Ikawa Andreamis
Anak tunggal Andreamis dari Vardo Andreamis. Seorang pengusaha yang meliputi banyak properti. Dari kecil Ikawa sudah diajarkan perihal bisnis oleh Ayahnya. Vardo selalu mendidik anaknya dengan tegas agar mereka tidak lengah.
Kenapa mereka?
Karena Ikawa punya dua adik kembar angkat. Namanya Vanda Andreamis dan Vinda Andreamis.
Dalam dunianya, bersama orang-orang menyebalkan yang berstatus 'sahabat'-nya adalah keseharian. Namun Ikawa melupakan yang satu ini.
Selain para sahabatnya, ada sosok lainnya.
"Ganteng banget."
Ikawa tersentak, sampai kursi yang dikenakannya bergeser karena gerakan Ikawa. Bulu kuduknya meremang hebat, apalagi telinganya masih berdesir ngeri saat sesuatu bertiup hangat.
Irisnya bergerak memperhatikan sebuah wajah yang sangat dekat dengannya. Jantungnya berdegup kencang sekali karena ia tidak biasa menerimanya. Apalagi ia harus ekstra hati-hati dengan orang yang kini tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. Ikawa yakin sekali ia puas melakukannya.
Lagipula, ia merutuki kebodohannya, mengapa ia lupa kalau orang ini masih berada di kamarnya.
"Awa sayang, kenapa hm?"
Merinding, Ikawa ingin sekali lari dari sini sekarang. Karena terlalu lelah selepas mengajar, Ikawa lupa kalau ada Zalxa di kamarnya saat ini. Pulang-pulang ia langsung saja tertidur tanpa berganti pakaiannya. Dan pagi hari ini ia tidak menemukan keberadaan siapa pun lalu memutuskan untuk belajar.
Terlalu larut dengan materi yang ada, Ikawa jadi melupakan sosok kelainan ini.
Kakak tiri Zalwa Teodora Eugenia.
"Kaget," balas Ikawa sekenanya. Segera mengalihkan pandangan dari Zalxa, juga menggeser bangkunya. Ikawa semakin ngeri saat mendengar tawa renyah dari lelaki ini.
"Ayang Awa bisa ajah," kata Zalxa kembali mendekat Ikawa.
Inilah sehari-hari Ikawa jika berada di ruangan yang sama dengan Zalxa. Berusaha menghindar dari cengkrama Zalxa yang kelewat aktif itu. Bagaimana lelaki itu bertingkah selalu membuat Ikawa was-was. Ia juga bingung mengapa mau berkorban untuk menahan Zalxa di sini.
Padahal Ikawa bisa membiarkan Zalwa yang menangani Zalxa.
"Awa engga makan?" tanya Zalxa berkedip lucu, namun di mata Ikawa sama sekali tidak lucu.
"Nanti, Kak." Ikawa mencoba mengabaikannya.
Zalxa tersenyum. "Kakak."
Ikawa tidak menggubris karena sedang menghitung sesuatu.
"Tumben Awa panggil Kakak."
Barulah Ikawa mengangkat pandangan, menatap Zalxa. Hanya memperhatikan, sebelum mengulas senyum tipis lalu menatap bukunya lagi.
Zalxa tersenyum kecut. "Kacangin terus."
"Lagi belajar."
"Ganggu?"
"Iya."
Zalxa bersedekap. "Ayo kita makan."
Ikawa masih fokus pada bukunya, tangan itu menulis segala materi yang ada di kepala. Telinganya tetap mendengar celotehan Zalxa. Sebenarnya ia juga lumayan lapar.
Untuk itu matanya melirik jam di mejanya lalu menatap kembali pekerjaannya. Sepertinya istirahat sebentar tidak masalah.
Lagipula ia terlalu lama mengacangi lelaki ini, Ikawa merasa bersalah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...