09. terngiang-ngiang

39 7 2
                                    

"cinta itu ada di dunia ini, bahkan banyak orang yang memilikinya. Jadi.... Maukan memiliki cinta bersama?"

....

"Jangan nunggangin Tamari terus, aku cemburu!"

Satu kalimat enam kata. Sungguh, kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Rafael. Senyuman yang tidak disadari kembali terbit. Tangan kekar berurat itu merambat menyentuh bibir, mengusap bibirnya yang agak kering itu dengan lembut. Bibir ini.... Rafael menggeleng, tersenyum dan menelungkapkan kepala pada lipatan tangan, "meski hanya sebentar kenapa rasanya membekas?"

"Gue gila! Ajig, kenapa gini?"

Rafael tanpa sadar menendang kursi kantin membuat teman temannya terlonjat kaget. Apalagi Tamari, kekasihnya yang duduk pas di samping Rafael.

"Kamu, kenapa yang?" Tari mengusap tangan Rafael, mengerjap, Rafael menetralkan wajahnya dan menggeleng kecil.

"Gue, gue gapapa," kenapa bisa tubuhnya bekerja sendiri begitu? Refleks dan tidak bisa ditahan.

"Sial!" Rafael mengumpat dalam hati. Efek cewek jelek itu ternyata sangat besar. Rafael menggelengkan kepalanya mengusir memori tadi pagi yang selalu membuatnya tersenyum.

Keempat sahabatnya saling pandang, Ghana, Rafi, Alvin dan.. Fares, "ahhh, bukan gapapa gimana, orang dari tadi sebelum nendang kursi Lo senyum-senyum?" Rafi menarik turun alisnya, menggodanya dengan senyuman meledek yang ikut serta.

"Kenapa? Jatuh cinta lagi, Lo?" Alvin ikut nimbrung, dia terkekeh. "Gerak-gerik kaya yang jatuh cinta?"

Hah, jatuh cinta? Masa cuman di cium gitu jatuh cinta?

"Sama siapa kamu jatuh cinta?" Serobot Tari.

Mereka sampai lupa kalau di meja yang saat ini mereka tempati ada satu cewek, kekasih dari kapten mereka.

Kembali lagi, semuanya saling pandang, sedetik kemudian langsung menunduk makan kembali.

Tamari melihat kekasihnya dengan tatapan mengintrogasi, wajahnya memerah menahan marah. Hey, kekasihnya sedang jatuh cinta? Pada siapa? Selingkuh? Hahaha, berani sekali.

Rafael mengembuskan napas, dia mengambil tangan Tamari dan digenggamnya lalu dia mainkan. Dia tersenyum kecil dan membenarkan rambut Tamari, membawa helaian rambut itu kebelakang telinga. "Gue gak lagi jatuh cinta."

Tamari cemberut, "tapi tadi kata Rafi?"

"Dia cuman nebak."

Tamari menghentakkan kakinya, mukanya semakin cemberut dan bibirnya dimonyongkan kedepan beberapa senti. Yang disana, sahabat Rafael bergidik ngeri saat bibir merah itu monyong kedepan persis seperti bebek. "Kamu dari tadi senyum senyum, terus tiba tiba nendang kursi, bener kata Rafi kamu kaya orang yang lagi jatuh cinta!!"

Huh!

"Terserah."

"Kok terserah!" Tamari protes, enak sekali terserah-terserah.

Cup

"Percaya sama gue."

Ini yang Tamari mau, kalau marah cewek itu harus dicium. Dan terbukti, senyum Tamari kembali terbit dan seketika cewek itu sudah bergelayut ditangan kekar Rafael.

"ApaAn Tuch? ApaAn Tuch? Seperti Dajjal!!" Rafi, Alvin, Ghana diikuti Fares yang tidak tahu harus apa, serempak mereka pergi dari sana. Muak sekali melihat adegan lebay itu.

...

Lorong sekolah, banyak sekali murid yang sedang nongkrong disana. Dengan tumpukan buku paket yang di peluk, Tamara berjalan melewati kalidor itu. Banyak pasang mata yang melihatnya, dia tidak terusik ataupun merasa risih, Tamara terus saja berjalan tanpa memperdulikan tatapan itu.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang