Kamar 43: Kabar Baik (2)

7 0 0
                                    

Sejak SMA Nina banyak merintis usaha kecil-kecilan. Berawal dari penasaran melihat banyak olshop online yang terlihat sangat menguntungkan ketika kebanjiran pesanan. Di tambah Ibu bilang kalau Nina cukup memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.

Itu benar, Nina jago masak, Nina pintar membuat kerajinan sesuatu, Nina juga pandai komunikasi meski tidak banyak bicara. Untuk itu saat SMA, Nina mencoba merintis usahanya. Mungkin jiwa pembisnis Ayahnya turun sempurna pada putrinya ini yang duluan lahir.

Siapa sangka usaha yang niatnya coba-coba ini menjadi besar. Dengan nama Sun Isnina olshopnya selalu kebanjiran pesanan tiap tanggal cantik, dikenal luas oleh orang-orang dari berbagai daerah. Kabar baiknya Nina jadi membuka peluang kerja bagi orang-orang yang membutuhkan untuk membantunya dalam mengurus usaha.

Yaps, Nina bersyukur sekarang memiliki toko di dekat rumahnya yang dijalankan oleh orang kepercayaannya. Usahanya yang makin besar jelas membuat Nina membutuhkan bantuan orang. Nina memperkerjakan 6 orang di toko itu. Nina sebagai managemen penerima pesan cukup mengirimkan semua itu ke sekretarisnya di toko untuk segera dikerjakan.

Ibu pernah menyuruh Nina untuk mengambil bisnis kuliah nanti. Sekalian nurunin bisnis Ayah mereka, namun Nina menolak karena masih punya cita-cita.

Nina ingin membuat sekolah TK atau Paud untuk mereka yang membutuhkan. Niatnya Nina ingin megratiskan biaya masuk serta seragamnya. Mengfasilitasi mereka sebaik mungkin agar tetap layak mendapatkan pendidikan. Membantu mereka mencari pendidikan selanjutnya agar tidak putus sekolah.

Karena di rumahnya sana, Nina sadar masih banyak anak kecil yang putus sekolah dengan alasan tidak punya biaya.

Itulah yang memotivasi Nina untuk menjadi guru Paud atau TK.

Maka di selang kuliahnya itulah Nina mengurus semua pesanannya. Hal yang membuat Nina cukup fokus pada layar laptopnya, duduk di kursi meja belajarnya. Menatap lekat satu orderan yang berasal dari sebuah institusi sekolah menengah atas. Jumlah orderannya tak sedikit, hampir membuat Nina menjerit malah.

2000 pesanan wah, batin Nina tak habis pikir.

Sepertinya ini kali pertama untuk Nina mendapat pesanan dari sebuah sekolah dalam jumlah sebanyak ini. Biasanya mentok cuman 500 pesanan. Tapi ini 2000?!

Sampai iris Nina terpaku lagi pada nama institusi yang memesan. Menit berikutnya, Nina membolakan mata menyadari nama sekolah ini. Kenapa ia baru sadar sekarang?!

"Broshtia senior high school mah sekolah-"

Drttt ... Drrttt ....

Iris Nina bergerak ke layar ponselnya. Satu panggilan telepon masuk dengan nama Yossi membuat Nina langsung mengangkatnya. Meloudspeaker panggilan tersebut. Meletakan ponselnya di tempat ponsel berbentuk miniatur kursi.

"Oci in here, anybody talks it?"

Nina sukses dibuat tertawa pada obrolan pertama. "Hallo dengan Oci cimuy, disini Sun Isnina ada yang bisa saya bantu?"

"Banyak banget tauk, salah satunya gimana caranya luluhin hati Mbanya yah?"

"Aduh, di toko kami engga jual hati Mba nih masalahnya."

"Oh iya, soalnya Mbanya kan engga ada harganya sakin engga bisa dibeli, Mbanya mah terlalu bernilai yah."

"Ahahaha kamu mah ada-ada ajah," kata Nina tak habis pikir. Yossi yang kemungkinan akan menjadi tunangannya ini selalu punya cara untuk membuatnya tertawa.

"Oci mau dibantu dong Mba."

"Apa itu?" tanya Nina seraya mengetikan surel email pada sekretarisnya.

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang