~happy Reading~
Hari ini J sudah berjalan dengan normal, awalnya anak itu sedikit kesusahan karena selama tiga hari duduk di kursi roda membuatnya sedikit asing untuk menggerakkan kakinya, tetapi berkat bantuan Juno yang memegangi tangan adiknya itu membuat J bisa berjalan dengan sempurna kembali.
"J jangan lompat - lompat kata Om Dony kan gak boleh di buat lompat" perintah Juno yang berjalan di lorong rumah sakit bersama J di depan sana.
"Iya, iya bang" J berhenti di sebelah counter jaga untuk lantai itu. Disana beberapa suster sudah memperhatikannya bahkan mungkin akan tertarik dengan aktivitas J.
"Udah sehat lagi J kakinya?" tanya seseorang yang berjalan menuju dirinya dengan menenteng tas branded.
"Hai tante Rina" J melambaikan tangan kemudian membungkukkan diri 90 derajat.
Rina yang melihat itu terkekeh, ia sangat gemas sekali dengan anak Seon yang satu ini. Entah kenapa sifatnya bisa sangat manja apa lagi di seorang laki - laki.
"Mau makan chikin di kantin bareng Jero?" Rina menunjuk seseorang di belakangnya yang membawa bungkusan di tangan kanan dan kirinya.
"Welcome" kata Jero kemudian berhenti di sebelah maminya.
"Hai bang" kali ini J melambaikan tangan kearah Jero.
"Hai bro" Juno menyapa temannya tersebut dengan pukulan ringan di lengan Jero.
"Bantuin gue" Jero memberikan satu bungkus kearah Juno yang di terima dengan senang hati.
"Dari pada di kantin mendingan di ruangan gue aja Rin. Kalau di kantin entar jatuhnya sungkan karena bawa makanan dari luar" Seon yang baru keluar dari kamar J untuk melepas perban di kakinya berjalan mersama Dony.
"Hai, udah dateng kamu" Rina tersenyum melihat Dony kemudian menyalimi tangan laki - laki itu. Sedangkan Jero yang melihat papinya juga melakukan hal yang sama.
"Yaudah ayo J ke ruangan papi kamu" Rina menggandeng tangan J berjalan beriringan bersama menuju ruangan Seon dengan Juno dan Jero di belakangnya yang masing - masing membawa kantong berisi chikin. Sedangkan Seon dan Dony hanya melihat dari beberapa meter di belakang mereka tanpa mengikuti.
"Bilangan makasih sama Rina ya, cuman dia yang gak di takutin J sama Juno."
"hahaha, mereka bukan takut Yon, mereka cuman trauma aja. Sedangkan Rina datang buat nyembuhin traumanya" Dony menepuk beberapa kali bahu Seon kemudian ia pamit menuju universitas karena ada kelas yang harus ia isi.
Sedangkan Seon sendiri ada beberapa pasien yang akan ia periksa dan satu operasi yang tidak terlalu berat untuknya.
# # # #
Di perjalanan pulang kali ini yang mengemudikan mobil adalah Juno, karena Seon yang sudah mengantuk dan tak bisa menyetir.
Sesampainya di rumah mereka turun dari mobil, J menutup pagar beserta gembok yang sudah ia kaitkan, setelah itu ia masuk menyusul Seon dan Juno. Anak itu tak langsung berjalan ke kamarnya melainkan merobohkan badannya di atas sofa coklat panjang.
"Dek, sana naik dulu ganti bajunya kalau gak gitu langsung masuk kamar mandi bersihin badannya" kata Seon yang baru saja datang dari kamarnya.
"Masih ada abang di kamar mandi pi" anak itu menumpuhkan kepala pada kedua tangannya dan matanya terpejam.
"Di kamar mandi bawah itu kosong J" kata Seon yang sudah duduk di sofa dengan kopi yang ada di atas meja, ia membawa jadi dapur.
"Gak mau, aku harus ambil baju dulu ke atas."
Tak lama Juno yang sudah selesai mandi berteriak memanggil nama J dan memberi tahukan bahwa ia sudah selesai.
J yang mendapat teriakan segera berdiri dan menaiki tangga perlahan - lahan menuju kamarnya lalu keluar untuk berjalan menuju kamar mandi.
Setelah selesai, mereka bertiga berkumpul di depan televisi, dengan semangkuk mie kuah rasa kari ayam masing - masing. Yap, malam ini mereka sepakat untuk tidak boros dan hanya makan mie yang ada di dalam lemari selama sebulan itu. Bahkan mereka bersyukur karena mie tersebut belum kadaluarsa.
"Emang mie, paling enak" kata J yang duduk di bawah beralaskan karpet berbulu.
"Kaki kamu gak sakit lagi kan?" Juno yang duduk di sebelahnya menolehkan kepala kearah J.
"Nggak, malahan kalau di buat lari biasa aja" sedangkan J masih fokus menonton serial yang sedang mereka lihat, "oh iya pi, puasanya jadi tanggal berapa ya?."
"Besok tanggal tiga" Seon menaruh mangkuk yang sudah kosong dari isinya di depan J, ia mengambil gelas yang berisi air putih.
"Abis ini tarawih dong pi?."
"Ya besok tanggal 2 tarawihnya" jawab Seon, ia sangat fokus saat ini karena di dalam serial tersebut belum di temukan siapakah pembunuh si perempuan dan kali ini akan di ungkapkan pembunuhnya oleh polisi yang sudah berhasil mengetahui.
"Gila sapa nih pembunuhnya" kata Juno yang juga fokus melihat serial tersebut.
J juga kali ini ikut fokus tanpa banyak tanya, ia melihat serial tersebut dengan mulut yang masih penuh dengan mie yang baru ia suap.
Seon sedikit terkekeh karena melihat J yang langsung berubah derastis, dari yang awal banyak bertanya menjadi diam karena serial di depan sana. Terkadang Seon masih menganggap anaknya itu lucu karena tingkah lakunya. Bahkan Seon bisa menjamin bahwa sifat mereka berdua sangat akan berbeda kepada orang lain dan di luar rumah, tidak akan semanja kepadanya.
Seperti ada magnet antara dirinya dan kedua anak tersebut, karena jika bertemu dengannya mereka akan bersifat layaknya anak kecil, sedangkan timbal balik untuknya adalah ia merasa bahagia bahkan hanya di dekat kedua laki - laki itu.
# # # #
Halloo...... Hehehe.....
Selamat buka puasa semuanya, juga selamat beraktifitas di malam senin ini.
Hari ini upload bab 12, pasti kalian dah tau sebelum baca ini. Semoga dapet feelnya ya, semoga juga bisa nemenin kalian buka puasa atau sapa tau bisa nemenin kalian sahur.
Salam dari abang Juno yang mau berangkat ke..... Hayo tebak abang Juno mau ke mana?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seon Admaja || (END)
Jugendliteratur(sebelum baca jangan lupa follow dulu ya semuanya 👋) Ini bukan tentang kisah cinta anak muda Ini tentang kisah ayah duda, yang bertahan dengan dua anak laki-lakinya selama ia merintis karir dan bukan hal mudah. Menjaga dan membesarkan kedua anakny...