"Aku tau, aku cuman lewat untukmu. Bahkan seinci netra coklatmu, tidak akan ada aku di sana."
- Shopee La Dase
Sektor 3
"Vrano, tolongin aku—"
"Heli, gue minta korek lu." Vrano bahkan tidak barang sedikit pun melihat gadis berwajah imut itu ketika melewatinya.
Tampak bibirnya mengerucut kesal dengan perasaan perih pada hatinya. Binar kekecewaan itu bahkan tidak Shopee sembunyikan saat matanya bersitatap dengan iris sayu milik Vrano. Naasnya Vrano tidak mempedulikannya. Seakan insiden saat di cafetaria kemarin hanya mimpi belaka.
Di saat dalam posisi ini Shopee bingung memposisikan dirinya. Terkadang Vrano bisa selembut itu seakan kapan saja Shopee bisa menyentuh lelaki itu bahkan membuatnya menetap, namun tiba-tiba ia akan menjauh seperti orang asing membuat Shopee barang sedikit pun tak mampu menyentuhnya, bahkan untuk berdiri di sebelah saja Vrano menolak eksistensinya.
Namun bukan namanya Shopee La Dase kalau menyerah sekarang. Ini baru permulaan saja. Mungkin Vrano sedang lelah.
Untuk itu Shopee memberanikan dirinya mendekati Vrano yang berada di balkon ruangan bersama Helius—sedang vape—kehadirannya jelas memancing beragam tatapan dari dua pemuda itu, terutama Vrano.
"What?" Vrano bahkan enggan menatap mata gadis itu.
Shopee langsung lemas di tempat. "Ada yang engga gue ngerti Vrano."
"Gue pergi dulu." Helius mematikan vapenya dan memberikan ke duanya ruang untuk berbicara.
Vrano kini memperhatikan lamat-lamat, bagaimana rambut hitam itu terhembus angin pelan membingkai wajah manis yang babyface-nya. Sial, terlihat berbeda sekali kalau di lihat dari dekat. Apalagi mata yang menyorot dewasa itu mengedip lugu.
"Gue belum terlalu bagus dalam menyayi, kadang susah untuk gue—"
"Yaudah engga usah pilih." Vrano rasa itu jawaban paling lugas. "Pindah ke cabang yang lu bisa."
"Tapi gue mau coba, makanya lu bisa, kan bantu gue—"
"Kita sama-sama murid di sini." Vrano mematikan vapenya lalu menatap dalam mata Shopee. Tidak memberikan kesempatan pada Shopee untuk menyelesaikan kata-katanya.
Dan itu membuat Shopee bungkam telak di tempat. Bagaimana sosok di depannya benar-benar terasa dingin dan tak tersentuh.
"Kalau ada yang engga bisa, lebih baik tanya Coach ajah." Vrano lalu melenggang pergi, sebelum di langkahnya ke sekian Shopee kembali mencegahnya.
"Kamu aneh," kata Shopee dengan iris menyelidik. Ada secercah harap di iris gadis itu meski dominan kecewa.
"Gue emang gini."
"Kemarin lu terasa deket, terus sekarang kenapa—"
"Lu terlalu berharap Shopee La Dase. Gue udah bilang bukan? Kita engga lebih dari apapun."
"Tapi sikap lu dan tatapan lu—"
"Ssstt, udah diem. Gue males bahas dan satu hal lu bukan Psikolog yang bisa baca orang." Vrano menatap gadis ini tajam, meski ada kejanggalan ketika ia melakukannya.
"Engga perlu jadi Psikolog buat nebak apa yang lu lakuin. Jelas-jelas kemarin lu—"
"Baby girl, enough."
"Gue suka lu Vrano!" Shopee akhirnya memberitau. Pancaran harap itu kian membesar membangkit hal yang tidak diinginkan oleh sosoknya.
Untuk iris itu berubah cepat menjadi dingin, bersamaan senyum sinis yang menyertai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...