Pagi ini di kelas B Akuntansi semester dua, tepatnya di kelas Shopee menunggu kehadiran dosen. Shopee hadir sekitar 15 menit yang lalu dan kini duduk di kursi dengan resanya sesekali melirik belakang. Kuku jarinya digigiti gemas lalu melirik belakang sebelum menghadap depan lagi.
"Shopee."
Shopee menoleh ke Aziz yang ada di depannya, masih kukunya digigiti tanpa ia sadari. "Hah?"
Aziz si wajah datar menghela napas, menyoroti Shopee. "Jari lo mau lepas?"
Shopee tertegun, selanjutnya terkekeh kaku lalu melepas kukunya. "Engga sadar."
"Kenapa?" Aziz memang fokus ke ponselnya tapi ia menyadari gerak-gerik kawannya yang terus mencuri pandang ke belakang. Dan satu spot yang Aziz sangat yakini menjadi tujuan mata gadis ini, siapa pun sudah sangat hafal kelakuannya.
Shopee menyengir. "Engga papa tuh."
"Vrano?"
Shopee menegakan tubuh, bersiul pelan sambil pura-pura membuka buku dan mengambil pulpen, niat mau menulis. "Eh, gue lupa ada materinya—"
"Itu kemarin udah diselesain." Aziz berdesis tidak suka. "Vrano kenapa?"
Shopee membanting pelan pulpennya, mengerucutkan bibir. Tangan Shopee menarik Aziz mendekat dan spontan Aziz mendorong ke belakang, menempelkan kursi mereka. Wajah Shopee maju beberapa senti, begitu pun Aziz.
"Lo liat belakang."
Aziz menuruti intruksi Shopee walau perasaannya sendiri tidak yakin. Ini Shopee La Dasee dimana akalnya suka membuat orang naik darah.
"Oke."
Shopee semakin memajukan wajahnya. "Vrano lagi ngapain?"
"Lagi duduk."
Shopee berdecak. "Serius Ziz."
Aziz ikut berdecak. "Mata lo picek? Vrano duduk!"
Shopee sengaja menjambak pelan Aziz, tidak peduli raut Aziz berubah cepat menjadi kesal. Shopee emosi karena Aziz lemot, padahal jawaban lelaki ini tidak ada yang salah.
"Pe lepas!"
Shopee melepas jambakan namun beralih memutar kepala Aziz tepat ke Vrano, menahan kepala itu. Berontak dilakukan Aziz sampai memaki Shopee.
"Dia lagi sendirian njing."
Aziz berhenti mencoba melepaskan tangan Shopee, memperhatikan. "Oh jadi?"
Shopee melepaskan Aziz, menatap lurus Vrano, mengerucutkan bibirnya. "Dilema ingin mendekat atau tidak."
Aziz termenung, irisnya menatap Shopee lalu tersenyum tipis tanpa disadari gadis itu. "Samperin."
Shopee menoleh cepat ke Aziz, melirik bingung. "Maksud ngana?"
"Maksud ane ya samperin." Lalu Aziz menghadap depan dengan santai. Kembali membuka ponselnya.
"Maksud ana, ane samperin tuan muda De Bastian?"
Aziz mengangguk, Shopee lalu memicing tidak percaya.
"Gila begete."
Aziz mendongak, melihat jam di kelas lalu merogoh tasnya mengambil snack. Memutar tubuhnya ke Shopee kembali dan meletakan snack itu di meja Shopee lalu menghadap depan lagi, memainkan ponselnya.
"Ziz?"
Tanpa memutar tubuhnya lagi, Aziz menyahut. "Samperin Pe, nanti nyesel."
Sektor 3
Tuh kan, mau dilihat dari sudut manapun calon pacar Shopee ini ganteng banget. Engga bohong! No imitasi! Cakep pol!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...