02. permintaan Tamara

81 17 4
                                    

"meminta sesuatu atas timbal balik tidak apa kan? Saya dapat yang dinginkan, begitupun dengan anda. Ini impas, timbal balik yang menguntungkan kedua belah pihak."

"Jika ingin membedakan kasih sayang, jangan di depan saya. Saya muak!"
....

Di rumah bertingkat tiga itu, empat manusia berbeda generasi juga kelamin sedang bercengkrama, mengobrol membicarakan kegitan yang mereka jalani hari ini. Semua tertawa saat mendengar lelucon yang di lontarkan, saling terbuka dan menyayangi.

"Gimana sekolah kalian?" Tanya wanita paruh baya setengah abad. Dia, Diana.

"Baik, mah," jawab Tamara apa adanya, dia melihat kearah adiknya yang bersandar pada Diana. Terlihat nyaman.

Bisakah sekali saja dirinya yang menempati posisi itu? Tamara ingin, Tamara mau merasakan sandaran kenyamanan itu.

Tamara terseyum kecut.

"Seperti biasa mah, semuanya lancar. Tapi..... "

"Tapi apa, sayang?" Dia mengelus rambut anak bungsunya, sesekali mengecupnya sayang.

"Aku gak suka sama Tara, dia selalu ganjen sama pacar aku. Tadi juga gitu," Tamari cemberut, dia mendengus melihat kakaknya. Tamari tahu bahwa kakaknya itu menyukai pacarnya. Kekasihnya.

"Untung aja pacar aku setia," lanjut Tamari.

Adam melihat anak pertamanya yang hanya terdiam dengan mata fokus pada layar televisi. Dia menghembuskan nafasnya "gak boleh gitu Tara, dia pacar adikmu. Cari yang lain, jangan Rafael."

"Iya, jangan menyukai milik adikmu sendiri. Dan jangan berniat menjadi orang ketiga dalam hubungan adikmu." Sambung Diana memberitahu anak pertamanya.

"Sadar diri juga perlu Tara, kamu jelek," sudah biasa Tamara dengar.

Tamara mendengus, dia menselonjorkan kakinya, membenarkan letak kecamatannya, pasti seperti ini, ujung dari pembicaraannya pasti berujung pada menghina dirinya, membicarakan wajah buruk rupa yang dia miliki.

"Udah jelek gak tahu diri!" Tamari mencibik, memandang tak suka kakaknya itu.

Mendongak, Tamara melihat ayahnya yang sedang duduk anteng sambil membaca koran. Dari tadi dia ingin berbicara dengan ayahnya. Dia ingin mengutarakan keinginannya.

"Ayah, Tara boleh bicara sebentar?"

Adam dan yang lain memusatkan perhatian nya pada Tamara. Adam menaikan satu alisnya "ini tentang itu." Lanjut Tamara.

Adam mengangguk, dia berdiri untuk keruangan kerjanya. Melihat wajah anaknya, seperti Tamara ingin berbicara serius. Tamara bangkit mengikut langkah ayahnya.

Tinggallah Tamari dan Diana, mereka kedua saling pandang "apa mereka menyembunyikan sesuatu dari kita, mah?"

"Mamah gak tahu."

Tok

Tok

"Masuk!"

Tamara masuk kedalam ruangan sang ayah, dia langsung duduk di sofa yang tersedia disana. membuka kaca matanya, Tamara memberikan tatapan serius pada ayahnya. "Tamara akan menerima keinginan ayah yang ingin menjadikan Tamara sebagai pengganti ayah, Tamara akan melanjutkan perusahaan ayah." Ucap Tamara to the poin.

Adam diam, dia menunggu kalimat kelanjutan yang akan Tamara ucapkan. Tamara menunduk, namun sedetik kemudian dia mendongak "tapi, dengan satu syarat?"

"Apa?" Tanya Adam langsung.

"Jika tidak menikah, tunangkan aku dengan Rafael."

Adam terseyum kecut, lelaki paruh baya itu menyenderkan punggungnya pada kursi. Dia menghembuskan nafasnya, dia sudah tahu isi kepala anaknya. Anaknya yang satu ini sedikit egois juga keras kepala.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang