~Happy Reading~
Suasana di ruangan itu sunyi tanpa ada satu orang pun yang berbicara, mereka berdua yang sama - sama diam hanya bisa saling pandang dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan. Keduanya menhela nafas, bahkan yang lebih aneh adalah mereka sama - sama menundukkan kepala.
"Jadi gimana?" Seon akhirnya membuka suara lebih awal.
Dony yang duduk di kursi kerjanya hanya bisa mengangkat kedua bahunya dengan lesu.
"Gak papa gue siap kok dengerinnya".
Lagi Dony mengehela nafasnya, "bahkan waktu Rania gak banyak kalau menurut medis, tapi kalau menurut tuhan kita gak ada yang tau" ia mendongakkan kepalanya menatap iris mata Seon.
Mereka berdua malam ini berada di ruangan Dony sedang membicakan tentang penyakit Rania yang ternyata sudah mencapai stadium 4. Sedikit kalut Seon dengan suasana saat ini setelah mendengar apa yang di katakan Dony, ia mengira bahwa penyakitnya sudah terangakat dan tidak akan muncul lagi setelah melakukan operasi pada waktu dulu. Tetapi nyatanya Wanita itu tidak mengerti bahwa penyakit tersebut masih bertahan disana dan membuat dirinya berakhir di atas ranjang rumah sakit kembali.
"Rania cuma bisa terapi dan pengobatan lainnya untuk memperpanjang harapan hidupnya Yon" Seon mengangguk paham dengan apa yang harus ia lakukan, "lo apa gak ngerti Yon kalau Rania batuk gitu terus nafasnya kayak sesak banget atau porsi makannya berkurang gitu?".
"Terakhir gue tau waktu dua hari yang lalu dia batuk - batuk terus pas gue tanya katanya kesedak, terus juga gue liat pas makan porsinya itu berkurang terus gitu dan badan Rania lebih kurusan dari terakhir dia kerumah sebelum kasih tau alasan cerai. Bahkan waktu dia kasih tau alasan aja itu udah kurusan banget".
"Kayaknya emang udah lama deh Yon tapi dia gak bawa ke rumah sakit".
Mereka terdiam lama di ruangan itu lagi, entah sudah keberapa kalinya sunyi menyapa mereka berdua. Bahkan jarum jam bisa terdengar saat ini di ruangan tersebut. Sama - sama memikirkan solusi seperti apa yang harus di ambil saat ini untuk Rania.
# # # #
Setelah selesai berbicara dengan Dony, pria itu berjalan menuju kamar istri nya karena sejak pukul 9 malam J dan Juno sudah berpamitan pulang dan besok akan kembali saat pagi sebelum berangkat ke sekolah dan kuliah.
Seon masuk ke dalam ruangan itu, melihat Rania yang sedang duduk di atas tempat tidurnya dengan menonton televisi yang menempel di dinding seberangnya.
"Assalamualaikum" setelah masuk Seon kembali menutup pintu kamar itu.
"Waalaikumsalam" Rania tersenyum melihat Seon yang sudah datang. Bahkan dengan wajah yang pucat pasi itu Rania bisa tersenyum.
"Manis banget sih kalau senyum" mungkin J dan Juno ada disini mereka akan menghujad Seon karena gombalan kuno yang di lemparkannya.
"Apa sih, nanti kamu di bully anak - anak loh ya" wanita itu terkekeh dengan sorot mata yang masih lekat menatap Seon.
"Boleh peluk".
Rania menganggukkan kepala kemudian merentangkan kedua tangannya, ia menyandarkan kepala di dada bidang Seon dengan nyaman, bahkan menurutnya itu sangat nyaman.
Sedangkan Seon menenggelamkan wajahnya diatas kelapa Rania, menghirup aroma wangi stroberi dari rambut wanita itu, bahkan pelukannya semakin erat dan bersamaan dengan itu juga air matanya menetes karena sejak berada di ruang Dony ia menahan sekuat tenaga agar tidak menangis.
"Yang kuat ya sayang, jangan tinggalin kita bertiga. Anak - anak udah sayang banget sama kamu tolong bisa bertahan ya" suara Seon bergetar ia tak sanggup dengan kenyataan yang dihadapinya.
"Gak janji tapi aku bakal usahakan, karena aku juga sayang sama kalian semua" Rania juga meneteskan air matanya, tetapi ia bisa mengontrol dirinya agar tidak membuat Seon lebih menangis lagi.
Dengan posisi seperti itu selama 15 menit Seon terus meneteskan air matanya, bahkan ia tidak bisa berhenti sesenggukan dan berakhir Rania yang menepuk pelan punggung Seon saat pria itu sudah berbaring di sebelah Rania sampai dia tertidur pulas.
Sekarang kalian tahu kan bagaimana bisa J setelah menangis langsung tertidur, yap karena Seon juga tipikal seperti itu tetapi dia bisa mengontrol diri setelah menangis makanya ia tidak selalu tertidur saat selesai meneteskan air mata.
"Bahkan dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah" Rania mengusap pipi Seon dengan lembut, menyurai rambut pria itu yang menyentuh dahi kebelakang kepala, "tapi J juga gitu kan, abis nangis langsung tidur" Rania berbicara sendiri dengan memandang wajah suaminya itu.
"Selamat tidur, semoga mimpi indah" Rania juga memejamkan matanya karena kantuk mendadak datang.
# # # #
Pada akhirnya selama dua minggu ini Rania menetap di rumah sakit kembali, sebenarnya alasan ia ingin kembali bersama Seon adalah bahwa dia ingin menjadi ibu dan istri baik di hadapan anak dan suaminya sebelum akhirnya dia benar - benar harus meninggalkan ketiga pria itu.
Saat ini dia berada di kamar sendiri dengan beberapa rontokan rambut yang semakin parah, bahkan beberapa hari yang lalu dia meminta tolong kepada Rani untuk memotong rambut panjangnya.
"Assalamualaikum" dan perempuan itu datang lagi, kali ini tidak sendiri ia bersama perempuan juga tetapi lebih muda.
"Waalaikumsalam, ya allah mantu mami cantiknya bukan main" Rania merentangkan kedua tangannya memeluk Rani dengan senyum hangat, "itu siapa?" bisik Rania setelah melepas pelukannya.
"Oh" Rani melambaikan tangan kearah perempuan di belakangnya menyuruh perempuan itu mendekat, "ini mi kenalin pacarnya J namanya Lensiya".
Lensiya mencium tangan wanita paruh baya yang duduk diatas ranjangnya itu, "assalamualaikum tante, kenalin saya Lensiya".
"Waalaikumsalam, ya allah cantik banget mantu - mantu mami, jangan panggil tante ya panggil aja mami. Anggep mami sendiri".
Lensiya mendengar itu tersenyum lalu menganggukkan kepala, akhirnya mereka bertiga berbincang - bincang dengan kedua perempuan muda itu duduk di sisi kanan kiri tempat tidur menggunakan kursi yang ada.
"Oh iya mi, Siya punyak sesuatu katanya tapi dia takut kasih ke mami, takut mami tersinggung katanya" kata Rani dengan membenarkan selimut Rania.
"Apa, boleh mami liat?" Rania memandang kekasih J yang duduk di sebelah kanannya.
Sedangkan Lensiya yang masih ragu memandang Rani dan mendapat anggukan dari perempuan itu, membuat dirinya berani mengeluarkan kotak sederhana tetapi estetik dari dalam tas jinjingnya.
"Ini mi" Lensiya memberikan kepada Rania.
"Mami buka ya" setelah mendapat anggukan dari Lensiya, ia membuka kotak tersebut di dalamnya terdapat topi rajut tidak terlalu tebal juga mukenah yang bisa di bawa kemana aja.
"Ya allah, makasih ya nak mami suka sekali" Rani membelai rambut panjang Lensiya yang menjuntai ke bawah.
"sama - sama mi" Lensiya tersenyum lebar ia merasa lega dan senang ketika mami J menyukai hadiahnya.
"Ini katanya dia bikin sendiri mi" lagi Rani memberi tahu informasi yang membuat Lensiya gugup.
"Oh ya, pinter banget, hasilnya cantik".
Setelah itu mereka berbincang dengan asik, beberapa kali juga percakapan mereka di selingi oleh tawa, bahkan Lensiya yang tandinya terlihat canggung dan gugup sekarang sudah bisa berbicara panjang lebar dan membuat lelucon.
# # # #

KAMU SEDANG MEMBACA
Seon Admaja || (END)
Teen Fiction(sebelum baca jangan lupa follow dulu ya semuanya 👋) Ini bukan tentang kisah cinta anak muda Ini tentang kisah ayah duda, yang bertahan dengan dua anak laki-lakinya selama ia merintis karir dan bukan hal mudah. Menjaga dan membesarkan kedua anakny...