~Happy Reading~
Malam harinya setelah Seon memikirkan apa yang harus ia lakukan terhadap Rania mantan istrinya itu, akhirnya disini dia bersama kedua anaknya, Dony dan juga Rina. Mereka berkumpul di ruang tengah dengan suasana yang sunyi Seon yang akan bicara masih terdiam menyusun kata - kata mulai dari mana ia akan berbicara.
Setelah beberapa menit Seon berfikir akhirnya ia menghembuskan nafas, siap untuk berbicara. Saat akan mengatakan apa yang akan dibicarakan Dony di yang duduk di sebelahnya lebih dulu menyela.
"Papi kalian mau nikah lagi" Dony membuka ipad menyodorkan foto yang telah ia persiapkan. "Tapi dengan calon yang sama".
Juno mengambil ipad milik Dony melihat foto itu, foto seorang wanita cantik tengah tersenyum keara kamera, sangat mirip dengan wajah mereka berdua. Ya, itu Rania. Raut wajah J yang sudah kesal saat melihat foto tersebut sangat berbeda dengan mimik wajah Juno yang terkesan tenang.
"Kenapa? Aku tau kok pasti papi punya alasan" Juno menaruh ipad tersebut di atas meja. "Bahkan aku sudah merasa bahwa perceraian yang terjadi bukan hanya karena karir. Buktinya aku gak pernah liat mama di televisi selama ini kalau memang dia jadi artis".
J yang awalnya akan protes seperti biasa kembali menutup mulutnya, mencerna apa yang di katakan oleh Juno dan berakhir menganggukkan kepala setuju dengan apa yang di katakan oleh abangnya.
"Mama kalian selama ini menutupi kebenaran bahkan dari papi, merasa papi akan meninggalkan kalian dan dia membuat dia akhirnya yang lebih dulu meninggalkan kita".
"Alasannya?" kali ini J yang bersuara.
"Karena mama kalian sakit, Rania mengidap kanker stadium 1 pada waktu itu" disini Dony lah yang berbicara.
Seon memberikan amplop coklat yang di berikan oleh Rania dua hari yang lalu. Kemudian selama berjalannya waktu Seon hanya diam mendengarkan penjelasan apa yang di jelaskan oleh Dony, sahabatnya itu lah yang bercerita sejak awal hingga akhir.
"Jadi selama ini kita salah paham?" J anak itu sudah berkaca - kaca air matanya menumpuk di kelopak mata.
Seon menganggukkan kepala, bahkan hari ini Seon tidak bisa melihat ekspresi kedua anaknya itu seperti apa ia hanya bisa menundukkan kepala.
Juno yang mendengar penjelasan dari Dony memandang lurus kedepan ia merasa marah dengan dirinya sendiri, kenapa sudah sebesar ini dirinya tidak menanyakan hal yang pasti kepada wanita itu.
"Apa" Juno yang ingin mengeluarkan suara tidak mampu kali ini, rasanya ada sesuatu yang menghantam bagian tenggorokan hingga sakit.
"Iya, masih bahkan ada kemungkinan kambuh lagi" kata Seon yang membuat kedua anaknya terdiam.
"Bukan Yon bahkan udah bukan kemungkinan lagi, tapi udah kambuh" Seon dan kedua anaknya memandang Dony dengan kaget. "Mangkanya kalau gue suruh baca chatnya itu, baca yang bener".
"Coba J liat chatnya om".
Dony menyodorkan ipad yang sudah terbuka halaman chat antara dirinya dan Rania.
Semua terdiam setelah J membaca chat tersebut, bahkan tak ada satu kata yang keluar seperti sebelum kedua anak Seon mengetahui kebenaran tentang mama mereka.
"Apa yang bakalan papi lakuin?" Juno melihat Seon yang juga melihatnya.
"Kembali lagi boleh?" Seon menautkan kedua telapak tangannya.
"Tujuan?" J melihat Seon dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.
"Papi kali ini harus bisa jaga mama kalian, papi juga harus kasih dukungan buat bisa sembuh dari sakitnya, bahkan papi juga merasa kalau masih sayang dan cinta sama mama kalian".
"Ok, tujuan cocok, permintaan di terima".
"Beneran dek?".
J menganggukkan kepala, "J juga pingin ngerasain gimana punyak ibu".
Seon tersenyum dengan hangat kearah kedua anaknya, ia berdiri memeluk kedua anak itu dengan sayang, "terima kasih nak".
"Sami - sami" kata mereka berdua dengan kekehan.
# # # #
Seon keluar dari kamarnya setelah selesai mandi, ia melihat di ruang tengah terdapat dua anaknya sedangkan seseorang yang ia cari entah tak tahu kemana.
"Di dapur pi" Juno yang tahu gerak - gerik Seon langsung mengatakan apa yang ia tahu.
"Bucin bener elah, tau gitu waktu itu gak usah di iyain bang" J yang duduk dengan setoples kacang menatap julid kearah Seon.
Ya, setelah kedua anaknya itu mengetahui masalah perceraian antara Seon dan Rania mereka menyetujui Seon kembali bersama dengan Rania. Kemudian seminggu setelah kedua anak itu tahu, Seon dan Rania kembali bersama.
"Yeee, kayak kamu gak pernah bucin aja" Seon berjalan meninggalkan depan pintu menuju dapur, ia melihat seorang perempuan berdiri menghadap kompor dengan tangan yang berkutik entah melakukan apa.
Seon memeluk wanita itu dari belakang kemudian mencium pipi kanan Rania, "bikin apa?".
"Mau bikin cemilan buat anak - anak katanya pingin jajan. Dari pada beli di luarkan mending bikin sendiri".
"Kamu jangan nurutin anak - anak. Lama kelamaan nanti bisa tambah parah itu sifat manjanya" Seon yang berjalan kearah ruang tengah sengaja meninggikan suaranya agar terdengar oleh kedua anaknya.
"Kayaknya minta di begal" kata Juno dengan pelan takut membuat papinya mendengar.
"Kaga boleh tau dosa, yang lain aja" J disebelahnya menyauti apa yang di katakan oleh Juno.
Mereka berdua terkekeh bahkan bisa sejahil itu kedua anak Seon dengan dirinya. Kekehan mereka mengundang Rania ikut bergabung mersama mereka bertiga ia duduk di sofa single dengan makanan yang sudah di tarunya di atas meja.
"Ketawain apa sih?" yang di tanya kedua anak itu hanya menggelengkan kepala sambil melihat televisi yang menampilkan kartun Spongebob tersebut.
Bukan mereka tidak ingin terbuka dengan rania, tetapi mereka terkadang masih belum bisa se-enjoy itu dengan wanita tersebut mereka bahkan masih susah untuk memanggil dengan sebutan mama. Terkadang saja kedua anak itu jika kesulitan masih memanggil Seon untuk menolongnya.
"Papi tinggal dulu ke ruangan kerja ya".
Mereka berdua sama - sama menaikkan sebelah alisnya, tidak biasa papinya mengatakan seperti itu jika akan meninggalkan mereka.
Rania yang melihat gelagat Seon tahu bahwa suaminya memberikan ruang untuk dia dan kedua anaknya, karena semalam Seon mengatakan bahwa mereka bertiga harus bisa menghilangkan rasa canggung.
"Hey, mami boleh duduk di situ sama kalian gak?" Rania menunjuk sofa panjang yang sedang di duduki oleh kedua anaknya.
"Boleh" J dan Juno bergeser memberi cela untuk Rania duduk di antara mereka berdua.
Rania yang melihat kedua anaknya memberi tempat berjalan duduk sofa tersebut, "gimana kabar kalian?".
"Alhamdulillah baik kok" mereka menjawab bersamaan dengan J yang sudah menutup toples jajannya.
"mami sendiri gimana kabarnya?" kali ini hanya Juno yang membuka suara.
Kedua anaknya itu melihat kearah Rania, mereka mendadak bergeser duduk mendekati wanita itu kemudian saling menaruh kepala di bahu maminya.
Rania yang melihat itu tersenyum dengan lebar, "mami juga baik kok" ia menautkan kedua telapak tangannya, "kalian gak marah sama mami?".
Dengan cepat kedua anak itu menggelengkan kepala.
"Kita cuman canggung aja karena udah lama tinggal bertiga dan laki semua. Terus baru kali ini ada mami" kata J dengan tangan yang ia tautkan dengan tangan Rania, "gini ya rasanya punyak ibu, seru terharu" J memejamkan matanya.
Juno juga menautkan tangan dengan tangan Rania, sedangkan satu tangannya sibuk memotret tangan dirinya yang sedang bertautan itu.
Seon yang melihat dari cela pintu ruang kerja tersenyum hangat, ternyata kedua anaknya itu sudah tidak marah dengan Rania yang sekarang kembali menjadi istrinya. Bahkan melihat pemandangan di ruang tengah itu membuat ia iri dan berakhir keluar dari ruangan itu, berjalan kearah sofa lalu menyingkirkan Juno yang sedang asik memejamkan matanya.
# # # #

KAMU SEDANG MEMBACA
Seon Admaja || (END)
Fiksi Remaja(sebelum baca jangan lupa follow dulu ya semuanya 👋) Ini bukan tentang kisah cinta anak muda Ini tentang kisah ayah duda, yang bertahan dengan dua anak laki-lakinya selama ia merintis karir dan bukan hal mudah. Menjaga dan membesarkan kedua anakny...