Kamar 1: Kamar 4

96 11 0
                                    

"Welcoma to our Sektor 3!"
- Kamar 4

Sektor 3

Pagi itu tepatnya disebuah gedung berbentuk huruf U yang berada di sektor 3 blok D universitas C, ramai berdatangan para penghuni baru yang berniat mengisi kamar mereka di asrama ini. Padahal baru pukul 7 pagi, namun penghuni baru tampak sudah mengantri panjang untuk mengambil keperluan di mba Tia dan pak Surya selaku penjaga asrama. Sebelum pembagian, pak Surya sempat menjelaskan malam nanti setelah semua masuk ke kamar, mereka diminta berkumpul pada pukul 8 malam untuk pengarahan dari ketua asrama.

"Eh eleh beneran ikut si Rian." Zalwa yang lagi berdiri di sebelah Felicia mencibir lelaki berperawakan tinggi dengan wajah tengilnya itu.

"Iya cantik sama-sama." Rian tersenyum pada seorang gadis yang baru saja dia bantu membawakan koper. Barulah membalas Zalwa sengit. "Iyalah! Masa lo, Ikawa, sama Cialele ngeasrama gue kaga? Dimana rasa persahabatan kalian!"

Felicia melirik. "Najis."

Mampus, Felicia dengan muka sangar dan tajamnya berhasil menohok hati mungil Rian. Mari kenalan dengan dua manusia ini. Ada Felicia yang merupakan sahabat Zalwa sejak masa TK. Engga usah ditanya selengket apa ke duanya, setelah masuk Tritan Sudan bersama kembali, siapa sangka ke duanya lagi-lagi satu tempat instansi bahkan sekamar di asrama ini.

Felicia sampai mengeluh pada tuhan ketika shalat karena harus bersama sahabatnya ini lagi. Jujur aja bosen dia lihat tingkah Zalwa ini.

Terus ada Rian si selebgram terkenal yang punya reputasi buaya. Bahkan belum saja berkuliah, lelaki ini sudah berhasil menggaet beberapa kating di prodinya, dia sahabat Zalwa dan Ikawa juga. Lengket banget sama Ikawa pokoknya, padahal mereka sangat bertolak belakang. Sama kayak Zalwa dan Felicia, anggaplah dua lelaki yang sudah jadi pusat perhatian beberapa penghuni karena visual mereka, seperti Zalwa-Felicia versi cowok.

"Cialele tega ama aku?" Rian pura-pura menyeka air mata.

Felicia kembali melirik sinis. "Najis."

Rian menyentuh dadanya dramatis, berlaga seolah tersakiti. Ia sampai merangkul lengan Ikawa. "Ughh, jahat kamu sayang, Wawa tolong akuu!"

Ikawa melenguh malas, menjitak kepala Rian. "Najis."

"Sialan lu berdua, awas aja do'a orang terdzolimi suka dijabah!"

"Shalat aja masih suka lupa, begaye banget situ." Zalwa menyindir telak.

"Emang anjir lu semua," kata Rian kesal. Urusan dinistakan dia selalu kena.

"Udah diem, nih." Felicia yang entah sejak kapan mengambil keperluan ke tiganya, menyerahkan kunci milik Ikawa dan Rian. Pandangan Felicia tertuju pada lelaki buaya. "Malam nanti chatt."

Rian langsung memberi gerakan hormat. "Siap sayang!"

Felicia hanya mendengus dan menepuk kepala Rian lembut. Barulah berjalan sama Zalwa menuju gedung kiri, dimana asrama putri berada. Sepanjang perjalanan Zalwa mudah sekali menyapa penghuni lain bahkan berkenalan, berbeda dengan Felicia yang hanya diam dan sesekali mengikuti alur perkenalan Zalwa kalau sahabatnya ini yang kenalin dia.

Jujur Felicia kadang bertanya-tanya, darimana energi Zalwa berasal. Dari awal sampai ke asrama hingga naik ke lantai dua untuk ke kamar mereka, sahabatnya ini engga berhenti bicara dan kenalan sama orang baru. Berkat kemampuan bergaulnya Felicia dan Zalwa dapat bingkisan buah, lumayan buat dimakan nih.

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang