bad excuse

1.5K 191 30
                                    


Pagi esoknya, telepon juga pesan terus menerus muncul memenuhi notification bar nya sedangkan si pemilik handphone mengabaikan semua dengan sengaja. Ia tetap meneruskan kegiatan menggambar design bridal dress kliennya tanpa menoleh sekalipun pada benda pipih yang terletak tepat disamping layar iPadnya. Siapa lagi pengirim pesan dan penelpon itu kalau bukan Antonio Mark, suaminya sendiri.

Semua itu muncul karena tadi pagi disaat Mark masih berolahraga diluar, Gigi memutuskan untuk pergi lebih awal sebelum Mark pulang. Selain karena itu, alasan lain adalah Gigi sama sekali tak menyentuh sarapan——roti bakar nutella——yang dibuat Bi Rani. Mark bakal rewel kalau Gigi melewati sarapan pagi, semua itu karena dulu maag Gigi muncul sehingga dia dirawat seharian di rumah sakit dan jelas itu buat Mark uring uringan seharian.

Entahlah, Gigi tidak punya energi sama sekali untuk meladeni Mark kali ini. Belum lagi kalau meladeni suaminya, akan ada kemungkinan keributan yang muncul. Apalagi setelah mengingat kejadian semalam——yang sebenarnya sepele——dan Mark yang diam diam menggendongnya kembali ke kamar mereka.

Bunyi ketukan pintu mendistraksi fokus Gigi. Akhirnya dia mengangkat kepala kemudian mempersilakan siapapun dibalik pintu tersebut untuk masuk ke ruangannya. Pintu terbuka menampilkan Wulan——salah satu pegawai butiknya——dengan rambut pirang pendeknya.

"kenapa, Lan?" tanya Gigi.

"ada yang nyariin ibu"

"bilangin aja saya lagi sibuk" sebenarnya ini sedikit tidak profesional. tidak bertemu customer karena masalah pribadi? sangat menunjukkan ketidakprofesionalan. Tapi, energi sosial Gigi benar benar seperti terkuras habis. yeah, jangan ikutin gue ya.

"tapi dia butuh ibu banget katanya"

Kedua alis Gigi tertaut bingung juga penasaran. "kalian buat masalah?" karena biasanya kalau kayak gini kalau bukan pegawainya buat sesuatu yang salah bisa karena mereka butuh konsultan designer.

Wulan langsung menggeleng kuat "gak bu, mungkin dia mau ngobrol sama ibu"

Gigi bingung, karena biasanya bila ingin bertemu dengannya dan meminta jasa konsultasi design pasti mereka menelpon dan membuat janji terlebih dahulu. Entah pada Gigi atau manager butik, kalau bukan konsultasi design atau karena pegawainya buat masalah, apa dong? seingat Gigi juga, hari ini dia tak punya janji sama sekali. Itulah kenapa dia memilih mengurung diri di ruangannya.



Mata Gigi mengeliligi bagian woman dress untuk mencari orang-yang-juga-mencarinya.

"hei" sapa seseorang yang tiba tiba muncul di depan Gigi.

Wanita itu terperanjat, tapi setelah bertemu tatap dengan orang di depannya, Gigi melebarkan mata dan langsung menutup mulutnya yang membulat karena kaget.

"long time no see, Gi" sapa orang didepannya.

"Aji?"

"yeah, it's me Aji. still Aji" balas Aji.

Mata Gigi menganalisis Aji dari atas hingga bawah. Kini rambutnya yang dulu dark brown sudah sepenuhnya berubah hitam legam, sedikit lebih panjang dari biasanya, cara dia berpakaian pun masih sama——polo tshirt berwarna gelap, arloji besar berwarna silber yang melingkar di tangan kirinya, kacamata bertangkai tipis, serta kalung tipis yang melingkar dilehernya. Masih sama, masih Aji yang Gigi kenal.

"kapan balik dari Singapore? kok gak nelpon?"

"lo kan sibuk"

"cih, padahal gue free free aja tau"

 The Perfect You ; Second Date IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang