Tubuhnya terasa melayang namun enggan membuka mata. Tubuhnya terasa di peluk namun bukannya terganggu melainkan merasa sangat nyaman dan hangat lebih enggan untuk untuk membuka mata. Menggeliat, mencari posisi yang nyaman.
Adam memandang datar anak pertamanya yang berada dalam gendongan. Membenarkan letak tubuh Tamara, Adam menyimpan Tamara pada pangkuannya. Ck, Adam berdecak, bukannya belajar malah tidur.
Melihat wajah polos anaknya waktu tidur jarang sekali Adam lakukan. Kini, ada kesempatan untuk Adam melihat wajah polos itu. Adam tidak membuang kesempatan, dia memerhatikan wajah polos itu sesekali mengusap rambut yang terkepang itu dan menyingkirkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah polos itu.
Adam tersenyum, lelaki paruh baya itu mencondongkan tubuhnya dan mengecup lama kening putrinya. Rasa hangat yang menjalar di tubuhnya membuat Adam tersenyum. Setelah sekian lama, Adam merasakan sengatan ini lagi.
"Kamu mirip ayah, kamu cantik!" Dunia mengakui jikalau seorang Tamara itu sangat amat jelek dan tidak pantas hidup. Kotoran yang harus di jauhi, seperti virus yang mematikan yang wajib di jauhi. Namun, menurut Adam, Tamara adalah bidadari hatinya, Adam mengakui kecantikan anaknya.
Dan... Kenapa Adam baru mengakui sekarang? Dan kenapa dia baru menyadarinya?
"Ayah, minta maaf." Adam mengeratkan pelukannya, dia membawa kepala Tamara pada dadanya dan mengusap punggung anaknya lembut.
....
Perasaan tadi dirinya tidur di kursi kantor dan kenapa sekarang sudah ada di atas kasurnya sendiri? Jalan sendiri kah atau... Ayahnya yang membawanya kesini?
Tamara mengerjapkan matanya dan dia kucek kucek, hari sudah gelap terlihat dari jendela kamar. Tamara melihat pada jam, jam tujuh ternyata dan dia terlambat untuk menunaikan shalat Magrib. Tanpa menunggu lama, cewek itu melompat turun dari kasur dan kekamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu. Meski sudah terlambat tapi Tamara akan melaksanakan, soal di terima atau tidak itu urusan yang di atas. Dari pada tidak dilaksanakan lebih baik sekarang meski terlambat. Aneh juga, kenapa tidak ada yang membangunkannya?
Tiga rakaat shalat Magrib Tamara laksanakan, adzan isya berkumandang dilanjut dengan Tamara melaksanakan shalat isya.
Dirinya pendosa dan banyak sekali kekurangan, Tamara berserah diri pada Tuhan dalam sujud nya. Dia egois, menang. Dia keras kepala, memang. Itu wataknya dan susah untuk di hilangkan.
Setelah berzikir dan membaca beberapa ayat suci Alquran Tamara langsung saja mengobrak-abrik isi tasnya dan mengambil buku tugas, disekolah tadi dirinya diberikan tugas dan mumpung tidak ada kegiatan Tamara mengerjakannya sekarang saja.
Anehnya, tidak pernah ada kata malas untuk Tamara mengerjakan tugas. Dia selalu bersemangat mengerjakan tugas bahkan sangat amat menyukai tugas. Tidak seperti kebanyakan orang yang selalu mencak-mencak jika ada tugas.
Tak membutuhkan waktu lama Tamara sudah membereskan semua tugasnya. Perutnya merasa lapar dan dia turun kebawah untuk makan, jam segini adalah jam makan malam.
Dari undakan tangga Tamara merasa heran saat pintu utama terbuka lebar, mau melihat namun mager apalagi perutnya terus berbunyi minta di isi.
"Bibi ada siapa di depan? Kaya rame gitu.." Tamara duduk di kursi meja makan, kebetulan ada bibi dan Tamara bertanya.
"Ada tamu tuan, nona."
"Siapa?"
"Mungkin rekan bisnisnya."
Tamara manut manut. Dia meminum susu yang bibi sediakan.
"Bibi tolong ambilkan Tara makan."
"Baik, nona." Bibi mengambilkan Tamara makanan sedangkan Tamara sibuk dengan ponselnya, sedang bertukar pesan dengan sahabatnya, Adista.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]
Teen Fictionegois Tamara skynay gadis jelek dengan sifat egoisnya yang mendarah daging, karena sifat egoisnya juga dia masuk kedalam lubang hitam. permintaannya pada sang ayah membawa dia pada kekerasan fisik juga mental. keinginan yang menjerumuskan dirinya se...