Chilisa tidak pernah tau akan ada hari dimana ia melihat Vrano, cowok yang selama ini ia sukai akan dekat dengan gadis lain bahkan diam-diam lelaki itu menaruh pandang begitu berbeda pada gadis tersebut.
Selaku orang yang sudah lama kenal dan berpikir dirinya akan selalu terdepan soal Vrano, Chilisa tak bisa berdiam diri. Ia cukup dirundung perasaan cemburu dan gelisah, apalagi belakangan ketika Vrano kumpul dengannya, Helius, dan Riya lelaki itu jelas kadang memandang gadis yang baru ditemui lelaki itu saat semester kemarin.
Chilisa sudah lama mengenal Vrano, sama seperti Helius. Lelaki itu cukup cuek meski humble, dengan siapa saja dia bisa berbaur, namun jelas ada jarak. Chilisa juga tau Vrano kerap mendepak jauh gadis yang terangan menyukainya, pada alasan tertentu atas dasar kenyamanan. Selama ini hanya Chilisa yang dibiarkan dekat dengan Vrano, walau ia geram karena lelaki yang disukainya kerap mengabaikannya.
Mengenal Vrano sejak dibangku SMA, bahkan Chilisa tau sepak terjang si lelaki hingga ke dua orang tua serta Adiknya meninggal dunia. Saat itu Chilisa berada disisinya—
Iya, setidaknya Chilisa disisinya. Tanpa sadar ia mengelus lengannya, bulu kuduk berdiri begitu saja saat pandangannya terbayang kejadian Vrano dalam masa sulit itu. Irisnya mengendur dengan detak jantung yang terdengar di pendengarannya. Hingga matanya kembali memergoki Vrano dan Shopee tengah berjalan ke balkon sambil ketawa, lelaki itu memegangi bahu Shopee terlihat menyeretnya ke balkon sambil menatap ponsel di tangan Shopee.
Karena posisi Vrano di belakang, dia jadi terlihat seperti memeluk Shopee, menumbuhkan gelenyar tak nyaman sekali lagi pada dada yang merubah irisnya secara spontan, kilatan kesal terpancar pada matanya. Kaki Chilisa segera bergerak, menjauhi ruangan UKM Musik dengan perasaan dongkol, mengabaikan pula sapaan Riya yang baru datang sama anggota lain, mengingatkan dirinya akan voting yang sebentar lagi akan dimulai perihal pemilihan yang mewakili lomba dalam vokal solo putri.
Dengusan mengudara dari bibirnya yang digigit, kuku cantik jadi pelampiasan kekesalannya untuk digigit kuat sementara kakinya terus menapaki anak tangga, menuruni dengan derap cukup menghentak. Chilisa meraup kasar udara, memasuki sirkulasinya begitu panas. Ia membuang muka, kepalanya diusap begitu kuat.
"Sialan, brengsek." Chilisa tidak suka miliknya diambil. Panas dadanya sangat mengusik, jelas memberi peringatan pada dirinya tentang ke dua pemuda itu yang bisa saja membuat posisinya jadi tersingkir. Mata Chilisa berkobar, memikirkan satu nama yang mengacaukan segalanya.
Shopee La Dasee, apa yang harus Chilisa lakukan?
"Hei, girl?"
Dalam suasana hati buruk Chilisa berharap tak ada satupun yang mengganggunya, namun apalagi ini? Ia menoleh geram, menelisik sosok yang sepertinya ia ketahui meski mereka tidak saling mengenal. Desus gadis yang menyapanya ini sedikit-demi sedikit terputar di otaknya, mencoba lebih dalam menggali hingga kening mengerut.
"Lo kenal gue?" Senyumnya memang manis, meski begitu Chilisa bisa merasakan ada yang tidak beres darisana. Perasaan aneh mulai menghigapi dadanya, menyuruhnya waspada.
Terutama ketika ia mulai mengingat jelas siapa gadis yang mendadak mendekatinya. Terlebih pakaian khas anak teknik Arsitektur yang digunakannya memperjelas memorinya. Chilisa cukup tau kabar beredar mengenai gadis ini yang dikenal oleh mahasiswa universitas C.
Di anggap memiliki vibe yang bikin orang memandangnya waspada, meski begitu katanya dia cukup ramah. Chilisa tidak tau jelasnya, selain informasi yang mengatakan gadis ini punya visual yang lumayan cantik. Ia mengakuinya, namun bukahkan itu jadi penambah tampilannya yang terlihat menghanyutkan?
"Kenapa diem?"
Chilisa mengerjap. "Lo siapa?"
Tawanya saja terdengar biasa tetapi Chilisa tau ini bukan hal baik. "Kenalin gue Mimin Firdaus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sektor 3
Teen FictionMereka hanya sekumpulan mahasiswa biasa yang tinggal di asrama suatu universitas, sektor 3. Wilayah asrama mereka berada di sektor 3. Asrama yang terdiri dari 3 gedung yang didesain berbentuk U. Serba tiga jadi yah, ish, ish. Tenang, isinya makhluk...