Kamar 47: Pukul 5, Kala Sore

11 1 0
                                    

Mungkin orang tidak menyadari mengapa Shopee begitu kacau setelah menerima telepon lalu pergi keruangan rektorat. Kekacauan pada muka Shopee semakin terlihat ketika dia keluar darisana, dibarengi irisnya yang mulai berair. Sorot Shopee terlihat lelah juga terluka, dari cara berjalan gadis itu sangat kentara dia tidak baik-baik saja, bibir gadis itu sedikit bergetar kecil, lip tidak berhasil membuat pucat menghilang. Helaan napas Shopee juga terkesan berat.

Roman Adurahid Medesee merupakan Kakak dari Ayahnya. Universitas C mengenalnya sebagai wakil terktorat satu, berarti WR satu merupakan paman dari Shopee. Selama dua semester ini Shopee sangat baik memyembunyikan semuanya, setiap bertemu pamannya ia berhasil menipu semuanya kalau ia baik-baik saja.

Padahal berhadapan dengan Pamannya adalah mimpi buruk yang membuat ia tak bisa napas. Shopee sejak dulu bertahan, menganggap semua bisa ia lalui. Namun lihatlah sekarang betapa ia terlihat sangat kacau setelah Pamannya memarahinya dan mengancam.

Selalu seperti itu, mungkin bukan hanya kamar 4 bahkan orang tuanya tidak tau kalau Shopee selama 4 tahun hidup bersama Pamannya mengalami hal tidak mengenakan. Shopee merupakan boneka untuk Paman serta Istrinya untuk dijadikan babu, seluruh kehidupan Shopee mereka pegang.

Ini semua karena orang tuanya yang tidak mampu menafkahi dirinya, orang tua Shopee merelakan dirinya diambil setelah Roman membantu membayar hutang orang tuanya selepas insiden kebunnya yang mengalami kebakaran, sehingga keluarganya mengalami kerugian. Jaminannya adalah Shopee yang harus tinggal sama mereka.

Roman memang menafkahi hidupnya, Roman juga membiayai sekolahnya. Namun disanalah neraka Shopee dimulai.

Sejak SMA, Shopee tidak pernah merasakan namanya dimanusiakan, makanya sejak di asrama Shopee lebih tenang, meski hari ini cukup menampar dirinya.

"Tau diri kamu itu miskin mana sanggup bayar kuliah!"

"Inget ya, berkat saya dan Istri saya kamu hidup enak. Kamu bisa pake baju bagus ya dari saya!"

"Denger ya, Mama kamu tuh sakitan dan susah kasih uang, bisa jadi kamu harus sama saya terus! Lihat? Betapa bebannya orang tua kamu!"

"Engga orang tua, engga anak sama aja, sama-sama beban. Kamu harus ikutin standaritas saya, sampai kamu mengelak lagi pas pertemuan saya janji bakal habisin kamu!"

Dan pertahanan Shopee benar-benar runtuh. Tanpa alasan jelas Shopee merasa ia sangat lemah sekarang, kepalanya memberat, badannya terasa memanas, wajahnya kebas, napasnya tidak beraturan, sesak hebat di dadanya bersamaan rentetan kata menyakitkan itu muncul kepermukaan membuat air matanya mulai menetes, disusul isakannya yang coba ia tahan.

Kakinya tepat di depan kamar 4, hatinya langsung memaksa dirinya untuk masuk dan menceritakan semuanya sama hangat di dalam sana. Shopee sempat tersenyum kecil mengingat ia dapat tenang hanya bersama lima orang random di dalamnya. Namun otaknya bersikeras menyuruh Shopee menampungnya sendiri, otaknya memaksa Shopee berpikir logis.

Karena Shopee tidak mau menjadi beban siapa pun, rasanya sudah cukup kehadirannya menjadi beban orang tuanya, rasanya cukup kehadirannya menjadi tangguhan pamannya. Kerap Shopee merasa Pamannya itu benar, hidupnya tidak berguna. Meski bukan keinginan Shopee yang menyuruh Roman membiayainya, namun Shopee cukup tau diri.

Baru sedikit saja ia membuka pintu kamar, tawa hangat itu terdengar hingga sekujur tubuhnya yang meremang berubah jadi tenang, tegang dalam dirinya berangsur mereda bersamaan air matanya semakin jujur untuk mengeluarkan sakitnya.

"Loh iya dong." Itu suara Zalwa, anak itu memang pemecah suasana kamar, keceriaan Zalwa adalah kehidupan BKN TokPen, Zalwa akan selalu menjadi garda terdepan untuk mencairkan suasana dan melindungi mereka.

Sektor 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang