23. Kelulusan

25 6 1
                                    

Hari kelulusan telah tiba. Penentuan dari segalanya sekarang. Tiga tahun telah terlewati. Suka duka dilalui. Penentuan, sangat menegangkan.

Hasil dari tiga tahun akan di umumkan sekarang. Akankah meninggalkan sekolah tercinta ini atau... Masih menetap?

Semoga saja meninggalkan.

Wali murid kelas dua belas diundang untuk datang ke sekolah untuk mengambil ijazah anak-anaknya. Tak terkecuali Adam dan Diana, keduanya pun datang untuk mengambil ijazah anak-anaknya.

Apakah kejadian tiga tahun lalu akan terulang kembali?

Wawancara dari kepala sekolah telah selesai. Kini giliran pengumuman juara umum.

"BAIK KINI KITA MASUK KEACARA PENGUMUMAN JUARA UMUM. KAMI AKAN UMUMKAN HANYA SAMPAI LIMA BESAR, YAA... APAKAH SIAP?!"

"SIAAAAPPPPP!" Semua kompak menjawab pertanyaan dari pembawa acara.

"BAIKLAH. JUARA UMUM KE-LIMA DIRAIH OLEH ANANDA JOHANTARA GUNAWAN DARI KELAS IPA C!"

"SELANJUTNYA JUARA KE-EMPAT DIRAIH OLEH ANANDA ADISTA OKTAVIA DARI KELAS IPA A!"

"JUARA UMUM KE-TIGA DIRAIH OLEH ANANDA FATEH GUNAWAN DARI KELAS IPS A!" Riuh tepuk menggelegar. Sang juara umum kelima, empat dan tiga berdiri dan naik keatas panggung.

Sebelum naik keatas panggung Adista yang mendapatkan juara umum keempat memeluk kedua orang tuannya dengan tangisan. Bahagia. Kedua orang tuanya mengecup sayang kedua pipi anaknya itu. Tamara sebagai sahabat Tamara tersenyum memberikan selamat.

"SELANJUTNYA. JUARA UMUM KE-DUA DIRAIH OLEH ANANDA NURFAJAR ASYIFA DARI IPA B!" riuh tepuk tangan kembali menggema. Terharu bahagia orang tua orang tua yang anaknya mendapatkan juara umum. Bahagia tak terhingga mereka. Ciuman kasih sayang dan selamat mereka berikan untuk anaknya.

Pemenang juara umum ke-dua naik keatas panggung.

"Kini saatnya yang ditunggu tunggu. Peraih juara umum pertama. Dengan nilai ujian yang paling tertinggi disekolah satu kebangsaan tercinta ini. Pemenang juara umum pertama ini hampir di semua mata pelajaran mendapatkan nilai yang hampir sempurna. Siapakah ananda yang luar biasa hebat ituuu?" Riuh, deg-degan semua murid maupun wali murid. Saling berpelukan dengan orang tuanya di detik-detik pengumuman.

tak terlewati Tamara, dia juga deg-degan dan takut. Tamara menundukkan kepalanya, tidak mendapatkan pelukan dari orang tuanya. Hanya Tamari yang mendapatkan. Ya, Tamari dipeluk oleh Adam dan Diana sedangkan dirinya duduk menunduk seorang diri.

Laras, mamah Adista menarik Tamara yang menunduk. Ibu dari Adista itu memeluk Tamara. "Ada mamah."

Senyum kecil terbit di bibir Tamara, "terimakasih, mah....."

"JUARA UMUM PERTAMA DENGAN PENCAPAIAN NILAI TERTINGGI SEANGKATAN TAHUN INI DIRAIH OLEH ANANDA..... TAMARA SKYNAY BINTI BAPAK ADAM SKY DARI IPA A!!!"

prok!

Prok

Prok!

Berbeda, tepuk tangan kali ini sangat meriah. Semua pasang mata melihat kepada remaja yang sudah menangis tersedu sambil menutup mulutnya. Satu kata, tidak percaya.

Dengan air mata yang mengalir Tamara pandang ke-dua orang tuanya. Adam mendekati anaknya dan memeluk Tamara erat dengan memberikan ucapan selamat. "Tamara hebat, ayah bangga."

"Untuk ananda Tamara Skynay silahkan naik ke panggung."

Tamara belum naik, dia masih menunggu satu pelukan dari orang tercintanya. Adam melirik istrinya, dengan lirikan mata Adam menyuruh istrinya itu untuk memeluk Tamara. Pelukan yang di tunggu Tamara adalah pelukan ibunya, Diana.

Diana bergerak, dia memeluk Tamara. Tamara membalas. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Diana sampai pelukan itu terurai.

Disusul Laras dan ayah Adista, merekapun memeluk Tamara. Setelahnya, Tamara naik keatas panggung.

Piala, piagam, ucapan selamat dari guru-guru diterima oleh lima peraih juara umum itu. Satu persatu dari ketiga juara umum itu dipersilahkan untuk berbicara, dimulai dari juara umum ke-lima.

Dan Kini, giliran Tamara.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Pertama-pertama saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Tuhan, saya mungkin tidak akan bisa memegang piapa ini dan mendapatkan piagam ini jika bukan atas kehendak-nya. Kedua saya ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua saya, karena merekalah yang mendorong saya untuk semangat belajar meraih impian. Yang ketiga saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua guru-guru yang ada disini. Terimakasih telah membimbing saya, memberikan pelajaran yang bermanfaat, saya ucapan banyak-banyak terimakasih."

Tamara tersenyum meski dengan mata berkaca-kaca. Tidak pernah terbayangkan akan berdiri di panggung megah ini atas pencapaian yang dia terima. Tamara mengangkat piala itu tinggi tinggi sekali lagi dia tersenyum. "Piala ini, kejuaraan ini, apa yang saya dapat hari ini saya persembahkan untuk perempuan hebat dihidupkan saya... Mam--

Bruk!

Sebelum Tamara menyelesaikan ucapannya. Suara orang terjatuh mengalihkan semua atensi yang asalnya melihat Tamara langsung teralihkan kepada orang yang jatuh. Jeritan terdengar.

Bersamaan dengan orang yang jatuh itu di bawa pergi, bersamaan pula dengan jatuhnya micropon dari tangan Tamara. Tidak memperdulikan apapun Tamara turun dari panggung itu dengan tergopoh-gopoh, "TAMARI!" Ya, yang jatuh pingsan adalah kembarannya.

......

Semuanya menunggu khawatir diluar ruangan tempat Tamari diperiksa. Diana sudah menangis dipelukan Adam. Seorang ibu itu khawatir kepada anaknya takut terjadi sesuatu pada anaknya. Adam senantiasa memeluk istrinya menenangkan.

Tamara diam, menunduk dengan piala dan ijazah yang berada dipangkuannya. Piagam tergantung dilehernya. Dalam hati berdoa semoga kembaran itu tidak apa-apa. Sungguh, Tamara pun merasakan khawatir takut kembarannya itu kenapa-napa. Resah, takut, mungkin ikatan batin antara dua kembar. Tamara merasa sakit saat Tamari sakit. "Semoga kamu gapapa Tari..." Tamara melirih tanpa ada orang lain yang mendengar.

Rafael pun ada disana. Dia tadi yang membopong Tamari, cowok itu terlihat sangat khawatir terlihat dari gelagatnya. Tidak mau diam, kakinya bergerak-gerak juga tangannya. Hati Tamara sakit melihat itu, Tamara itu tersenyum kecut, sudahlah untuk sekarang tidak perlu mementingkan perasaan, Tamari yang lebih penting.

Salsan dan Jordy ada disana, mereka duduk disamping Rafael. Keduanya ikut menyusul kerumah sakit. Salah satu keluarga dari tunangan anaknya masuk kerumah sakit. Tidak enak rasanya mereka kalau tidak datang melihat.

Salsa berpindah tempat menjadi duduk didekat Tamara yang menunduk bergetar. Salsa ambil tangan Tamara membuat sang empu terkejut. Salsa memberikan senyuman manis menenangkan, Tamara meminilasir keterkejutan cewek itu membalas senyum Salsa.

"Kamu hebat, Tante bangga."

"Terimakasih, Tan...."

Interaksi kedua perempuan itu tidak hilang dari pandangan Rafael.

Ceklek.

Pintu ruangan terbuka. Dokter perempuan yang cukup berumur keluar dengan di susul suster dibelakangnya. Diana dan Adam segera mendekati dokter itu. Begitupun dengan yang lain menunggu apa yang akan dokter katakan.

"Dok, bagaimana dengan keadaan anak saya?" Diana gemetaran bertanya.

Dokter itu tersenyum kecil. "Anaknya tidak apa-apa buk, hanya saja kandungannya sedikit lemah. Sebaiknya berbanyak istirahat dan makan makanan yang bergizi juga vitamin untuk ibu hamil."

"Maaf, dok, maksudnya?"

"Selamat buk, nak Tamari sedang mengandung, usia kandungannya masuk Minggu kedua."

.....

WAHHHHH KONFLIK PERTAMA HEHEHE

VOTE!

KOMEN!

BANTU SHARE CERITA INI YAA!!

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang