41. Diana dan Kesalahannya

35 4 0
                                    


"Kata mamah semuanya aku mirip ayah, ayah jangan sakit hati ya?" __Tamara Skynay

....

04 Maret 2023

Matahari pagi masuk kecelah celah pentilasi, cahaya membangunkan ia yang masih tertidur. Mengerjapkan matanya yang silau akan cahaya hangat. Mengangkat tangannya untuk menutup matanya. Helaan napas keluar. Seolah helaan napas itu pertanyaan "lagi lagi menjalani hidup yang monoton ini?" Ya, kurang lebih seperti itulah.

Tamara, menyingkirkan tangannya yang menghalangi mata. Membuka matanya secara perlahan tidak menghiraukan cahaya yang menyilaukan itu. Iris matanya semakin cantik karen cahaya, coklat muda. Seperti iris orang barat.

Tamara bangun dari tidurnya, duduk dengan memeluk selimut. Hari ini rasanya begitu sangat berat untuk di jalani. Dan lagi, helaan napas itu kembali keluar. Tamara melirik jam berbentuk bulan di nakasnya. Jam 7 ternyata.

Tamara melamun sembari mengumpulkan semua nyawanya. Belum ada niat untuk bangun membersihkan diri.

Tok!

Tok!

Tok!

Lamunan Tamara buyar oleh ketukan pintu. Matanya melirik pada pintu yang tertutup. Tidak membuka suara.

"Nona Tamara ini bibi, apakah nona sudah bangun? Kata tuan segera turun untuk sarapan."

"Nona?" Tamara masih enggan membuka suara hanya untuk menyahut saja.

"Nona? Nona sudah bangun? Nona tidak apa-apa?" Nada suara dari pekerja yang memanggilnya nona itu seperti khawatir. Mengetuk lagi pintu tertutup itu beberapa kalo. "Nona?"

"Saya baru bangun bik, bilangin saja pada ayah sarapan duluan jangan nungguin Tamara."

"Bailah non. Nona apakah ada yang harus saya bantu?"

"Tidak ada."

"Baiklah nona, saya permisi. "

Tamara turun dari tempat tidurnya. Memakai sendal kamarnya mengambil handuk untuk mandi. Saat melewati kaca besar full body Tamara terdiam mengurungkan niatnya yang akan ke kamar mandi. Tamara terdiam memandang pantulan dirinya dikaca. Mimpi semalam terlintas kembali, mimpinya bertemu Tamari di ladang bunga dandelion. Tamara meraba wajahnya.

"Faktanya aku memang dibawah Tamari soal kecantikan." Tamara berguman, meraba pipinya. Tersenyum kecut saat memori itu kembali melintas lagi.

"Bukan sebuah kebohongan ternyata yang mereka lontarkan dulu. Semuanya fakta. Dan bodohnya hatiku selalu menyangkal semuanya. Seolah hatiku berkata aku cantik dan membuat diriku tak tahu diri." Tamara memejamkan matanya. Benar, dari dulu ia tidak tahu diri.

Jelek?

Itu faktanya.

Egois?

Ya, itu faktanya juga.

Tidak tahu diri?

Itupun fakta dan kenyataan.

Dan selalu merasa paling tersakiti.

Seburuk itu ternyata dirinya.

Mengejar seseorang dengan tidak tahu dirinya, merasa bisa mendapatkan seseorang dengan egoisnya mengambil kebahagian adiknya sendiri, dengan apa yang di punya. Meski tidak didapatnya.

"Pantas saja tuhan tidak mengizinkan aku memiliki semua yang aku usahakan. Ternyata caraku selama ini salah." Tamara bergumam. Menghembuskan napasnya. Masih banyak pr untuk dirinya kerjakan  Untuk memperbaiki diri.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang