Cekrek!
Cekrek!
Cekrek!
"Oke nice, coba lemesin bahunya Ael."
Tanpa mengubah ekspresi, senyum merekahnya cukup membuat wajah cantiknya semakin menawan. Model itu melemaskan bahunya sesuai arahan. Dan kembali, suara kamera mulai berbunyi memenuhi ruangan.
Rahang Kia mulai lelah, betisnya mulai terasa keram. Namun dengan baik gadis itu mempertahankan posenya. Hingga beberapa kali ia mengganti, bersamaan flesh kamera yang cukup menyilaukan mata namun sekali lagi putri Xian si profesional dalam bidangnya mampu meminimalisir itu.
Jangan panggil Kia model jika hal itu saja tidak bisa ia atasi.
Cekrek!
Cekrek!
Si fotografer mengambil angle berbeda. Decakannya berbunyi, irisnya selalu menatap takjub sosok pahatan turunan Xian di depannya. Itulah mengapa ia mengambil angle sebanyak mungkin demi mendapatkan hasil terbaik. Karena Aelis Kiara Putri hampir menyerempet sempurna dalam segi visual.
Sangat cantik, dengan raut juteknya bahkan tak meminuskan. Malah itu jadi daya tarik Kia lainnya. Wajahnya itu sangat savage dan jangan lupakan rambut wolfcut-nya yang ikonik.
Para staff bahkan Lieda dan Liedo bahkan mengagumi kecantikan Kia. Terkadang mereka sampai pangling sendiri. Cantik Kia itu sangat natural, iner beautynya menurun sempurna dari ke dua orang tuanya. Terutama aura menawan juga tegas Xian.
"Oke, kerja bagus Aelis." Si fotografer melakukan high-five dengan Kia.
Sebelah tangan mengangkat dress putih yang tampak sangat cantik di tubuh elegannya. Tangan yang lain menyambut tos itu. Kia memang lumayan dekat dengan staff tempat pemotretannya.
Baru saja Kia menjatuhkan tubuhnya di sofa tepatnya di ruang ganti. Lieda bersama tim make up memasuki ruangan dengan tergesa dan mengerubuni Kia. Mulai melakukan touch up ulang agar pahatan turunan Xian ini tidak minus.
Sebenarnya bagi Kia make up-nya masih bagus. Cuman yang namanya Xian selalu menuntut sempurna untuk putri kecilnya. Jadi para pekerja naungan Xian akan bergerak cepat untuk melayani Kia.
"Oke, cantik!" Sebut saja dia teh Dido.
Loh, nama cowok kok Teteh? Yah, Kia juga awalnya bingung mengapa lelaki slay yang bekerja sebagai kepala tata busananya dan Xian ingin sekali dipanggil Teteh. Bukan A'a atau Mas. Namun karena tau tabiat Dido yang lumayan kecewean, Kia paham mengapa dia inginnya dipanggil Teteh.
"Manis banget," puji Dido menjerit, seperti cewek saja. Dido terlihat bahagia sekali melihat hasil make up-nya.
"Ael, kamu ucul deh, engga ada kayak Ael!"
Kia hanya terkekeh, jujur saja ia sangat pegal sekarang dan ingin sekali menyenderkan tubuhnya.
"Teh, Kia capek," keluh Kia dengan pipi mengembung lucu.
Dido jadi gemas sendiri dan mencubit pelan pipi anak majikannya ini. Sudah sangat biasa Dido selalu gemas dengan Kia.
"Sabar princess, buka dress dulu." Dido menarik Lieda keluar setelah itu. Sebelumnya Lieda menjelaskan jadwal Kia beberapa hari kemudian.
Liedo masih absen sekarang karena sakit. Kembaran Liedo yang jadinya menggantikan pekerjaannya.
Kia menghembus napas berat. Menegakan tubuhnya dan berdiri dengan malas. Sumpah tubuhnya lelah sekali. Rasanya ia ingin cepat kencan dengan kasurnya di asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Roman pour AdolescentsMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...