38. Bertemu dengan Rindu

35 7 2
                                    

PUTAR LAGU DI ATAS YAAA..

VOTE SAMA KOMENTAR DULU ATUH NENG CANTIK!!
AKU MULAI RAJIN UP LAGI YAAA, KALIAN JUGA HARUS RAJIN KOMEN JANGAN LUPA!!

....

Pulang dari kantor sekitaran jam 3 sore, Tamara tidak langsung pulang melainkan singgah dulu ke restoran Jepang. Tamara baru ingat saat tadi makan siang ia melewatinya, sehingga saat diperjalanan pulang perutnya berbunyi memberi tahunya belum di isi.

Sudah ada beberapa hidangan di atas mejanya. Sushi, shasimi, tamagoyaki, sukiyaki dan di tambah minuman penyegar juga makanan penutup lainnya. Ia, Tamara kalap. Di pastikan makanan di atas meja ini akan ludes habis. Karena, makanan jepang salah satu makanan favoritnya. Tak menunggu waktu lama Tamara langsung melahap hidangan itu. Benar kata pelayan tadi makanan yang ia pesan memang makanan nomer satu di restoran ini, Tamara harus memberikan uang tip pada pelayan ini karena sudah membuat membahagiakan lidahnya juga perutnya.

Restoran disini ramai namun Tamara tidak mempedulikannya. Matanya tidak fokus kesana kemari menjelajahi isi restoran yang memang interior nya sangat menarik di pandang. Tamara orangnya acuh tak acuh pada sekitar. Bahkan di saat ada keributan di meja pojok Tamara tidak acuh dan bodoamat tidak seperti pengunjung lain; ada yang merekam juga berbisik bisik sehingga membuat sedikit kegaduhan.

Saat makanannya habis Tamara menyandarkan tubuhnya pada kursi, memangku satu kakinya-memberi ruang perutnya yang begah terlalu banyak di isi, Tamara kalap. Sembari menunggu makananya turun Tamara gunakan waktunya membuka mackbook, membuka beberapa email yang masuk juga melanjutkan kerjaannya yang belum rampung.

Dilain meja, seseorang tersedak karena makananya sendiri, mengambil minumnya di tegak buru buru minumannya sehingga membuat matanya berair juga memerah. Perih yang ia rasakan namun tidak seperih hatinya saat melihat orang yang sudah beberapa tahun menghilang karena kesalahannya. Yang ia rindukan kini sudah pulang dan kembali, namun, apakah akan kembali padanya?

Rasa lapar itu seketika hilang di ganti kan dengan rasa... bahagia. Kakinya tanpa bisa di cegah melangkah mendekati meja yang di mana terdapat manusia yang mengoyak hatinya. Rasa rindu yang takaruan memberikan dirinya dorongan untuk mendekati meja itu. Hingga tiba, ia tak berani membuka suara namun hanya terdiam membisu dengan mata yang memancarkan kerinduan juga... berkaca-kaca.

Sungguh aku merindukanmu, Tamara. Ini aku, lelaki yang menyakitimu. Maaf...

1302 lembar kerinduan itu akhirnya rampung, dan akan di ganti kan dengan judul baru. Yaitu... lembar perjuangan.

Tamara sangat fokus pada mackbook ditangannya sampai tidak sadar pada seseorang yang menjulang tinggi di depannya. Orang itu memerhatikan Tamara tanpa berkedip juga dengan mata yang menyiratkan... lagi lagi, kerinduan.

Dalam dirinya ia sangat ingin memeluk Tamara dengan erat juga menyampaikan bahwa dirinya sangat merindu.

Tak

Pensil mackbook Tamara jatuh, menggeliding dan berhenti di dekat sepatu hitam mengkilap yang bisa di tebak meski hanya melihat harganya tidak main main. Tamara merunduk mengambilnya, dahinya mengernyit melihat sepasang kaki itu-perasaan ia di meja ini hanya sendiri kenapa ada sepasang kaki lain? Sedikit sedikit tamara mengangkat kepalanya dan mendongak. Bertemu sudah dua pasang mata yang sudah 4 tahun lebih tidak saling pandang.

"Hai..." sapa ia yang memakai sepatu hitam mengkilap.

Mata keduanya terkunci hingga akhirnya Tamara membuang muka, segera mengambil tasnya, menyimpan beberapa lembar uang berwarna merah di atas meja, memeluk mackbook nya dan keluar dari restoran itu.

Rafael, ya, dia orangnya, langsung menyusul Tamara yang sudah keluar dari restoran. "Tamara," panggilnya. Tamara tidak mengubris melainkan menambah kecepatan langkahnya.

"Tara..." tangannya sudah Rafael dapatkan sehingga mau tak mau Tamara menghentikan langkahnya.

Tamara membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Rafael, dengan pelan ia melepaskan tangannya yang di cekal Rafael sehingga Rafael dengan gugup menarik juga tangannya. "Maaf..." cicit Rafael pelan.

Dua duanya kini diam tanpa suara. Kondisi jantung keduanya sudah tidak karuan, berdetak dengan tidak semestinya. Tamara memejamkan matanya sebentar dan mendongak bersitatap dengan Rafael. Datar wajahnya.

Ya tuhan.. kenapa sekarang? Tamara belum siap.

"Ada apa?"

Tamara melihat arloji di tangannya, langit sudah mendung tanda hujan akan segera membasahi bumi. "Kalau tidak ada keperluan..."

".... aku rindu Tara," kata itu yang keluar dari bibirnya Rafael. Karena memang bibirnya tidak bisa mengeluarkan kata lain melainkan kata rindu.

"Aku rindu kamu Tara, rindu kamu Tamara..." memang, Tamara melihat sirat kerinduan itu pada kedua mata Rafael. "Boleh kita bicara sebentar?" Minta Rafael.

Sungguh, Rafael tidak menyangka akan bertemu dngan kerinduannya di restoran ini. Tuhan memberi jalan memepertemukannya dengan yang selalu ia sebut di dalam doanya di restoran Jepang ini. Rafael rindu, sangat amat rindu. Tubuhnya saat ingin memeluk Tamara jika tidak ia tahan mati matian. Tapi... di lihat dari tatapan Tamara yang... sepertinya tidak suka pada dirinya membuat hati Rafael tercubit.

"Tamara...."

"WOYY CEWEK DAUN!" Tiba tiba seorang lelaki nyerobot di antara keduanya, merangkul bahu Tamara sedikit mengguncang bahu itu, "ketemu lagi kita!" Senyummya merekah hingga gigi rapinya terlihat. Alisnya naik turun. Sok akrab dan sok kenal.

Rafael melihat cowok itu dengan tatapan bingung juga tak suka, matanya memicing tajam pada tangan lelaki itu yang merangkul bahu Tamara. Ingin sekali Rafael mematahkan tangan itu yang kurang ajarnya merangkul Tamara. Dirinya saja yang ingin memeluk Tamara dari tadi di tahan tahan.

"Makin cantik aja ko cewek daun! Wihhh gaya juga bawa bawa mackbook! Udah jadi cewek pekerja keras ya? Perasaan waktu pertama kali gue liat lo, lo dekil deh! Eh lo pake scincarrrrr---" Tamara menutup mulut lelaki itu dengan tangannya, menginjak kakinya sehingga lelaki itu mengaduh meski kedengarannya tidak jelas karena mulutnya di bekap.

Tamara menarik tangan lelaki itu, meninggalkan Rafael yang tidak mengerti apa yang barusan terjadi, ngeblank. Saat sadar Rafael buru buru mengejar Tamara dan lelaki aneh tadi, namun, sudah tidak keburu saat mobil Tamara yang sudah melaju.

"Siapa lelaki itu?"

....

SALAH SATU SEMANGAT NULIS TUH VOTE SAMA KOMEN, HAYOHH ATUH!!

AKU BUAT AU INI DI INSTAGRAM

JANGAN LUPA BACA YA
DI IG: WP. ANNSFRA04

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang