32. words of support

60 10 4
                                    

Tak terasa menghitung hari akan menuju bulan suci Ramadhan. Dari aku, meminta maaf sebesar-besarnya, mari kita saling bermaafan untuk menyambut bulan suci Ramadhan 🙏🏻🤗

🌳🌳🌳

Sedikit 17++ pembahasan vulgar!!

...

Delapan bulan kemudian....

Disebuah kafe tiga lelaki yang saat SMA bersahabat berkumpul, dan sekarang pun masih menjalin persahabatan. Dan ini perkumpulan pertama setelah mereka setelah lulus dari sekolah.

Kelulusan itu membuat mereka berpisah, mencari jati diri juga menghampiri arah yang di tuju. Dengan adanya waktu luang mereka sepakat untuk berkumpul.

Sudah beberapa topik yang menemani mereka berkumpul. Dan perbincangan sekarang tertuju pada beberapa hal yang menimpa Rafael.

"Bukankah ini permainan? Atau.... Karma?" Rafi menaikan satu alisnya, sudut bibirnya tertarik keatas sebelah. Mengetuk meja hingga berbunyi sesuai ketukan jarinya. Rafael dan Ghana saling melirik, menaikan satu alisnya lalu Ghana mengedikan bahunya tidak tahu maksud ucapan Rafi.

"Maksud, lo?"

"Hmm, gini, waktu itu dia cinta banget sama Lo. Bahkan, sampai rela turunin harga dirinya. Sedangkan lo, gak cinta dan ngelirik dia sama sekali kan? Nah, sekarang kebalikannya. Dia pergi, dan lo...." Rafi menyipitkan matanya, "sadar, dan... Sekarang giliran lo yang cinta sama dia?"

"Menurut kalian, itu permainan atau karma?" Rafi melihat Rafael dan Ghana satu persatu menunggu jawaban dan pendapat.

"Lebih ke takdir," pendapat Ghana. Lelaki itu melirik pada Rafael yang diam membisu dengan jari tangan yang bermain di permukaan gelas kopi miliknya. "Iyakan, El?" Tanyanya pada Rafael.

"Mungkin," kata singkat itu jawaban dari Rafael.

"Ngomong-ngomong, kapan Tamari lahiran?"

Rafael menghela napasnya, selalu pertanyaan itu yang orang-orang tanyakan jikalau bertemu dengan dirinya. Apakah memang ini pertanyaan lumrah untuk seseorang yang mempunyai istri yang sedang mengandung? "Satu bulan lagi, kandungan sekarang delapan bulan."

Rafi dan Ghana mengangguk dan ber-oh, wajahnya mengekspresikan tidak percaya hingga bibirnya membulat, menggeleng benar-benar tidak percaya, waktu secepat itu ya? "Sebentar lagi lo bakal jadi ayah, gak percaya gue. Kemarin aja lo baru uhu aha di gudang."

Rafael melotot, Ghana menginjak kaki Rafi. Ucapan Rafi benar-benar tidak bisa dikontrol, selalu benar.

Rafi meringis, tertawa kaku, berujung meringis menunjukan dua jari memberikan peace pada Rafael. "Hahahaha, kagak, maaf-maaf gue bercanda!"

Suasana menjadi hening, Rafael tidak menanggapi Rafi. Kaki Rafi dan Ghana di bawah meja saling menyenggol. Apakah ucapan Rafi terlalu menyinggungnya?

"El?" panggil Rafi.

"Apa?"

"Maaf kalau ucapkan gue nyakitin hati, lo."

"Hmm."

"El,"

Rafael berdehem.

"Gue selalu mikir ya, ini terus aja ngehantuin pikiran gue. Lo kan selalu pake pengaman ya kalau ngelakuin itu sama Tamari, tapi, kanapa bisa kecolongan? Apa pengaman lo bocor?" Meringis lagi, tidak enak hati, tapi membeludak jadi pikiran. Alhasil seorang Rafi yang polos dan rasa ingin tahunya tinggi bertanya supaya pikiran itu mendapatkan jawaban. Dengan rasa tidak enak hati Rafi bertanya.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang