"Kuda di pecut, berlari dengan rasa sakitnya. Begitupun aku, di paksa untuk dewasa oleh keadaan, berlari dengan beban yang ku pikul."
....
Tujuan yang benar, setelah capek menangis dan hujan hujannya Tamara langsung mendatangi sahabat satu satunya, yaitu Adista.
"Kenapa bisa gini sih? Malam malam hujan hujanan sambil nangis-nangis. Lagi latihan buat drama India?" Membantu mengeringkan rambut sahabatnya, Dista mengusap rambut basah itu mengunakan handuk kecil.
"Lagi pengen aja," jawab Tamara bohong. Cewek itu bengong melihat keluar lewat jendela dengan tatapan kosong.
Adista tahu sahabatnya bohong, tapi dia tidak mau memaksa sahabatnya itu untuk bercerita "mau kerumah sakit aja, buat jahit jidat Lo yang robek?"
Tamara menggeleng, "nggak!!"
"Nanti kenapa-napa!"
"Gak bakal kenapa-napa, kan udah di obatin sama mama Laras." Tamara menyakinkan dengan senyum manisnya.
Menghela napas, baikalah, terserah Tamara saja.
Beres menyisir rambut sahabatnya, Adista duduk bersila di hadapan Tamara dengan tatapan yang sulit di artikan "ada masalah? Mau cerita?"
Tersenyum kecil, Tamara menggeleng "gak ada. Semuanya baik baik aja."
"Baik baikanya cewek, itu lagi gak baik baik aja. Dan masalah nya besar." Menghela napasnya, Dista mengusap tangan dingin Tamara "gue gak maksa Lo buat cerita, tapi, Lo harus tahu. Gue, Adista Oktavia, sebagai sahabat Lo, selalu ada buat lo, Tamara Skynay."
Hanya Adista yang mau menerima Tamara. Begitupun, hanya Tamara yang mau menerima Adista. Mereka berdua bersyukur telah Tuhan pertemukan.
Adista, si gadis sederhana dan apa adanya. Jika boleh di sebut, hidup Adista jauh lebih rendah dari Tamara kalau soal materi. Ayah Adista hanya seorang karyawan biasa di salah satu perusahaan mebel dan ibunya hanya tukang ikan asin di pasar tradisional. Adista juga bersekolah di satu kebangsaan itu karena beasiswa, kalau bukan karena beasiswa mana bisa Adista sekolah disana. Untuk spp perbulannya pun sudah sangat mahal. Sekolahan satu kebangsaan itu adalah sekolah elit.
Merentangkan tangannya, Dista berkata "sini, peluk."
"Boleh?"
"Boleh dong!!" Dengan senang hati, Tamara langsung berhambur pada pelukan sahabatnya terbaiknya itu.
"Gue tahu, hidup Lo berat. Jangan nyerah, perjuangin. Tetap maju seperti air mengalir."
Ya, Masalah itu harus di hadapi bukan di hindari. Ibarat kata, kita harus menghadapi masalah itu seperti air mengalir. Terus berjalan maju meski banyak batu dan rintangan lainnya yang menghalangi.
....
Ini hari Minggu, dua cewek dengan gender sama itu basih betah bergelut dengan alam mimpi yang indah. Jika boleh jujur, lebih baik hidup di dunia mimpi, imajinasi sendiri dari pada hidup di dunia nyata penuh masalah dan kebohongan ini.
Krett!!
Suara pintu terbuka perlahan yang mengeluarkan suara. Laras, Mama dari Adista menggeleng heran pada dua anak gadisnya yang sudah siang masih meringkuk nyaman di bawah selimut.
"Kebiasaan," menggeleng, Laras mendekat dan langsung menepuk kaki anaknya "Didi bangun, sayang, sudah siang," seperti berbisik. Seperti alunan melodi yang indah, bukannya bangun Adista malah makin betah di alam mimpinya.
Mendengus geli mendapati pergerakan kecil dari dua perempuan cantik di depannya. Satu anaknya, dan satu Tamara yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]
Teen Fictionegois Tamara skynay gadis jelek dengan sifat egoisnya yang mendarah daging, karena sifat egoisnya juga dia masuk kedalam lubang hitam. permintaannya pada sang ayah membawa dia pada kekerasan fisik juga mental. keinginan yang menjerumuskan dirinya se...