~Happy Reading~
Rabu pagi, dimana gerimis datang sejak mereka selesai melakukan ibadah subuh. Kali ini Seon melihat kedua anaknya saling diam tidak ada yang membuka pembicaraan atau hal lain yang biasa mereka lakukan seeprti bertukar lauk saat J kehabisan atau tidak mau.
Bahkan setelah selesai makan dan mencuci piringnya, J langsung berjalan keluar rumah ia duduk di teras dengan menikmati hujan dan angin yang sejuk, kegiatan memgamati tumbuhan miliknya yang ia kumpulkan itu untuk menunggu kedua orang laki - laki di dalam rumah selesai makan.
"Adek bawa skate lagi?" Seon hanya bisa melihat J dari spion tengah saat anak itu menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Setelah Juno masuk kedalam mobil Seon menjalankan kendaraan roda empat itu meninggalkan rumah dan mengantarkan anaknya menuju sekolah masing - masing.
Saat sudah akan sampai di sekolah J anak itu mengatakan kepada Seon untuk berhenti sebelum lampu merah dekat sekolah. Karena ia akan menggunakan skateboard nya untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah J keluar dan meninggalkan kendaraan hitam itu Seon hanya memperhatikan dan mengamati kepergian J, ada rasa khawatir yang berlebihan dalam diri Seon.
"Papi takut bang, anak itu akan seperti dulu" kata Seon yang sudah menjalankan mobilnya.
"Kehilangan arah dan pada akhirnya memilih untuk berada di luar rumah hingga larut malam. Takut kalau di akan berulah lagi karena akan kehilangan kamu." Juno mendengarkan apa yang di katakan Seon dengan pandangan keluar jendela mobil.
"Dari dulu ini bukan tentang kita kan, ini tentang dia yang harus mencari jati diri dengan benar, dan kita berhasil menuntunnya menjadi anak yang tahu bagaimana menghadapi situasi bahaya, tahu cara memilih salah dan benarnya, tahu juga bahwa apa yang harus di hindari sepenuhnya dan tidak."
Juno hanya menganggukkan kepalanya. Ya, ia tahu bahwa semua yang di lakukan untuk J dan sesayang itu dirinya kepada J.
# # # #
Siang hari pukul 2 Seon yang berulang kali menghubungi J tidak ada jawaban. Ia juga menghubungi Rina memastikan apakah anaknya sudah pulang atau belum tetapi hasilnya J tidak ada di sekolah. Bahkan Seon lupa beberapa hari lalu ia tidak meminta nomor satu persatu teman J.
"Halo iya pi?" panggilan yang dilakukan Seon akhirnya terjawab oleh Juno.
"Abang di hubungi adek?" kata Seon yang sekarang sudah duduk di sofa ruangannya.
"Nggak pi kenapa?."
"Adek di hubungi gak aktif bang."
"coba abang hubungi dia pi, nanti kalau ada kabar abang hubungi lagi papi. Assalamuallaikum " setelah menjawab salam dari Juno, Seon berdiri dari duduknya ia ingin pergi mencari anak keduanya di sekeliling rumah sakit.
Bahkan tempat - tempat yang sering di datangi anaknya itu di rumah sakit pun tidak ada. Seon khawatir sekali. Ia takut J akan berulah seperti waktu dulu. Dimana dirinya yang sangat sibuk dengan banyaknya operasi dan Juno yang sangat sibuk mempersiapkan tes untuk masuk kuliah berakhir Dengan J yang di hiraukan dan menjadi anak yang bisa di bilang nakal karena ia selalu pulang larut malam dengan seragam yang masih melekat di badan juga bersama skateboard yang selalu anak itu bawa kesana - kemari.
Dan hari ini, J kembali membawa skateboard tersebut setelah sekian lama ia tidak menggunakannya dan itu membuat Seon kembali khawatir. Ponsel yang ada di dalam sakunya bergetar ia yang sedang berjalan berhenti kemudian mengangkat panggilan tersebut.
"Iya bang, gimana?" Seon berjalan minggir ia melihat pemandangan di luar gedung dari lantai tersebut.
"Pi gak aktif nomernya, tapi tadi abang hubungin Cena temen adek, katanya adek ada di tempat biasa dia main skate. Disana Cena tadi sama J" Seon yang mendengar itu berdehem kemudian berterima kasih kepada Juno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seon Admaja || (END)
Teen Fiction(sebelum baca jangan lupa follow dulu ya semuanya 👋) Ini bukan tentang kisah cinta anak muda Ini tentang kisah ayah duda, yang bertahan dengan dua anak laki-lakinya selama ia merintis karir dan bukan hal mudah. Menjaga dan membesarkan kedua anakny...