Senyum Gigi tak juga luntur sejak pesawat mereka landing dengan sempurna di bandara Internasional John F. Kennedy (JFK) New York. Sebenarnya dia merasa jetlag, tubuhnya pun merasa lelah bukan main. Lagipula siapa yang tidak akan lelah melakukan perjalanan hampir seharian di atas pesawat, belum lagi harus transit di beberapa negara melewati berbagai zona waktu yang berbeda. Namun, semua itu masih kalah dengan rasa senang yang muncul ditubuhnya ketika kakinya berhasil menapak di New York.
Jujur saja, walau dia masih merasa sedikit terpaksa ikut dengan mark ke New York tapi lubuk hati paling dalamnya berterima kasih pada Pria yang kini sibuk mengangkat koper koper mereka ke troli. Sudah hampir 5 tahun dia tak berkunjung ke negari para pemimpi ini, 5 tahun lamanya yang ia habiskan untuk membesarkan usahanya sampai lupa kalau dia tak pernah lagi kesini. Gigi kenal New York bahkan dia kenal sudut sudut New York, dia pernah tinggal disana selama 2 tahun, tepat setelah ia lulus dari london Fashion College nya ia sempat mengambil magang di salah satu butik New York sebelum memutuskan kembali ke Indonesia. Ya, intinya New York adalah salah satu tempat bersejarah bagi Gigi, tempat dia merasakan masa masa lajang, happy, dan masa mudanya.
"looks like someone is really happy to be back in New York" goda Mark sembari mendorong troli barang mereka menuju pintu kedatangan.
Gigi terkekeh, "Of course, I am. Look at this crowd, a crowd that is truly New York, a crowd that can't be found in Jakarta" seru Gigi dengan mata yang mengelilingi kawasan JFK yang suasananya sangat New York sekali.
"glad to see you happy" bisik Mark kemudian dengan jail mengecup daun telinga Gigi.
Wanita itu tergelak, alih alih salah tingkah dia malah memelototi Mark seakan apa yang Mark lakukan adalah sebuah kesalahan. "why? we are in New York, babe. there's no asian culture here. I mean, no one cares" seru Mark.
"all right, it doesn't mean you are allowed to kiss me in public Antonio Mark" tegur Gigi tapi masih dengan senyum di bibirnya.
Mark tergelak, "okay okay, but I glad to see you happy right now"
"I should Thank to you, Mark"
Mark menggeleng "No you, but Me"
Mata Gigi tak berhenti melihat sekitar, mengobervasi para pengunjung bandara yang sibuk berlalu lalang kesana kemari disekitarnya. 5 tahun dia tak ke New York, ternyata tak ada perubahan besar yang bisa dia temukan. Masih seperti 5 tahun lalu, Para *New Yorkers——they called themself as New Yorkers. People who live in New York with a never-ending bustle——*dengan mata yang tertutup kacamata hitam, hot americano or latte starbucks yang ada ditangan kiri mereka, serta handphone yang terjepit diantara telinga juga leher karena tangan yang begitu penuh dengan barang bawaan. Benar benar aura sibuk New Yorkers yang tak ada habisnya.
Melewati sekumpulan keramaian di bandara, Gigi semakin dibuat terpukau dengan berbagai aksen yang terdengar masuk ke telinganya. Di ujung sana dia bisa melihat sekumpulan mexican dengan aksen meksiko mereka, ada para remaja american-asian yang menunggu bagasi mereka sembari bercakap cakap dengan mencapur dua bahasa, serta turis turis yang Gigi yakini adalah sekumpulan orang Eropa dengan aksen british mereka yang begitu khas. Wanita itu bisa menemukan berbagai jenis orang di JFK, orang orang yang sekadar untuk liburan atau mengejar mimpi mereka——seperti Mark.
"kamu lapar kan? mau makan apa?" suara Mark memecah fokus Gigi.
"eh? what did you say, babe?"
"you are hungry, aren't you? what you gonna eat?"
"up to you, I love every New York foods" aku Gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You ; Second Date II
Фанфик; Sequel of Second Date Dunia ini lucu sekali bukan? Every woman calls out "woman support woman" and a second after they demand a perfection from other women. Where is the freaking "woman support woman" that they are calling for? Kelanjutan dari ki...