Kamar 40: Jalan-Jalan

12 2 0
                                    

Jalan beberapa bulan nih kamar 4 bersama. Jelas itu belum cukup membuat mereka tau luar-dalem masing-masing bukan. Tapi demi terjaga silaturahmi kata Shopee, mereka memutuskan untuk jalan-jalan keluar universitas.

Secara mereka ini kan,  penghuni tetap yah. Kalau engga ke fakultas,  ke asrama,  kalau engga ke mang Kasep, keluar pun jarang dan paling beberapa mereka kegiatan UKM. Kecuali Kia yang model sering banget keluar universitas.

Cuman seputar itu ajah, jadinya mereka sepakat pada hari sabtu,  bertepatan mereka berenam engga ada jadwal mata kuliah. Jalan-jalan keluar kampus pun terealisasikan.

Bermodalkan mobil pesanan yang ditraktir Kia selaku nona muda diantara mereka.

Halah, akal-akalan si Shopee itu mah.

Loh, tumben putri Teodora engga ikutan.

Itu juga jadi pertanyaan beberapa member kamar. Cuman Felicia udah kasih isyarat untuk ngebiarin ajah. Toh,  kalemnya Zalwa tuh anugerah.  Jarang terjadi,  makanya mereka harus nikmatin sepuasnya.

Oke,  kemana mereka pergi?

"Buset ini pantai ada airnya cok!" Shopee menumpu tangan di pembatas. Menatap air laut yang ikut berwarna oranye seperti langit.

Kia mencebik, merasa miris dengan kelakuan patner kasurnya. "Itu laut goblok."

Merasa kesal,  Shopee memicing ke Kia. Aksi mengagumi ciptaan tuhannya runtuh karena ucapan Kia. "Sama ajah."

"Lulus jalur hoki gini, nih."

"Bacot ihh anakan Xian,"  balas Shopee mengabaikan Kia dan menikmati keindahan yang ada.

Soal laut di sore hari, dibarengi pemandangan yang selalu berhasil memikat mata,  siapa yang bisa menolak pesonanya?

Senja.

Nina saja sibuk berfoto dengan Inara. Satu hal lain tentang Inara,  gadis itu sangat mahir mengambil gambar. Cuman—

Nina mengangkat sebelah lengannya,  jarinya membentuk peach. Senyuman lebarnya yang menunjukan sederet gigi putihnya sudah pas untuk diambil foto.

"Ish, jelek. Coba gini ajah." Inara berjalan mendekat lagi ke Nina dan membetulkan posenya. Sudah terhitung tiga kali Inara. Melakukannya.

Jelas Nina kelelahan dengan kelakuan Inara ini. Apalagi ia daritadi dijadikan objek foto Inara.  Padahal menurutnya, gayanya sama engga ada bedanya.

"Senyum! "

Nina langsung senyum dan Inara mengambil beberapa foto dari angle berbeda. Rasanya lutut Nina mati rasa karena Inara tidak kunjung berhenti.

"Ra,  udah?"

"Belum."

Nina menahan senyumannya, dongkol. Mempertahankan posenya demi si Inara puas.

"Udah," tegur Felicia ikut kesal melihat Inara.

Inara mengangguk. "Minggir Nin."

Nina masih tersenyum meski ingin sekali mencubit pipi gadis itu. Ia pun menyingkir sambil menahan hasratnya untuk melakukan balasan pada Inara. Bisa-bisa dia yang mati di tempat.

"Feli,  Zalwa ayo berdiri di sana gue foto."

"Inem." Tangannya sengaja Felicia masukan ke saku jaket. Ia berjalan ke tempat yang ditunjuk Inara.

Namun aneh, hanya Felicia yang merespon dan berdiri di sana. Sontak ke tiganya menoleh pada Zalwa yang berdiri tidak jauh dari Kia. Terlihat memandang lautan lepas,  sorotnya kosong.

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang