"Inem gue duluan," ucap Felicia setelah siap dengan setelannya untuk kuliah pagi ini.
Hanya tersisa Inara di kamar 4 di pagi ini. Jadwal mata kuliahnya baru ada jam 10 nanti, sehingga di waktu senggang yang ada Inara manfaatkan dengan scroll Instagram. Meski berada di satu fakultas yang sama dengan Nina, Inara memiliki jadwal yang berbeda. Prodi mereka juga beda.
Sebenarnya ia bisa saja bersama Zalwa, namun sampai detik ini tidak ada yang tau keberadaan Zalwa. Terakhir Felicia mengabarkan kalau Zalwa sakit dan harus dirawat, kalau tidak salah sahabat Zalwa bernama Ikawa yang menemukan Zalwa ngedrop sewaktu sendirian di kamar.
Ikawa Andreamis, salah satu putra dari keluarga besar ternama. Inara belum pernah ketemu sama cowok itu. Namun kerap kali Inara mendengar desas-desus yang memuja wajah cowok itu. Heran, padahal Ikawa setau Inara ada di jurusan arsitek, tapi digosipinnya sampai ke jurusan pendidikan.
Zalwa juga meski bukan dari keluarga besar, seingat Inara dia berasal dari keluarga yang cukup kaya. Terlebih kakek Zalwa itu pengusaha ternama di Jerman. Inara merinding sendiri ketika mengingat latar belakang para kawan sekamarnya.
Meski dari golongan atas, mereka sangat ramah dan selalu berhasil membuat Inara tenang. Apalagi perihal traumanya akan pembullyan itu.
Hahaha, kasian dilecehin, jadi murah
Inara memejamkan mata rapat-rapat. Kepalanya langsung terjatuh di atas meja dengan suara tidak elite. Perih pada keningnya tidak Inara gubris. Kepalanya yang berdenyut sakit disertai suara di kepalanya lebih mendominan, Inara terkena serangan panik. Traumanya mulai kambuh mendadak.
Namun ia mencoba melawan itu seperti arahan Zalwa dan kawannya.
Kriett ....
"Inem gue ketinggalan—kenapa?" Suara Felicia menginterupsi kegiatan Inara.
Sontak Inara mengangkat kepalanya dan memberikan senyuman samar pada Felicia. Wajah ketakutannya tidak bisa ia sembunyikan, apalagi matanya matanya mulai berair. Felicia menghela nafas kasar dan beranjak, mengambil air dan mendekati Inara lagi lalu memberikan airnya.
"Kalau panik minum, terus inget nama kita." Felicia menepuk-nepuk bahu Inara. "Sebut juga ...." Felicia agak ragu, mencoba mengingat wejangan Zalwa ketika menenangkan Inara.
Inara menganggukan kepala bentuk balasan. Air yang diberikan Felicia tandas begitu saja. Rasa takutnya berangsur hilang meski masih ada keresahan sendiri. Namun tepukan bahu Felicia ia jadikan penyemangat untuk melawan traumanya.
Inara benar-benar bersyukur. Dengan memilih tinggal di asrama dan bertemu kamar 4, Inara merasakan kebahagiaan yang besar, lewat kamar 4 tuhan memberikan obat untuk traumanya. Selama beberapa tahun di SMA ia dihantui perasaan takut akan keberingasan Hika, Jade, Sarah, dan Manda yang selalu membullynya tanpa sebab. Padahal Inara tidak melakukan apa-apa. Tidak ada yang membelanya karena tidak berani melawan Hika.
Namun siapa sangka di asrama ini, Inara dipertemukan kembali dengan Hika. Namun kali ini mungkin tuhan ingin dirinya lebih kuat melewati semuanya dan kamar 4 ada untuk menjadi semangatnya dalam melewati Hika. Lagipula berkat kamar 4 pula, Inara tidak perlu menutup diri lagi. Ia bisa menjadi Bilha Priyanka Inara yang biasanya.
"Hear this," ucap Felicia serius dan menatap langsung mata Inara yang sayu, "gue tau trauma bukanlah perkara mudah untuk lepas darisana. But, you can do it. Together with us, semua akan baik-baik ajah. Gue sama yang lain bantu sebisa mungkin. Makanya untuk realisasiin itu, bantu gue sama yang lain dengan jadi kuat."
"Feli bicara lu panjang!" Inara mengatakannya dengan heboh sampai matanya membulat tidak percaya.
Plak
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...