Pagi itu sekitar jam 10 setelah ibadah minggu, Mobil Mark sudah terparkir rapih diantara jejeran jejeran mobil lainnya. Tempat parkirnya tak luas, hanya kecil tapi bisa menampung sekitar 8 mobil pajero sekaligus. Gigi merunduk, memerhatika bangunan bertingkat dua di depannya melalui kaca mobil. Matanya memerhatikan setiap sudut yang bisa dia lihat, dari pohon pohon rindang di setiap sisi gedung, beberapa jendela lantai atas yang terbuka, serta beberapa orang dewasa yang berlalu lalang turun dari kendaraan mereka masing masing.
"halo, iya saya di depan bu" suara Mark membuat Gigi langsung menoleh pada pria itu.
"iya, saya datang sama Dia, bu" jawab Mark lagi. Gigi yakin, subjek "dia" yang Mark ucapkan merujuk padanya.
"iya, sebentar lagi saya masuk" setelah kalimat itu, tak lama kemudian sambungan telpon pun terputus.
Sadar sedari tadi Gigi memandanginya, Mark pun mengalihkan pandangan pada wanita itu. Ia tersenyum lalu mengecup sekilas bibir Gigi. "yuk masuk, untung kita masih dapat kursi" ajak Mark seakan tidak melakukan apa apa.
Gigi membelalakkan matanya saat Mark tiba tiba menciumnya, okay mungkin itu hal yang wajar bagi sepasang suami istri, tapi Mark selalu melakukannya tiba tiba dan——dan itu bikin Gigi mati salah tingkah. Karena melihat Mark yang tak ada rasa bersalahnya, Gigi melayangkan satu pukulan di bahu Mark, membuat si pemilik bahu meringis kesakitan.
"babe?" tanya Mark mengerutkan dahi, bingung dengan serangan tiba tiba Gigi.
"kamu nih suka banget main cium cium tiba tiba" gerutu Gigi.
Mark tersenyum saat mendengar protesan Gigi. "iya maaf ya, nanti aku bakal lebih sering ngelakuinnya"
"ck, markieeee..." rengek Gigi.
"udah yuk turun, udah mulai"
____________________
Mark dan Gigi pun memasuki kawasan bangunan yayasan itu, di paling depan terpampang papan nama besar yang bertuliskan "YAYASAN PANTI ASUHAN DAN TUNAWISMA KASIH IBU" di paling bawah pojok kanan papan nama terdapat si pemilik yayasan yang Gigi kenal betul salah satu jemaat di Gereja tempat ia dan Mark selalu beribadah.
Selama mereka menelusuri yayasan itu, Gigi sama sekali tak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Mark. Padahal biasanya dia akan melepaskannya beberapa menit setelah bergandengan. Iya, dia takut hilang disini. Selama melewati setiap koridor disana, Gigi terus mendongak, melihat sekeliling, dan memperhatikan sudut sudut yang bisa netranya tangkap.
Yayasan itu tak bisa dibilang besar, tapi tak bisa dibilang kecil. Ada ruang ruang kelas yang mereka lewati, tempat bermain anak, dan juga satu taman kecil yang begitu asri dan dipenuhi permainan permainan yang juga ada di taman perumahan Gigi. Gigi juga menemukan papan penunjuk arah di setiap sudutnya, asrama di lantai atas, kantin dan ruang makan di timur yayasan, ruangan staff di bagian barat, dan auditorium ada di utara yayasan——tempat yang sepertinya Mark dan Gigi akan kunjungi sekarang.
"sepi ya" komen Gigi.
"udah pada di auditorium" jawab Mark.
setelah melewati berbagai macam ruangan, akhirnya mereka sampai di bagian paling belakang gedung yayasang. Disana ada satu pintu besar kayu yang langsung mterhubung pada auditorium mereka. Saat Mark mendorong pintu, Gigi terpukau melihat auditorium itu. Luas, dingin, dan bersih. Aroma green tea tercium menyeruak dari setiap sisi ruangan, kursi kursi yang sudah terisi, dan panggung yang agak tinggi dengan beberapa alat musik yang tertata di depannya. Beberapa staff disana berdiri memantau kegiatan, Mark menarik tangan Gigi untuk ikut duduk bergabung dengan yang lain. Di atas panggung ada satu salib besar yang begitu indah bagi Gigi, membuat Gigi lebih terpukau dengan semua yang ada disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You ; Second Date II
Fanfic; Sequel of Second Date Dunia ini lucu sekali bukan? Every woman calls out "woman support woman" and a second after they demand a perfection from other women. Where is the freaking "woman support woman" that they are calling for? Kelanjutan dari ki...