19. Tamari Nomer Satu

44 7 1
                                    

"Terkadang muak melihat perlakuan berbeda ini." __Tamara Skynay

Muak -- Aruma

"Rafael kamu kemana aja sih nak? Tunangan kamu sakit, asma-nya kambuh dan kamu jam segini baru pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rafael kamu kemana aja sih nak? Tunangan kamu sakit, asma-nya kambuh dan kamu jam segini baru pulang. Kenapa tadi kamu di sekolah gak nolongin Tamara? Kamu tahu, kalau Tamara nggak cepet ditangani bisa bisa kejadian buruk menimpa dia."

"Berisik mah, Tamara juga gapapa kan? Dia gak mati!"

"Rafael!" Salsa melotot, ibu dari Rafael itu mencubit perut anaknya membuat sang empu meringis. "Jaga omongan kamu."

"Ngapain harus dijaga? Biarin aja dia mati, nyusahin."

"Rafael!"

"Mah, aku capek!" Rafael menyingkirkan tangan Salsa yang masih mencubit perutnya. Rafael baru pulang kerumah jam sembilan malam. Sangat malam untuk waktu pulang anak sekolah.

"Capek apa kamu? Nyangkul? Nggak kan? Kamu cuman main, nongkrong, ngabisin duit orang tua. Rafael, berubah nak. Kita gak kaya dulu lagi, kita hampir bangkrut! Coba mengerti situasi kami. Jangan kaya gini." Nada bicaranya Salsa sudah frustasi. Rafael tidak bisa mengerti kondisi keluarnya.

"Kamu tahu, jalan untuk kita seperti dulu adalah Tamara. Dan kamu biarkan gadis itu, tidak menolongnya? Rafael, gimana kalau keluarga Tamara marah sama keluarga kita? Gimana kalau dana yang di suntikan keperusahaan papah kamu, dicabut? Kamu bisa apa? Mau miskin, iya?"

"Mah...." Rafael memelas, sudah muak.

Salsa menggeleng, "cepet mandi, sekarang pergi kerumah sakit jenguk Tamara tunanganmu itu. Minta maaf sama dia."

"Aku gak mau!" Bantah Rafael.

"Dan kamu mau miskin?" Selasa menarik satu alisnya.

Rafael menggerang, tangannya terkepal tanda dia marah. Tamara, Tamara, Tamara, dia benci kepada orang yang memiliki nama itu. "Cewek gila nyusahin!" Sumpah serapah Rafael berikan untuk Tamara.

Salahnya juga, Tamara sudah mundur tidak mau bertunangan dengannya, malah Rafael paksa. "Kalau gak butuh, gue bunuh Lo!"

.....

Sekitaran jam sepuluh malam Rafael baru menjenguk Tamara. Rumah sakit sudah sepi hanya ada satu dua orang yang berlalu lalang, banyak lampu juga yang sudah dimatikan. Rafael membuka pintu ruangan dimana Tamara dirawat, dia membukanya pelan pelan takut orang yang ada didalam terganggu.

Saat sudah terbuka dan masuk, Rafael mengernyit heran saat tidak ada siapa-siapa. Hanya ada Tamara yang tertidur di atas brankar, tidak ada yang menunggunya. Rafael menutup pintu dengan pelan, dia melangkah mendekati Tamara yang tertidur. Rafael tidak bisa berpikir, Tamara disini sendiri tidak ada yang menunggunya? Orang tuanya pun tidak ada.

"Fael..." Tamara bergumam, Rafael memandang Tamara, cowok itu berdiri jangkung disamping brankar. "Lo gumamin nama gue ugly?" Rafael bertanya pada Tamara yang tertidur tidak nyaman.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang