30. Pergi

53 8 1
                                    

Toronto, Canada.

University of Prince Edward Island.

Universitas impiannya sudah dia injaki. Diterima sebagai mahasiswa baru dengan jalur beasiswa. Tamara merasa bangga pada dirinya sendiri, bangga karena bisa masuk universitas besar dengan peminat banyak dari berbagai negara dan salah-satunya dirinya. Apa yang dia kerjakan dan persiapan tidak sia-sia, semuanya membuahkan hasil yang memuaskan. Disini Tamara akan mengupgrade dirinya, disini Tamara akan berubah. Disini Tamara akan belajar menjadi perempuan tangguh, perempuan mandiri, perempuan berkelas dan perempuan yang disanjung banyak orang. Faktor utama Tamara melakukan itu karena ingin balas dendam.

Jauh dari orang tua bukan alasan bagi Tamara, toh dirinya juga sudah dibuang mentah-mentah. Diri dan hati Tamara sudah kuat sekarang, hatinya membeku tidak lagi memikirkan yang dulu. Kerakter tegas juga tidak peduli sudah tercipta dan tertanam, itu memang karakter yang jelek bahkan sangat jelek, namun, Tamara tidak peduli. Karakter tegas, egois, obsesi, keras. Tamara bersumpah pada dirinya sendiri akan menjadi perempuan kuat, tegas dengan karier yang bergelimang.

Tidak ada lagi air mata yang akan dirinya keluarkan. Tidak akan ada lagi kesakitan yang dirasa. Tidak akan ada lagi cemoohan yang didengar. Tidak akan ada lagi kata malas atau hanya sekedar rehat. Tamara akan terus-menerus berlari mengejar impian tanpa mengurangi kecepatan. Itu tekadnya.

"Nenek, maaf sekarang aku tidak bisa menjenguk nenek disana. Jangan sedih ya, nek, disana kan ada kakek." Di jam istirahat kuliah nya Tamara duduk ditaman dengan memandang layar ponsel yang memperlihatkan foto nenek dan kakeknya. "Jangan sedih atas apa yang menimpa pada Tamara. Ini ujian. Ini dorongan untuk aku. Aku akan berhasil nek, kek."

Matanya perih namun sebisa mungkin Tamara tidak ingin mengeluarkan cairan bening yang selalu membuatnya lemah. Tamara mendongak, mengerjapkan matanya. Menghela napasnya, "sekarang aku belajar dulu, dan nanti, aku akan meneruskan bisnis kalian yang bahkan anak kalian pun tidak tau." Tamara menerbitkan senyumannya, "terimakasih atas hal besar dan penopang hidup yang telah kalian berikan untuk Tamara. Tamara sayang kalian. Sangat!"

"TAMARA!!" Tamara berbalik, melambaikan tangannya pada seseorang yang berlari kearahnya.

"Ya, Elina?"

"Aku cari kamu kemana-mana, ternyata disini." Elina mencibikan bibirnya, dengan napas tersengal ia duduk disamping Tamara. Memeluk Tamara dari samping.

"Ngapain cari aku?"

"Ayo keperpustakaan!" Elina gadis bule asli Canada. Perempuan baik yang meminta Tamara sebagian teman.

......

"Huek!"

"Huek!"

"Huek!!"

"Rafael...." Kondisi Tamari tidak bisa dibilang baik, masa kehamilannya membuat kesehatannya turun derastis, begitupun berat badan juga penampilannya. Kehamilannya menjadi ujian untuk Tamari.

Tamari sudah tidak bisa menopang beban tubuhnya, ia luruh pada lantai kamar mandi. Dan lagi-lagi apa yang sudah masuk kedalam perutnya keluar kembali. Tamari tersiksa, amat tersiksa. "Fael, hiks..." Berujung dengan menangis meremas perutnya sendiri.

Yang dipanggilnya tidak akan datang karena sudah beberapa hari ini tidak terlihat batang hidungnya. Rafael tidak pulang ke rumah.

Dilain tempat Rafael sedang berkutat dengan lembaran-lembaran dokuman. Cowok itu menyibukkan diri dengan kertas yang bisa menghasilkan uang. Menyiksa dirinya dengan bekerja. Hingga Salsa--ibunda Rafael yang berada disamping Rafael merasa lelah sendiri.

"Nak, sudah berhari-hari kamu seperti ini. Istirahat dulu, ya? Bagaimana dengan istri kamu? Jangan ditinggal nak, dia lagi hamil." Mencoba membujuk, memberi pengertian dan mencoba menyadarkan Rafael agar tidak terlalu sibuk. Itulah yang Salsa lakukan setiap harinya. Salsa khawatir atas kehamilan Tamari yang di acuhkan oleh Rafael.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang