BAB 16

551 35 0
                                    

~Happy Reading~

Pukul 3 pagi di hari Jumat Seon terbangun karena suara rington dari ponselnya, ia mengambil ponsel tersebut kemudian mengangkat panggilan dengan nama 'Abang'.

"Waalaikumsalam, iya bang" Seon mengambil kaca mata yang ada di atas nakas kemudian berjalan keluar kamar dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.

"Iya Pi, adek gimana katanya pakek kursi roda lagi, apa bener?" kata Juno dari seberang sana.

"Iya" Jawab Seon yang sekarang sudah duduk di sofa ruang tengah.

"Terus keadaannya gimana Pi?".

"Ya lumayan parah kata Om Dony harus cepet di operasi supaya gak makin parah keretakan tulangnya. Kalau gak segera adek bakalan ada di kursi roda selamanya."

Suara hening tidak ada sahutan dari seberang sana, yang terdengar hanya helaan nafas dari Juno. "Abang gak perlu khawatir kok, papi udah setuju buat operasi mungkin nunggu minggu depan pokoknya sebelum puasa" suara kembali sunyi hanya terdengar Juno yang batuk.

"Kira - kira habis operasi adek bisa jalan lagi kapan?".

"Papi kurang tau bang, mungkin dua minggu".

"Yaudah Pi, nanti kabarin Juno kalau adek mau operasi, Juno juga akan sering - sering kabarin papi".

"Iya bang, kalau gitu Assalamuallaikum".

Setelah Juno menjawab salam Seon panggilan tersebut terputus. Seon kembali berjalan menuju kamarnya, tetapi pesan yang masuk berisi 'papi J boleh minta tolong ambilin air putih di botol minum sama gelasnya sekalian' membuat dia berjalan menuju dapur dan mengambilkan minum untuk J lalu menuju kamar anaknya.

"Dek" panggil Seon dari luar kamar.

"Iya pi, masuk aja" Seon yang membuka pintu kamar J bisa melihat anak itu sedang duduk di pinggir tempat tidur dengan memandang kakinya.

"Kenapa kakinya dek, ada yang sakit?" Seon yang sudah menaruh botol dan gelas di atas nakas, sekarang duduk di sebelah J pandangannya juga sama terarah menuju kaki J.

"Nggak pi" J tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

"Adek mau tidur aja di kamar papi?".

"Boleh?".

"Ayo" Seon jongkok di depan J kemudian menggendong anak itu. "Gimana rasa kakinya masih sakit?" Seon menuruni tangga menuju kamarnya.

"Ya lumayan sih pi, gimana kalau papi kasih lift aja dirumah biar gak gendongin J terus" J sudah duduk diatas tempat tidur Seon.

"Gak papa, kadang juga papi kangen gendong adek sama abang" setelah membantu J memposisikan diri dengan nyaman, Seon menuju sisi lain kasur dan duduk disana. Ia menghidupkan televisi yang ada di kamarnya dan memilih Netflix "mau nonton film?" ia menolehkan kepala kearah J.

"Boleh, kayaknya documentary lebih bagus deh" Seon menganggukkan kepalanya, ia memilih kategori documentary kemudian memilih salah satu judul film yang di tunjuk oleh J.

Mereka berdua menonton film tersebut bersama hingga pukul 5 pagi, Seon yang semula menatap televisi kali ini menolehkan wajahnya melihat J. Anak itu sudah terlelap entah sejak pukul berapa Seon mengecilkan volume televisi lalu menarik lebih tinggi selimut untuk menutupi badan J. Ia berjalan meninggalkan kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan mereka berdua.

# # # #

Siang ini Seon mengendarai mobilnya menuju sekolah J. Ya, dia akan menjemput J karena sudah mendapat pesan dari anak itu yang berisikan 'udah pulang pi'. Setelah sampai Seon memasuki kawasan sekolah memarkirkan mobil di tempat biasanya dan berjalan menuju kelas anaknya.

Tetapi saat menyusuri koridor sekolah Seon melihat J dengan korsi rodanya yang di dorong oleh seorang perempuan, "gue pernah lihat itu anak dimana ya?" Seon mencoba berfikir karena wajah anak itu tidak asing.

Seon yang masih memikirkan dimana ia bertemu anak perempuan yang sedang mendorong kursi roda J dengan kepala menunduk, namanya di panggil dari depan sama, "Papi Seon" yang di panggil mendongakkan kepalanya melihat J yang melambaikan tangannya.

"Hai" Seon berjalan beberapa langkah kemudian berhenti tepat di depan kursi roda J. "Gimana sekolahnya, kakinya ada yang sakit gak?" Seon berjongkok didepan J dengan senyum yang mengembang.

"Sekolahnya baik, terus kaki J gak ada yang sakit kok" Anak itu juga tersenyum kearah Seon.

'Itu siapa?' Seon mengajukan pertanyaan tersebut tanpa suara yang di keluarkan dari mulutnya.

'Lensiya' kata J yang mengikuti papinya berbicara tanpa suara, membuat anak itu sedikit terkekeh.

"Hai Len apa kabar?" Seon berdiri menatap perempuan itu, ia sudah mengingat dimana dirinya bertemu dengan teman J ini. "Maaf ya om sedikit lupa kalau kita pernah bertemu waktu kamu di ajak J kerumah sakit".

"Baik om kabar Siya, iya gak papa kok om" Kata Lensiya dengan senyum yang mengembang, "kalau gitu Siya tinggal dulu ya om" perempuan dengan rambut yang di kepang dua itu berjalan meninggalkan Seon dan J.

"Len, makasih ya" kata J yang membuat langkah Lensiya berhenti dan menganggukkan kepala kearah J.

"Ciieee, ada yang mulai tertarik nih sama cewek" goda Seon kepada anaknya.

"Apaan sih pi, enggak kok. Lensiya itu cuman kelewat baik aja. Dia selalu bantu J dalan keadaan sakit sama nggak" jelas J dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

"Iya iya, yudah ayo" Seon mendorong kursi roda J menuju parkiran mobil, "adek oprasinya senin besok, jadwalnya baru keluar tadi papi di beri tau sama Om Dony" Seon melihat J menganggukkan kepala. Mereka berdua memasuki mobil, Seon menjalankan mobil keluar dari sekolah J menuju rumah.

# # # #

Hallo, selamat malam semua, hehehe....

Apa kabar nih, akhirnya puasa selesaia juga. Dan berakhir dengan hari raya.

Dari Saya mengucapkan selamat hari raya idul fitri, minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin ya teman - teman.

Ok, buat bab ini semoga dapet feel nya, semoga gak ada yang typo. Kalau ada typo sebelum - sebelumnya saya minta maaf.

Kalau gitu selamat membaca dan enjoy.

Seon Admaja || (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang