BAB 19

458 34 0
                                    

~Happy Reading~

Pada tanggal 29 tepat dimana J yang besoknya akan berjalan normal disitulah Juno datang. Dengan membawa koper di tangan kanannya ia menggeret menuju halaman rumah berdiri di depan pitu dengan memencet bel rumahnya. Anak itu tidak berniat masuk karena ingin memberi surprise kepada adik dan papinya. Bahkan ia tidak memperbolehkan Om Dony dan Jero memberi tahu kedua laki - laki penghuni rumahnya.

"Dek minta tolong bukain pintu dong, papi lagi cuci piring nih" teriak Seon dari arah dapur dengan posisi membilas piring dan masih menggunakan celemek.

"Iya" J yang berada di ruang tengah memutar ban kursi rodanya kearah pintu kemudian membukanya. Ia sedikit kaget karena abangnya berdiri di depan pintu, tetapi kemudian ia menutup pintu kembali dengan membantingnya yang membuat Seon menolehkan kepala mendengar suara itu.

"Dek kenapa pintunya di banting" teriak Seon yang masih dengan posisi sama, "Siapa yang dateng".

"Setan" kali ini J berteriak dengan sekuat tenaga hingga membuat orang yang berdiri di depan pintu terkekeh.

"Kok setan sih, ini kan abang" Juno membuka pintu kemudian mendorong kopernya masuk kedalam rumah. Ia berjalan menghampiri J, berjongkok didepan adiknya menatap wajah adiknya yang bisa di bilang sedikit pucat karena badan anak itu panas dan sedang batuk. "Apa kabar? Sehat kan? Tapi kemarin kata papi kamu sakit panas dan beneran sepucat itu wajahnya".

Juno menjeda kata - katanya sebentar, lalu berkata kembali "gimana, abang udah tepatin janji kan buat hubungin adek setiap hari?" Juno melihat J yang masih memandang layar televisi tetapi menganggukkan kepalanya untuk menjawab Juno.

"Udah kok bang, terima kasih sudah menjadi abang baik J. Maaf kalau J merepotkan, juga mana skateboard nya" Tagih J kepada abangnya yang berjanji membelikan skateboard beserta beberapa aksesoris.

Juno terkekeh ternyata adiknya ini masih ingat dengan hadiah yang ia janjikan. Bahkan Juno menjanjikan hadiah tersebut tanpa ragu, karena ia tahu jika adiknya ini selalu berada di peringkat teratas saat disekolah. "Mau duduk di bawah buat bongkar koper abang".

J menganggukkan kepalanya. Setelah Juno memindahkan meja yang ada di tengah karpet berbulu. Ia membantu J duduk di atas karpet tersebut. "Ok, kita unboxing hadiah J" Juno mengeluarkan kardus kotak yang berisikan akseosris skate kemudian mengambil kardus panjang yang berisi papan skate.

"Coba di liat dulu ada yang kurang gak?" J menganggukkan kepala kemudian membuka kardus panjang terlebih dahulu yang berisi papan skate polos.

"Abang, maafin J ya yang gak bisa nepatin janji buat susulin abang kesana. Karena J seperti ini" kata J yang sudah membuka kardus kotak.

Seon yang sudah menyelesaikan mencuci piringnya berdiri di belakang televisi dengan memandang kedua anaknya, ia memasukkan kedua tangannya di saku celana dan senyum yang mengembang. Kedua anak itu tak tahu jika papinya sudah berdiri disana sejak Juno menguarkan hadiah J. Bahkan J yang menghadap kearahnya saja lebih tertarik terhadap skateboard barunya dari pada Seon.

"Hai bang, apa kabar?" Seon yang sudah menginjakkan kaki diatas karpet berbulu itu duduk di atas sofa panjang belakang J.

Juno yang melihat papinya menyalami pria itu, "Alhamdulillah baik pi".

"Sama Om Dony pulangnya?" Juno menganggukkan kepala mendengar pertanyaan papinya.

"Bang bang, ini pegangin" J memberikan papan skate ke Juno kemudian anak itu memasang roda skate itu.

"Susah ya, dulu J pasang gak sesusah ini deh" Anak itu menyenderkan badannya ke sofa kepalanya terjatuh kesamping bertumpuh pada kaki Seon.

"Sini papi benerin" Seon membenarkan kepala J, kemudian duduk desebelahan dengan J. Sedangkan kepala J jatuh kembali kesamping bertumpuh pada bahu papinya.

# # # #

Selesai Sholat tarawih di masjid kompleks rumah mereka bertiga keluar masjid dengan J yang berada di gendongan Juno. Seon memakaikan sandal J kemudian bersiap berjalan meninggalkan halaman masjid sebelum akhirnya tiga bapak - bapak memanggil Seon.

"Assalamuallaikum, Pak Seon" Dengan melambaikan tangan dan senyum yang mengembang mereka berjalan kearah Seon dan dua anaknya.

"Waalaikumsalam" Seon yang sudah melihat kearah belakang menganggukkan kepalanya untuk membalas sapaan.

"Apa kabarnya?" Salah satu dari tiga bapak - bapak itu mengulurkan tangan untuk bersalaman kepada Seon.

"Alhamdulillah baik, Pak RT, Pak Johan, Pak Toni sendiri gimana sehat?" Seon membalas salaman tangan Pak RT.

"Alhamdulillah sehat" Jawab mereka serempak dengan Seon yang menjabat satu persatu tangan mereka.

Beberapa menit akhirnya mereka berbincang - bincang Pak RT dan Pak Johan adalah orang tua dari Jingga dan Hero sedangkan Pak Toni adalah orang tua dari teman kuliah Juno tetapi tidak terlalu dekat hanya saling tahu saja.

Setelah dirasa cukup lama Seon pamit undur diri karena J yang terlihat sudah mengantuk. Mereka bertiga berjalan menyusuri setiap rumah di kompleks tersebut. Sesampainya di rumah Juno dan J duduk di teras sedangkan Seon berada diluar pagar karena sedang memesan nasi goreng yang lewat didepan rumah mereka.

"Ini nasi gorengnya mas" Seon membawa dua piring nasi goreng yang baru saja matang.

"Terima kasih pak" kata dua anak itu bersamaan.

"Ini Pak Seon nasi goreng satunya" penjual nasi goreng itu berjalan masuk kehalaman rumah Seon dengan membawa satu piring lagi nasi goreng.

"Terima kasih" Seon mengambil nasi goreng tersebut kemudian duduk bersama Juno dan J.

"Mau kemana, Pak Tejo sini aja. Udah lama gak bercengkrama" kata Juno yang membuat J, Seon dan Pak Tejo penjual nasi goreng terkekeh.

"Gimana pak, udah habis berapa piring hari ini?" tanya Juno yang sudah menghabiskan setengah nasi goreng.

"Alhamdulillah mas, ini piring ke 20".

"Alhamdulillah" jawab Seon dan dua anaknya serempak.

"Mas J kapan selesainya duduk di kursi roda?" tanya Pak Tejo.

"Besok terapi terakhir pak, doakan J ya pak supaya bisa main skate lagi" Pak Tejo menganggukkan kepalanya.

Setelah menghabiskan nasi goreng dan berbincang - bincang Pak Tejo pamit undur diri karena harus keliling lagi. Sedangkan ketiga orang laki - laki itu masuk kedalam rumah dengan Juno dan J yang berada di ruang tengah sedangkan Seon masuk kedalam kamar untuk mengganti baju dan melepas sarung.

"Loh barusan ditinggal masuk kamar, udah tepar aja dia" Seon menunjuk J yang duduk di sebelah kanan Juno.

"Abis nangis pi, nonton drama itu" Juno menunjuk layar televisi menggunakan dagu.

"Kamu tidur mana? Kalau tidur atas papi pindahin adekmu ke atas juga. Kalau di bawah tidur sama adek di kamar papi sana".

Juno menggelengkan kepala, "Sini aja lebih seru pi, jarang banget tidur di ruang tengah".

"Yaudah papi kasih bed cover ya" Juno menganggukkan kepala kemudian menyingkir dari atas karpet berbulu karena Seon akan menggelar bed cover diatas karpet tersebut.

Juno berjalan kearah kamar Seon mengambil dua bantal, kemudian berjalan naik ke lantai 2 mengambil bantal dan guling dari kamarnya. Ia meletakkan satu bantal di tengah kemudian membantu papinya menurunkan J dari sofa, karena jika tidak di turunkan anak itu bisa terjatuh karena tingka tidurnya.

Seon yang masih berdiri berjalan kearah sakelar lampu mematikan setiap lampu tetapi juga menyisakan 2 lampu menyala agar tidak terlalu gelap.

Mereka bertiga akhirnya tertidur di ruang tengah setelah menghabiskan 4 episode dari salah satu documentary Netflix.

# # # #

Selamat malam semua.....

Cuman mau bilang terima kasih yang udah dukung cerita ini, terima kasih buat 545 pembaca dan 93 votenya. Kalian luar biasa.

Kayaknya segitu aja, maaf kalau sering up nya malem banget.

Bye semua..... 👋

Seon Admaja || (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang