BAB 3

1.2K 76 1
                                        

~Happy Reading~

Setelah selesai makan dan sedikit berbincang meskipun hanya tiga keluarga itu saja yang berbicara sedangkan Dony dan anaknya hanya mencoba menyimak keseruhan perdebatan anak dan bapak.

Mereka berpencar Dony dengan anaknya menuju ruangannya di rumah sakit sedangkan Seon dan kedua anaknya berada di depan coffee shop yang ada di dalam rumah sakit tersebut.

"Adek mau kemana habis ini?" Seon melihat J yang sedang meminum ice coffee latte melalui sedotan dengan tenang.

Seperti anak kecil yang di beri susu kotak, J memegang gelas coffee nya dengan kedua tangan dan sedikit menunduk untuk meminumnya.

"Aku mau di rumah sakit aja pi, kayaknya mau jalan-jalan keliling rumah sakit aja deh."

"Nanti kalau mau istirahat ke ruangan papi aja ya" J menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang di bicarakan papinya kemudian berjalan entah kemana dengan masih meminum ice coffee latte nya.

Seon yang melihat anak bungsunya hanya menggeleng kepala. Mungkin sudah tidak bisa di hitung berapa kali Seon menggelengkan kepalanya. "Abang mau kemana?" ia berbalik arah melihat Juno yang ada di sebelahnya.

"Aku mau ke kantor papi aja deh, males juga kalau di rumah gak ada temen" Seon menganggukkan kepala kemudian berjalan bersisihan bersama anaknya.

Sesekali bapak dari dua anak itu membalas sapaan dokter maupun perawat yang lewat dan menyapanya balik. Juno yang ada di sebelahnya hanya memasukkan kedua tangannya ke dalam hoodie hitam kemudian menutupi kepalanya menggunakan tudung hoodie.

"Kenapa kepalanya di tutup gitu?" Sesaat Seon menolehkan kepala ke arah anak pertamanya.

"Kalau kata adek, identitasku udah tercemar" Juno terkekeh karena perkataan adiknya itu.

Entah apa yang harus di katakan tetapi Seon tidak habis fikir dengan apa yang di katakan oleh anak terakhirnya itu, "kalian tega ngebuli papi demi gak dapet uang saku seminggu" Seon tersenyum miring. Berhasil membuat anak pertamanya itu berhenti berjalan.

"Ya!" Seon yang mendengar anaknya sedikit berteriak itu berhenti berjalan dan membalikkan badan, "pi gak boleh gitu dong, kan kita gitu juga demi papi" Juno berjalan dengan lemas kemudian ia memeluk Seon dengan erat. "Huaaaa, gak boleh gitu pokoknya."

Seon tersenyum, "ya giman--" belum selesai berbicara Juno sudah menyelah terlebih dahulu.

"Gak boleh pokoknya, gak mau" anaknya itu menggelengkan kepala berulang kali.

Sedangkan beberapa orang lalu-lalang melihat apa yang di lakukan mereka berdua.

"Bang, banyak yang liat ini kamu gak malu apa?"

"Ngapain malu aku pakek baju kok, aku juga meluk papi aku sendiri" Seon terkekeh ternyata anaknya tidak malu memeluknya meskipun sudab besar.

Sedangkan J yang melihat dari jarak 5 meter, berlari menuju mereka berdua saat sudah dekat ia merentangkan tangan memeluk papi dan abangnya, "ini gak ngerti kenapa pelukan disini tapi aku juga mau, bang aku yang di bawah kamu di atas" kedua anak itu mengganti posisi kemudian masih memeluk Seon.

"Dek papi gak kasih kita uang seminggu buat jajan soalnya kita abis bully papi" J yang mendengar itu mengerutkan dahinya kemudian memeluk erat papinya.

"Gak mau, aku gak bisa di gini in. Huaaa gak mau pokoknya" di luar dugaan ternyata J terisak sungguhan, ia sangat takut karena harus kehilangan uang sangu seminggunya.

"Lah, kamu kok nangis beneran sih, malu-maluin abang aja" Juno melepas pelukan di gantikan dengan tepukan ringan di punggung J agar adiknya itu tenang.

Seon terkekeh melihat anaknya ternyata sangat menyayangi uang saku seminggu nya meskipun tidak terlalu banyak, "ulu ulu ulu, anak papi. Cuman bercanda kok papi gak beneran itu" ia memeluk J dengan sayang.

"Ayo ke ruang papi aja, malu tau disini banyak yang liat" Juno dan Seon menuntun berjalan J yang masih sesenggukan.

# # # #

Pukul 10 malam Seon kembali ke ruang kerjanya setelah mulai pagi mengoprasi pasien yang membutuhkan waktu lama. Ia memasuki ruangan bernuansa putih itu dengan dua sofa panjang di tengah ruangan dan di belakang sofa terdapat meja kerjanya.

Pandangannya tertuju kearah dua anak yang sedang tertidur lelap di atas sofa. Senyumnya mengembang melihat kedua anaknya yang tertidur lelap, satu sudah dewasa tetapi tingkahnya seperti remaja yang labil dan satu lagi sudah remaja tetapi tingkahnya seperti anak smp yang masih manja. Tapi Seon menikmati tingkah laku anaknya itu, selalu bisa luluh dengan rengekan J dan dengan pelukan hangat Juno.

Ia berjalan duduk di salah satu sofa single kemudian memandang lagi anak-anaknya, "kalau lagi jahil, jahil nya gak main-main. Tapi kalau lagi tidur gini bikin tenang karena gak berulah."

Setelah puas dengan mengamati dua anaknya yang terlihat polos saat tidur ia membereskan beberapa pekerjaan yang akan ia bawa dan selesaikan di rumah karena besok adalah hari liburnya setidaknya ia tidak menganggur.

Membawa tas ranselnya di punggung ia membangunkan anak pertamanya, "bang, abang ayo pulang" melihat Juno yang merenggangkan tubuhnya dan sudah terduduk ia beralih membangunkan anak bungsunya, "Adek ayo bangun pulang" sedangkan J tidak bergerak sedikit pun.

"Papi gak bakalan bisa bangunin J dalam satu tepukan aja" Juno terkekeh ia mengambil gelas minumnya kemudian mengisi air dari dispenser dan, "bangun woy, dek ayo pulang kamu mau di sini sendirian" ia meneteskan air minum tersebut ke wajah J dengan tangannya.

Sudah malam pun kejahilan adik - abang ini masih tercipta, kadang Seon berfikir dalam apakah ia dulu senakal dan sejahil ini, "papi tunggu di tempat jaga depan bang."

Juno hanya menganggukkan kepala dan terkekeh karena menjahili adiknya.

"Udah gak ngerti lagi gue sama pemikiran dua anak itu" Seon menutup pintu dan menggelengkan kepala setelah itu berjalan menuju tempat jaga.

Tak lama ia mendengar suara tawa Juno, "abang kalau bangunin aku yang manusiawi dong, masa iya aku di siram air segelas. Ini jadi basah semua kan baju aku" dan juga suara protes J.

"Yaelah lagian kamu nya di bangunin sangat manusiawi juga gak bergerak sama sekali, capek aku banguninnya di siram aja sekalian" kata Juno dengan sisa tawanya. "Lagian juga kan aku cuman siram kamu air sedikit mana ada basah semua."

"Udah malem, ini rumah sakit bukan rumah kalian jangan keras-keras kalau ngomong bisa kan?" Seon memiringkan kepalanya dengan satu alisnya naik.

"Papi jokes nya dark banget sih, bikin tambah betek aja" kata J yang berjalan terus meninggalkan Seon.

"Emang papi keliatan lagi bercanda?" ia bertanya ke anak pertamanya yang hanya di jawab dengan mengedik kan kedua bahu.

"Susah gak dok punya anak dua laki semua" tanya suster jaga yang usianya masih terbilang muda.

"Ya begitu sus, suster bakal tau sendiri kok. Mereka bakalan berkeliaran disini setiap hari jadi pantau terus aja bagaimana tingkah laku mereka. Saya duluan" Seon pergi setelah suster tersebut menganggukkan kepalanya.

"Kasihan ya dokter Seon, pasti capek karena pulang kerja harus ketemu sama anaknya yang kayak mereka" suster lain di sebelah suster muda itu menganggukkan kepalanya, menyetujui apa yang di katakan temannya.

"Jangan sok tau, udah kerja sana dari pada harus gosipin teman saya" kedua suster itu kaget karena ada seseorang yang berbicara.

"mari dok" kemudian mereka berdua pergi meninggalkan tempat jaga tersebut setelah menganggukkan kepala kearah Dony.

Dony menghela nafasnya. Melihat punggung Seon yang sudah menghilang di belokan ujung lorong, "dia gak pernah capek kok, tawa dan tingkah laku anaknya adalah obat baginya."

# # # #

Maaf banget ya gaes, gak menentu update nya.

Hehehe, moga bisa dapet feelnya. Jangan lupa tinggalin jejak ya.

Ketemu di bab selanjutnya, bubai 👋.

Seon Admaja || (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang