"Saya hanya ingin kebahagian dalam hidup saya, entah bersama mereka atau individu."
Sektor 3
"Hmm, progresnya agak ngawur tapi ini pak Sosilo," keluh Budi tidak habis pikir mengapa ia memilih jurusan Informatika yang kelewat seru.
Felicia terkekeh mendengar keluhan Budi lalu menyuap mie ayamnya. Matanya kembali berkutat dengan materi di laptopnya. Selepas kelas mata kuliahnya, Felicia memang suka meriview kembali materi yang diberikan dosen. Kali ini ia ditemani Budi dan Dean bahkan.
Tiba-tiba saja kembaran Dein ini ingin bergabung dengan mereka, katanya mau ngebakso di mang Kasep. Yups, bakso langganan universitasnya ini memang selalu ramai pengunjung dari berbagai kalangan.
"Aduh, aduh panas!" Dean kelabakan saat menyicip kuah panas itu, buru-buru ia meminum es jeruknya.
Bahkan setelah minum pun, lidah Dean masih terasa perih. Budi sampai membantu Dean mengipasi wajah lelaki itu, prihatin.
"Pelan-pelan," kata Felicia dengan nada datar. Kali ini Dean terlihat biasa saja, tidak menunjukan gesture takut seperti yang sudah-sudah.
"Gue laper soalnya, pelajaran pak Sosilo cukup membuat otak capek." Dean yang menyengir menunjukan sederet gigi putihnya.
"Iya, bener banget buat lo Dean, ini ajah gue engga ada yang masuk ke otak." Budi mengacak rambutnya frustasi.
Felicia menggeleng kepala, merasa heran dengan tingkah kawannya ini. Jelas saja materi itu tidak masuk ke otaknya, karena saat itu Budi malah asik dengan Webtoon sampai ketiduran di meja. Beruntung bagi Budi karena pak Sosilo tidak melihat kelakuannya.
"Sini," ujar Felicia lalu beralih pada binder Budi.
Ringisan keluar dari bibirnya saat melihat coretan di lembarnya. Astaga, bagaimana Budi bisa paham kalau isi bindernya saja 30% catatan, sisanya adalah coretan gabut Budi.
Tapi Felicia akui kalau Budi cukup jago dalam menggambar. Lalu mengapa lelaki ini tidak masuk DKV atau Arsitek saja?
Mungkin akan ia tanyakan nanti.
Felicia mulai menjelaskan kembali materi yang ada. Bahkan Dean sembari menyuap baksonya ikut menyimak penjelasan Felicia. Ia sedikit takjub dengan cara Felicia mengajarkan, langsung ke point intinya namun disesuaikan dengan penjelasan yang dapat diterima orang yang diajarinya.
Vibe Felicia terasa berbeda ketika ia menjelaskan materi, terkesan ramah sehingga baik Dean maupun Budi betah mendengarkan sampai mereka tidak ragu bertanya soal materi lainnya. Felicia membuat belajar terasa candu karena mereka langsung paham setelah dijelaskan dengan rinci.
Itu berlangsung sampai Budi menambah mangkuk ke tiganya. Bahkan Dean sudah meminum 3 gelas es jeruk. Felicia bahkan baru menyelesaikan makannya, air putihnya pun baru diminum setengah olehnya.
"Anjirr, udah jam setengah enam cok." Dean menutup bukunya cepat, lalu memasukannya ke dalam tas. Beberapa lembar kertas juga Dean lipat tanpa peduli rapih dan menyelipkannya di kantung tempat botol minum. "Dein ada UKM dan setengah jam lalu udah pulang!"
"Anjir, jadi lo ikut kita sambil nunggu Dein?" tanya Budi.
Dean mengangguk cepat, mengambil uang pas untuk ia bayar. Setelah pamitan Dean menghampiri mang Kasep untuk menyerahkan uang, lalu lelaki itu bergegas keluar dari warung menuju parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...