Saat Mark keluar dari kamar mandi, Pria itu menemukan Gigi yang kini sedang berputar pelan memerhatikan dirinya di cermin full body yang tergeletak disamping lemari. Dari atas hingga bawah, Gigi sudah terlihat begitu siap dengan blue jeans panjang serta blouse hijau muda dengan pita besar jatuh di bagian depan serta rambutnya yang digerai dengan sedikit bagian bawah yang di curly.
"pretty as usual" komen Mark seraya mengancingkan kemeja kerjanya.
"kamu udah mau berangkat? bareng aku aja yuk. sekalian aku antar" sahut Mark lagi setelah mengalungkan lanyard nya dibelakang Gigi.
Namun, Gigi sama sekali tak memberikan respon. Dia hanya berbalik, berjalan menuju meja rias, lalu menyemprotkan parfum ke beberapa titik di tubuhnya. "kita bisa sarapan di luar, tempat bubur ayam langganan kesukaan kamu" sahut Mark tak mau kalah.
Tapi Gigi masih sama, dia masih mengabaikan apa yang Mark tawarkan padanya. Alih alih menjawab, dia malah sibuk memainkan handphonenya. Baru saja Mark ingin mendekati wanita itu, tubuh Gigi berdiri lalu meninggalkan Mark sendiri di dalam kamar tanpa sepatah kata pun.
"dia period biasa seminggu kan?" ucap Mark setelah punggung Gigi hilang dibalik pintu kamar.
Saat turun ke dapur, Mark menemukan Gigi sedang menikmati segelas kolagennya di meja makan. Senyum pria itu merekah merasa ada tanda tanda dia bisa menikmati sarapan berdua dengan Gigi, ya walaupun sebenarnya melihat Gigi sarapan sendiri saja sudah cukup baginya.
"sereal oreonya masih ada ga, Bi?" tanya Mark sembari menarik satu kursi makan dihadapan Gigi.
"mas——" kata kata Bi Rani terhenti karena suara deritan kursi Gigi yang didorong keluar dan wanita itu yang beranjak lalu merapikan tasnya dengan sedikit terburu buru.
"Gi, sarapan dulu" titah Mark.
"Bi, saya pergi ya. sereal saya dibuang aja tolong" pinta Gigi mengirimkan seulas senyumnya pada Bi Rani yang cengo dibalik country dapur.
Mulut Mark membulat mendengar ucapan Gigi, dia segera berdiri dan mengikuti langkah Gigi yang keluar dari ruang makan.
"Babe, sarapan dulu. nanti maag kamu kabuh lagi tau" tangan Mark berhasil meraih lengan Gigi sehingga langkah wanita itu terhenti.
"sarapan dulu yuk, kalau minum minuman kamu doang perutmu masih kosong." "mau aku bikinin roti mentega ga?" lanjut Mark.
Masih tak ada respon dari Gigi. "atau aku masih punya 30 menit buat temenin kamu jajan buryam di depan kompleks kalau kamu mau" tawar Mark lagi.
"sarapan yuk? dua sendok aja"
Gigi mendengus lalu memutar matanya "aku udah kenyang" balasnya dengan sedikit nada ketus.
"kenyang makan apa? kamu b——"
"Markie, udah deh. aku lagi diburu waktu nih mau ketemu klien" sela Gigi kesal.
Mark pun menghembuskan nafas panjangnya, dia melepaskan genggaman tangannya di lengan Gigi. "yaudah, tapi jangan lupa sarapan ya?"
Gigi kembali memutar matanya kesal "terserah aku" sungutnya kemudian pergi meninggalkan Mark di ruang tengah tanpa mengucapkan salam perpisahan atau memberikan a light goodbye cheek kiss yang biasa dia berikan.
Mendengar pintu pagar yang dibuka dan suara mesin mobil yang menjauh disusul dengan sapaan pagi Supir mereka, Mark mengusap wajahnya gusar karena rasa bingung akibat perilaku Gigi yang mengharuskan dia menebak nebak tanpa petunjuk. Menurutnya, dia on her period tidak cukup kuat untuk dijadikan alasan atas perilakunya yang seperti itu. Tapi, kalau bukan karena period, terus apa? Mark bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You ; Second Date II
Fanfiction; Sequel of Second Date Dunia ini lucu sekali bukan? Every woman calls out "woman support woman" and a second after they demand a perfection from other women. Where is the freaking "woman support woman" that they are calling for? Kelanjutan dari ki...