Tin! Tin!
Tamara menekan klakson mobilnya saat tiba tiba ada sebuah mobil yang menyalipnya tidak beraturan dan berjalan mepet didepannya. Tamara terkejut namun untungnya Tamara memiliki refleks yang bagus. Tamara menggeram, membunyikan kembali klaksonnya-masa bodo dengan pengendara lain yang terganggu.
Dugh!
Mobil didepan berhenti mendadak membuat tamara mau tidak berhenti. Tamara bisa saja menyalin mobil itu ke sebelah kanan namun kelihatannya mobil itu sengaja berkendara dengan tidak beraturan dengan motif menghalangi jalan Tamara.
Tamara lagi lagi menggeram, waktunya tersita habis.
Tamara tidak keluar dari mobilnya. Sang pengendara yang menghalanginya keluar dengan kacamata yang bertengker dihidung mancung nya. Postur tubuhnya gagah dan jas licin membaluti tubuh jangkungmya. Tamara memicingkan matanya, membenarkan kacamata beningnya supaya dapat jelas melihat siapa gerangan yang menyita waktunya pagi pagi.
Tamara menahan napas saat sadar siapa orang itu. Tamara menelan ludahnya sendiri dan jantungnya memberikan reaksi yang beruntal. Dia.. orang yang Tamara dan Ghana bicarakan tadi malam. Rafael.
Tok!
Tok!
Tok!
Kaca mobilnya diketuk oleh Rafael. Tamara melotot, mengerjap semakin menahan napas. Sial, kenapa dirinya jadi seperti ini? Gugup! Ayo Tamara hilangkan gugupnya, bersikap normal seperti direstoran waktu itu! Tamara bergumam pelan. Menghembuskan napasnya Tamara atur mimik wajahnya.
Huh... Tamara menekan tombol untuk membuka kaca mobilnya.
Terpampang jelas sudah wajah Rafael yang dihiasi senyuman. Manis. Argh, Tamara memalingkan wajahnya kearah lain enggan bersitatap dengan Rafael. Iris hitam kecoklatannya bergulir.
"Hai..." suara lembut Rafael menyapa diindra pendengaran Tamara.
Tamara mengepalkan tangannya. Berbalik, fokus iris matanya pada Rafael. Datar mimik wajahnya. "Ada apa?"
Rafael terseyum, "Boleh bicara sebentar?"
"Saya sibuk." Datar Tamara.
Rafael menipiskan bibirnya. Tangannya bertopang pada jendela mobil. Helaan napas berat keluar dari bibir Rafael.
"Kasih aku waktu, sebentar aja." Rafael kembali meminta. Dengan intonasi suara yang rendah.
"Ya, Tamara?"
Tamara memejamkan matanya. "Lima menit." Putusyaa.
Rafael semakin mengembangkan senyumannya, ia mamgangguk. Tidak apa-apa lima menit yang terpenting dirinya bisa bicara dengan Tamara. Tidak terbuang usahanya ternyata membuahkan hasil.
"Okey, makasih. Emm, boleh masuk?" Tamara tidak menjawab namun membuka pintu mobilnya.
Rafael sudah duduk disamping Tamara. Meremas tangannya pelan Rafael melirik Tamara yang melihat kedepan.
Ingat Rafael waktumu hanya lima menit. Ayo mulai...
Sebelum itu Rafael membuka kacamata hitamnya.
"Apa kabar?"
Tamara mendengus, tidak membalas sapaan Rafael, "Langsung ke intinya aja. Waktu lo cuman lima menit, gak usah basa basi." Desis Tamara. Tidak ada kata formal lagi dalam bicaranya.
Sulit sekali untuk Rafael mengatakan apa yang ingin dikatakan. Padahal dari semalam dirinya sudah menghapal. Hembuskan napas, ayo.... "Gini... tentang dulu aku minta maaf. Mungkin... kata maaf gak bisa bales semua kesalahan aku. Tapi... aku belum terlambat kan buat minta maaf?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]
Teen Fictionegois Tamara skynay gadis jelek dengan sifat egoisnya yang mendarah daging, karena sifat egoisnya juga dia masuk kedalam lubang hitam. permintaannya pada sang ayah membawa dia pada kekerasan fisik juga mental. keinginan yang menjerumuskan dirinya se...