun dia Nina akan sangat berterima kasih.

"Sejurusan?"

Nini mengangguk lagi, sedikit menggeser poninya yang menghalangi kening. "Iya, gue yakin cewek lain iri liat gue. Apalagi gue punya barang dia."

Nina mengangkat sebelah alisnya, merasa geli. "Apa itu?"

"Kuas."

Nina mengangguk-ngangguk, lalu menggandeng lengan kembarannya menyusuri jalan untuk keluar dari gedung fakultasnya. Biasanya Nini memang suka menemuinya, begitu pun sebaliknya untuk sekedar makan atau pulang bersama. Mereka juga akan bertukar cerita seperti ini meski Nini akan lebih dominan.

"Tapi agak nyebelin, sih." Nini langsung berwajah suntuk membuat Nina memperhatikannya. "Dia punya  temen cewek. Aishh, engga paham dia manja banget ama cowok ini! Dan lagi, bagi gue dia agak parasit, sih."

"Oh, ya? Mungkin perasaan lo ajah." Nina mencoba menetralisir keadaan. Tau betul kalau Nini sudah negatif pikirannya pasti akan beransumsi yang tidak-tidak.

"Nin, lu terlalu polos, belum waktunya lo ke dunia ini," kata Nini berdecak-decak.

"Tapi aku udah dijodohin sama Yossi."

Nini langsung terbungkam saat itu juga, perubahan terjadi pada ekspresi wajahnya. Terlihat sangat datar.

"Iya, bocah ingusan itu cukup freak buat lo." Nini membuang muka setelah mengatakan itu.

Nina hanya terkekeh tanpa mempedulikan perubahan pada wajah kembarannya. "Yossi baik, kok."

"Apaan sih," cibir Nini memutar bola mata malas, "tapi lu ber dua cocok."

Nina menatapnya.

"Sama-sama gampang dibodohin." Nini tertawa terbahak.

Padahal di sampingnya Nina terlihat tidak nyaman. Meski begitu Nina tetap tersenyum menanggapinya.

"Bercanda, engga usah baper—"

"LO BERANI?!"

Teriakan itu membuat ke duanya sontak berhenti melangkah. Lalu mereka refleks menatap ke sumber suara. Saat itu betapa terkejutnya mereka saat menemukan Hika, Jade, Sarah, dan Manda mengelilingi seseorang yang sangat ke duanya kenali, terutama Nina.

Nina yang paling panik di sini dengan rahang mengeras. Di sana Bilha Priyanka Inara terduduk mengenaskan.

Lagi, Hika dkk kembali mengusik kawan kamarnya itu. Degupnya berdetak cepat dengan cemas bersamaan amarahnya yang memuncak, Nina langsung melangkah cepat untuk mendekat.

Sebelum Nini mencengkal lengannya kuat dengan sorot kosong yang penuh makna untuk Nina. Di kuasai oleh emosinya yang dominan tidak menggetarkan Nina untuk menyentak Nina guna menolong Inara.

Entah sejak kapan, Nina berani melakukan ini.

Padahal ia tidak pernah menolak apapun perkataan Nini, meski itu harus merelakan seseorang untuk tidak ia tolong. Nina selalu percaya pada Nini, semua perkataan kembarannya itu akan membuat ending yang baik nantinya. Namun ini kali pertama dalam hidupnya.

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang