Kamar 4: Akrab atau Akrab?

33 6 0
                                    

"Wa, engga mau gabung?"

"Engga."

"Lo Ikawa kan? Malem rooftop kuy."

"Gue kerja."

"Sekali-sekali ikut Vrano sama Rian tuh."

"Lain kali aja."

"Lo Ikawa ya? Boleh minta nomornya?"

"Ngga, permisi."

"Wa lo bisa bantu gue kerjain ini."

"Sendiri dulu, baru cari gue."

Setelah sekian lama tidak ada kulkas 24 pintu setelah Fawaz di asrama kini sosok Ikawa Andreamis cukup menyita banyak perhatian selain dari visualnya yang oke, tak kalah dengan kawan kamar lainnya. Berhubung dari awal ke asrama Ikawa sering menggunakan masker, orang jadi tak mengenalinya bahkan tidak tau itu Ikawa. Lelaki itu dikenal penerus gelar kulkas 24 pintu milik Fawaz, sangat irit bicara dan lebih sering menghabiskan waktu sendirian.

Jadwalnya juga terpantau sangat sibuk, dengar-dengar selain dipersiapkan untuk meneruskan Varda Andreamis yang merupakan Ayahnya, Ikawa disibukan dengan bimbel privatnya membuat ia jarang kumpul. Si Arsitektur ini memang cuek apalagi ke orang asing sehingga Ikawa sering disalah sangka oleh sekitarnya.

Namun pagi itu ada yang berbeda pada pemandangan depan mini market yang jam segini saja bangku yang ada telah penuh oleh orang-orang yang sarapan. Ikawa Andreamis yang dingin itu mendadak membawa kehebohan dengan dirinya yang membawa seorang gadis ke sini. Mereka bahkan selepas memesan makanan di mba Tia langsung memilih duduk di pojok karena tidak mau diganggu. Terlihat sekali perbedaan lelaki itu ketika meladeni si gadis. Meski dominan pembicaraan dikuasai sang gadis namun Ikawa terlihat aktif menanggapi.

"Lah itu Zalwa ya?"

"Oh namanya Zalwa? Dia baik banget anjir bantuin gue bawa bareng bahkan ngomong apa aja nyambung."

"Aktif anaknya, curiga jadi pengurus asrama nanti."

"Tapi hubungannya sama Ikawa apa ya? Deket banget!"

Yaps, gadis yang bersama Ikawa pagi ini adalah Zalwa Teodora Eugenia yang sejak kemarin rusuhin si Arsitektur agar mereka sarapan bareng. Apalagi sejak sibuk adaptasi di asrama terhitung beberapa hari ini tatapan muka pun jarang dilakukan, sehingga Zalwa berinisiatif sarapan bareng sama sahabatnya ini.

Emang banyak yang masih engga tau kalau Ikawa sama Zalwa sahabatan, jadinya wajar mereka berpikir aneh melihat seorang kulkas 24 pintu bisa banyak bicara juga bahkan terlihat responding.

"Gue nambah tugas lagi." Zalwa mengerucutkan bibir sebal. Padahal ospek saja masih besok namun katingnya gencar sekali menambahkan tugas yang katanya untuk menambah kesenangan.

Kesanangan apanya?! Di suruh buat sesuatu bahkan sampai membeli dibilang kesenangan? Yang ada Zalwa sangat pusing sekarang. Secara para kating tercintanya seenak jidat main kode-kodean, tidak mengatakan secara gamblang benda yang harus mereka bawa.

"Masa gue disuruh bawa rambut Nenek?!" sewot Zalwa frustasi, "rambut Nenek apaan anjir?! Nenek gue di German, masa gue harus flight sekarang?!"

Ikawa hanya mendengus geli, ekspresinya tetap datar namun. Menyuap sepotong ayam ke mulutnya. Dia memang cenderung menyimak sambil fokus makan, sesekali menyuapi Zalwa yang kalau udah lupa makan karena cerita bisa sampai tahun depan mereka di sini. Di tegur juga percuma, gadis ini akan lanjut cerita tanpa sadar sampai makanannya digotong semut!

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang