loving you is killing me slowly

1.6K 181 40
                                    

Lagi lagi mereka tidur pisah kamar. Sebenarnya Mark benar benar tidak suka dengan hal seperti ini, apalagi keputusan Gigi yang semena mena mengingat kata cerai yang keluar dari mulutnya semalam. Tapi, apa daya Mark? semakin Mark mencoba meraih wanita itu, Gigi malah akan semakin menjauh. Bisa bisa yang terjadi bukan lagi pisah kamar, melainkan pisah rumah seperti seminggu pertama setelah Gigi keguguran dulu——dia memilih tinggal seminggu di rumah orang tuanya dan menyembuhkan dirinya disana tanpa ingin diganggu Mark sama sekali.

"morning, Gi. Bi Rani lagi ke pasar, jadi aku yang nyediain sarapan" sapa Mark tersenyum melihat Gigi yang menuruni tangga dengan piyama tidurnya.

"kamu mau sarapan apa? sereal? oat milk as usual? or something that we can buy outside?" sambung Mark berdiri dengan mata yang mengikuti kemanapun Gigi berjalan.

Masih tak ada respon dari Gigi. Wanita itu hanya berjalan terus seakan Mark tak berdiri disana. Dia mendekati dispenser, melihat itu Mark ikut mendekati dispenser itu pula. Ia mengambilkan segelas air hangat untuk Gigi dan menyodorkannya pada wanita itu.

Namun, Gigi malah mengambil gelas lain dan mengisi minumnya sendiri. Membiarkan tangan Mark yang menggengam segelas air hangat menggantung diudara menunggu respon. Tanpa berkata sepatah kata pun, Gigi berbalik lalu membuka kulkas dan mengambil satu apel secara acak dari sana.

"Babe..." panggil Mark segera meletakkan gelas itu kemudian menyusul Gigi menaiki tangga.

"Gigi, aku manggil kamu loh" seru Mark.

Brak! pintu kamar Miko tertutup disusul dengan bunyi kunci yang diputar dua kali dari dalam. Mark mendengus kesal dengan tingkah Gigi yang seperti ini.

"Babe, lets talk. please, stop being childish, okay?" lirih Mark sambil mendekati bibirnya ke pintu, berharap suaranya bisa terdengar oleh Gigi yang ada di dalam sana.

Alih alih mendapatkan balasan dari wanitanya, dia malah mendengar lagu George Benson yang memenuhi kamar dan sengaja diperbesar. Mark menghembuskan nafas panjang dan mengacark rambutnya geram. Kalau dia menyerah dengan Gigi, itu sama seperti dia mengikuti kemauan Gigi soal ucapannya semalam and it was all a nightmare for him. the fucking nightmare that he wished was gone and GONE from his life.



Sejam kemudian, Mark masih duduk di meja makan seraya menyelesaikan satu part yang dia gantung semalam, part baru untuk proyek novel barunya. Kepalanya terangkat saat mendengar suara langkah Gigi yang menuruni tangga. Wanita itu terlihat begitu bersinar dengan satu pasang baju serta shot pants kotak kotak abu abu yang simple tapi terlihat elegan.

"kamu udah mau berangkat?" Mark sontak berdiri, mendekati Gigi yang lagi lagi mengabaikan Mark dan terus berjalan menuju ruang tamu.

"aku antar ya? aku hari ini ngantor jam 9 udah izin sama Johnny"

Karena Gigi yang terus jalan dan menghindari Mark, maka Mark yang melebarkan langkahnya dan berdiri di depan Gigi tepat untuk menghadang wanita itu.

"Babe" panggil Mark.

"aku antar ya? ntar juga aku balik agak cepat dari kantor, soalnya mau ngurusin proyek novelku" jelas Mark.

Senyumnya terangkat saat mata coklat Gigi dan miliknya bertemu. "ya?" harap Mark.

"minggir, aku mau ke toko ka——"

"yang di Blok M kan? aku antar" potong Mark.

"aku bisa sendiri" tukas Gigi berhasil menghindari Mark dan berjalan melalui Mark.

"Gigi" panggil Mark membalikkan tubuhnya.

"you can kill me if you treat me like this" ungkap Mark, menatap pilu Gigi yang kini sibuk menggunakan wedges nya.

 The Perfect You ; Second Date IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang