25. Mundur?

41 7 0
                                    

"mundur, lalu pergi adalah pilihan terakhir ku."

...

Setelah mendengar sumpah mamahnya yang tidak lagi mengakui anak, Tamara membenahi semua barang-barangnya dengan sesegukan. Hatinya sakit, tidak pernah terbayangkan bahwa dirinya akan mengalami hal yang sangat buruk, tidak dianggap anak. Selama ini Tamara selalu bermimpi akan mamahnya peluk, cium, diberikan kasih sayang dan cinta. Nyatanya? Malah hinaan dan ujaran kebencian yang mamahnya berikan. Apakah ini termasuk dari takdir Tamara? Jika iya, ini takdir yang menyakitkan. Ingin apa takdir atas Tamara? Tamara tidak punya apa-apa.

Malam hari hujan mengguyur bumi dengan sangat deras sampai air meninggi, guntur dan petir kilatan bercahaya juga angin kencang bergelut dimalam yang sangat gelap gulita. Keadaan malam yang mencekam juga menyeramkan Tamara menangis sambil menarik kopernya juga menggendong tasnya tanpa alas kaki. Rambutnya tergerai menjadi beberapa bagian karena air hujan, mata yang memerah juga air mata yang terus mengalir  menyatu dengan air hujan.

"AAAARGGGGGHHHHHHHH!!" bugh, Tamara tersungkur diatas aspal di genangan air. Menjerit-jerit, meraung-raung, menarik rambutnya sendiri. Tamara semakin menangis dengan sesegukan, matanya panas dan suaranya serak sampai tenggorokannya ikut sakit. Tamara bersujud di atas aspal itu.

Hujam semakin deras memanggil teman temannya untuk ikut turun membasahi bumi juga membasahi satu mahluk lemah yang tengah menangis dengan hebat menyalahkan takdir yang menghampiri hidupnya. Kilatan guntur seolah ingin menutupi tangisan menyakitkan itu, kilatan guntur saling bersautan. Tamara merasa hampa, tidak takut dengan cahaya yang bisa saja menyambar. Tamara mendongakkan kepalanya keatas langit yang hitam mencekam itu. Jika orang yang sedang tidak sakit hati mungkin akan merasa takut melihat langit gelap itu juga keadaan yang mencekam.

"Tuhan... Tara capek, Tara harus bagaimana? Tamara harus kemana?" Hiks, Tamara meremas bajunya sendiri, masih mendongak membiarkan air hujan menerpa wajahnya. "Tuhan... Kenapa seperti ini? Tara... Ingin bahagia."

"Malam, jemput Tara. Mohon....."

.....

"Kenapa bisa gini, nak?" Mamah Laras mengeringkan rambut Tamara yang basah, perempuan itu menyisir rambut Tamara dengan lembut. Matanya sudah berkaca-kaca tidak tega dengan keadaan Tamara.

"Mamah jangan nangis, Tara gak papa." Tangan dingin Tamara menyentuh tangan Laras yang menyisir rambutnya, senyum kecil terbit di bibirnya yang pucat. Mendengar itu Laras bukannya berhenti menangis malah semakin menangis, perempuan itu membawa Tamara dalam pelukannya mengusap-usap punggung Tamara lembut. Tamara yang sudah lelah menangis dan tidak ingin menangis akhirnya ikut menangis. Lagi.

Malam hari, Tamara ditemukan pingsan di tengah jalan oleh ayahnya Adista. Mungkin ini pertolongan dari Tuhan. Ayahnya Adis pulang malam karena ada pekerjaan tambahan, dipertengahan jalan melihat seseorang yang tergeletak. Saat didekati ternyata itu adalah Tamara, sahabat anaknya. Dengan segera ayahnya Adis membawa Tamara kerumah. Malam hari Adista dan Laras terbangun karena gedoran pintu yang sangat keras juga betapa terkejutnya saat menemukan Tamara yang dibopong.

Adista datang dari dapur membawa satu gelas teh hangat, dengan mata berkaca-kaca Adista memberikannya pada Tamara. "Di- hiks," Adista menutup mulutnya menahan isakan, tangannya bergetar dan air matanya mengalir dengar. Dadanya sakit, akhirnya dia sesegukan. Tamara keluar dari pelukan Laras, makhluk lemah itu tersenyum, tangan dinginnya merabai pipi Adista menyuap air mata nakal yang keluar dari mata sahabatnya, kekehan kecil keluar dari bibir pucat Tamara. "Jangan nangis, gue gapapa, Dis." Katanya.

Kenapa kata 'gapapa' itu menusuk dada? sangat menyakitkan mendengarnya.

Tamara mengambil teh hangat yang masih Adista pegang, dengan perlahan Tamara meneguknya. Bibirnya lagi-lagi menyunggingkan senyum, "teh hangat kalian selalu enak." Bibirnya bergetar, mata yang memerahnya bergulir menatap Laras dan Adista. Kedua mahluk yang ditakdirkan diberi nama perempuan, perempuan hebat menurut Tamara. Tamara menyimpan gelas yang isinya tidak dia habiskan.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang