Malam menjelang pukul 12, kamar 4 sepertinya masih sangat sibuk dengan aktivitas mereka. Zalwa yang paling terlihat masih berenergi, bahkan seperti biasa dia mendominasi percakapan malam ini tanpa terputus topik. Sungguh hebat komunikasi Zalwa memang, gadis friendly yang mudah membicarakan apapun tanpa takut mati topik. Gadis ini juga cukup banyak bercerita, rangkaian kalimat yang keluar dari mulutnya mengalun begitu saja mengisi kesunyian kamar.
"Bayangin cuy, katanya ospek gue bakal ada jurit malam. Berarti kemungkinan bakal sampe malam dong kita. Kebayang engga sih capeknya?" Zalwa terlihat sangat tertekan, apalagi membayangkan jurit malam yang pastinya akan banyak drama di dalamnya semakin membuatnya tertekan.
"Ngapain pake ada jurit malam anjir, liat muka sendiri aja udah berasa horrornya." Shopee mangut-mangut.
Kiara yang sedang mengoles krim malamnya berdecih. "Muka lo emang horror Pe."
"Sialan."
"Ki, sekiranya lu diendorse bisa langsung kaya engga?"
Zalwa mulai lagi dengan pertanyaan absurdnya. "Mau instan kaya ya ngepet." Kiara beneran suka capek nanggapin asbun Zalwa, mana mereka seranjang.
Jadi PJ kamar mereka alias Felicia memutuskan untuk mengundi penempatan ranjang agar adil, dimana pengundian akan dilakukan sebulan sekali dengan alasan agar mereka bisa saling mengenal satu sama lain. Engga hanya berpaku pada orang itu saja, melainkan semua member kamar 4. Hasilnya adalah Kiara dan Zalwa di ranjang kiri, Felicia dan Inara ranjang tengah, terakhir ranjang kanan diisi Shopee dan Nina. Urutan penempatan ranjang atas dan bawah disesuaikan dengan nama penyebutan yang dimana nama awal menempati ranjang bawah sedangkan nama akhir di ranjang atas.
"Serius Ki, ini gue mau endorse lu."
Kia melirik malas ke arah Zalwa yang sedang duduk di ranjang Felicia sambil memainkan ponsel gadis teknik itu. "Berani berapa lu?"
"Gope cukup?"
"Cukup buat gedik lu," balas Kiara sewot, sontak mendapat tawa dari Zalwa dan Shopee.
Felicia hanya menghela napas pelan sambil membaca buku di meja belajarnya. Gadis itu memang sangat niat kuliah, bahkan telah meriview beberapa mata kuliah yang sekiranya akan dipelajari gadis itu nantinya. Sementara Inara di sampingnya terlihat serius memainkan ponselnya, sesekali mengigiti kuku jarinya cemas sambil memandang pintu. Felicia yang sadar kontan menutup bukunya, mendadak teringat dengan perkataan Fawaz.
"Kenapa Ra?"
Kalimat tanya Felicia seolah seperti mesin kejut bagi Inara hingga hampir menjatuhkan ponselnya, bahkan Inara memekik kaget, menatap Felicia. "Kenapa?"
Respon Inara mengundang kernyitan pada dahi Felicia. "Lo yang kenapa, kayak lagi mikirin sesuatu."
Inara menggaruk pipinya dengan ujung ponsel. Senyuman tipis terukir di bibirnya. "Ngga ada, cuman lagi nunggu info."
"Buat ospek?"
Keheningan menyapa begitu Inara bungkam selama beberapa detik. Barulah dia bersuara kemudian. "Semacam itu." Gerakan tangan Inara yang kembali membuka ponselnya membuat Felicia sadar kalau gadis ini tidak mau melanjutkan pembicaraan, artinya Inara tak mau Felicia mengulik lebih jauh dan ia mencoba menghargai itu.
"Fel, izin bentar keluar, mau ambil barang."
Bahkan Felicia tak sempat mengalihkan pandangan dari bukunya hanya sekadar melihat Inara yang langsung melesat pergi, keluar kamar dengan terburu. Bahkan gadis itu tak sempat membawa ponsel dan dompet padahal sebelumnya Inara masih memainkan ponselnya.
"Buru-buru banget." Nina yang sedang rebahan di kasurnya sampai bangkit karena terkejut dengan gerak-gerik Inara yang rusuh.
"Ketinggalan apa?" tanya Zalwa melirik Felicia serius. Sadar sepertinya ada yang tidak beres disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Genç KurguMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...