(sebelum baca jangan lupa follow dulu ya semuanya 👋)
Ini bukan tentang kisah cinta anak muda
Ini tentang kisah ayah duda, yang bertahan dengan dua anak laki-lakinya selama ia merintis karir dan bukan hal mudah.
Menjaga dan membesarkan kedua anakny...
Seon hanya bisa melihat lurus dengan pandangan yang tidak bisa diartikan, kosong dengan pikiran yang entah kemana. Sedikit kaget dengan pernyataan yang anaknya berikan.
Seon berdehem, kemudian membenarkan duduknya senyaman mungkin, "abang serius?" masih dengan pandangan kedepan tidak menoleh sedikit pun kearah Juno.
"Serius pi" Juno kali ini sedikit antusias ia bangun dari tidurnya menyandarkan badannya di sandaran tempat tidur.
"Abang udah bisa cari uang sendiri belum?" Seon kali ini menolehkan kepala kearah Juno melihat anak itu diam arti dari jawaban tersebut adalah 'tidak'.
"Bahkan orang lamaran aja butuh uang bang".
"Abang juga tau pi kalau lamaran butuh uang".
Lah ya itu, abang boleh takut kehilangan Rani, tapi cara mempertahankannya bukan seperti itu pasti Rani juga bakalan kaget kalau mendadak abang ngelamar dia kan" Juno mengangguk dengan lemas.
"Terus gimana?" tanya Juno dengan kepala yang menunduk.
# # # #
Pagi ini Seon tengah di sibukkan dengan beberapa pasien yang berdatangan akibat kecelakaan yang beruntun, beberapa anak didik yang membantunya berusaha mengambil alih pasien lain bahkan Dony ikut turun tangan membantu disaat ada beberapa pasien yang harus ia periksa.
"Melaggar aturan lo" kata Seon dengan terkekeh.
"Anak - anak gue yang ambil alih" Dony berdiri di samping Seon menunggu beberapa pasien lagi yang masuk.
Seon berhenti tertawa saat seorang laki - laki paruh baya mendorong berangka masuk kedalam ruang UGD melewatinya, ia sangat kenal dengan wajah itu bahkan sangat jelas sekali dia mengenali itu siapa, ia berjalan meninggalkan Dony yang sedang berbicara kemudian mengambil alih brangka tersebut, "TOLONG SIAPIN RUANGAN BUAT GUE!!" bahkan Seon meninggikan suaranya dan lupa jika keadaan sedang kacau saat ini.
Di tempat lain, Juno menautkan alisnya saat melihat stan kopi Rani tutup, bahkan semalam Rani mengatakan ia yang berjaga untuk stan tersebut, tetapi sampai saat ini di jam yang harusnya sudah buka kenapa stan itu masih tertutupi oleh kain hitam.
Juno melanjutkan jalannya dengan mengirim beberapa pesan untuk Rani.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bahkan ia sampai tidak melihat jalan dan berakhir menabrak seorang pria dan wanita paruh baya dengan pakaian khas kantor.
"Maaf pak, bu saya tidak melihat, maafkan saya" beberapa kali Juno menundukkan kepala untuk meminta maaf.
"Iya nak, tidak papa" wanita yang menurut Juno sedang menangis itu menepuk ringan bahunya kemudian pergi.
Kemudian Juno melanjutkan jalannya menuju kampus melewati lorong penghubung antara rumah sakit dan kampusnya.