24. Tamari hamil

33 6 2
                                    

"pada akhirnya dia memang bukan kebagian ku."

.....



"Dok, bagaimana dengan keadaan anak saya?" Diana gemetaran bertanya.

Dokter itu tersenyum kecil. "Pasien tidak apa-apa buk, hanya saja kandungannya sedikit lemah. Sebaiknya berbanyak istirahat dan makan makanan yang bergizi juga vitamin untuk ibu hamil."

"Maaf, dok, maksudnya?"

"Selamat buk, nak Tamari sedang mengandung, usia kandungannya masuk Minggu kedua."

....

"Siapa yang menghamili kamu?" Sorot mata tajam juga gelap Adam layangkan pada anak bungsunya. Amarahnya memuncak seketika setelah beberapa menit dokter pergi dari hadapannya.

Tamari menunduk memegang erat selimut rumah sakit yang dipakainya. Takut, sampai matanya berkaca-kaca. "Ayah..."

"JAWAB!" bentak Adam berteriak mengejutkan semua orang yang ada disana.

Diana dengan tangisan yang sudah keluar menghampiri Tamari dan memeluk anaknya, pecah sudah tangisan Tamari hingga punggung naik turun. Dibelakang sana, diambang pintu dengan memegang piala serta sertifikasi Tamara menunduk, air matanya tergenang dipelupuk siap untuk tumpah jika saja kelopak mata itu berkedip.

Hati Tamara sakit, adiknya hamil. Ingatannya berputar dan tertuju pada pelaku yang menghamili adiknya. Tamara yakin dia orangnya, karena dengan telinganya Tamara sering mendengar. Meski matanya belum pernah melihat namun Tamara yakin mereka pada saat itu tengah melakukan sesuatu yang menjijikan.

"TAMARI AYAH MENYURUHMU UNTUK MENJAWAB BUKAN MALAH MENANGIS!" kembali bentakan Adam terdengar.

Tamari semakin mengeratkan pelukannya pada Diana, ia mencari perlindungan. Diana mengusap lembut air mata anaknya, "katakan, katakan siapa."

Tamari mendongak, melihat pada ayahnya dan pada orang orang yang ada di sana. Tamara, kedua orang tuannya rafael dan terakhir... "Rafael, aku hamil anak Rafael."

.....

"Relain Rafael untuk menikahi Tamari!" Lima kata yang seperti anak panah yang menusuk dada Tamara. Menyakitkan.

"Mah.. aku gak bisa." Tamara menggeleng. Dia tidak bisa memberikan Rafael pada Tamari. Badai datang menerjang tanpa diketahui, dirinya baru saja bahagia beberapa kali bisa dekat dengan Rafael, rasa cintanya semakin tumbuh dan sekarang dipaksa untuk merelakan apa yang diperjuangkan selama ini? Tidak bisa, Tamara tidak bisa. Biarkan kali ini ia egois. Lagi.

Diana garam, tangannya bergetar dan...

PLAK!

Satu tamparan keras berlabuh dibagian pipi kanan Tamara. Diana melotot marah hingga urat-urat lehernya menonjol dan matanya memerah.

PLAK!

Sekali lagi dibagian kanan Diana menampar pipi Tamara. Sampai menoleh dengan darah segar keluar dari hidung dan samping bibir. Tamara meringis dengan mata memerah. Menunduk dia memegang pipinya, melempar tatapan pada Tamari yang menunduk memegang perutnya dengan tangisan yang tidak mereda. Kondisi Tamari kacau.

Jika biasanya yang dimarahi, yang mendapatkan tamparan atau bahkan kata-kata menyakitkan itu sang pelaku yang melakukan kesalahan-kesalahan. Ini berbeda. Malah Tamara yang mendapatkan itu sedangkan Tamari yang jelas-jelas salah, membuat keluarga malu malah dibela dan semakin di sayangi. Tamara tertawa dalam hati, miris dengan nasibnya.

Apakah jika dirinya yang hamil akan diperlakukan seperti itu? Dibela dan berikan kata-kata lembut 'tidak apa-apa ini hanya kesalahan' katanya, hanya kesalahan.

TAMARA; Ugly and Selfish [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang