epilogue

1.9K 136 14
                                    

Aku jalan sedikit terburu buru memasuki salah satu restauran mahal di hotel bintang lima Jakarta Selatan. Karena terlalu sibuk dengan skrip film, Aku hampir lupa soal rencana makan malam bersama Mark, Gigi, juga 3 orang muda mudi yang sekarang sudah sebesar dirinya. Sebelum melangkah masuk ke restaurant, ku perbaiki ikatan rambutku, kembali menyemprotkan cologne ke beberapa titik nadi, dan sedikit mengoleskan lipbalm di belah labiumku. 

Setelah yakin dengan penampilan, ku beranikan diri untuk melangkah memasuki restaurant tersebut. Mataku mengelilingi suasana restaurant mahal itu, mencari dimana——oh ternyata disana. Senyumku mengembang ketika Pria paruh bayah yang kini berada dipertengahan umur 40 tahun itu mengangkat tangan dan melambaikan tangannya padaku. Itu Mark, salah satu manusia yang bagiku adalah seorang malaikat penyelamat hidupku. 

"Om kira kamu gak datang" ucap Mark. 

Aku tersenyum, lalu memeluknya juga Gigi secara bergantian "no, it'll be never happened" 

"you look great, honey" sapa Gigi ketika ku peluk tubuhnya. 

"you too" balasku. 

Lalu pandanganku jatuh pada Garend juga Ganesh yang sekarang sudah begitu besar, bahkan sudah lebih tinggi dan besar dibanding diriku. "Hai kak" sapa Ganesh.

"Hi Matta"oh yes, Garend is the only Mark who called me without kak things. 

"Hi guys, aku kira kalian bakal bawa pacar kalian" ucapku kemudian mendudukkan diriku disamping kursi kosong yang pasti kursi Misella. 

"Gak dibolehin Mamih, katanya ini quality time khusus kita" jelas Ganesh. Aku mengangguk paham, kemudian melempar senyum kecil pada Gigi yang juga menatapku dengan pandangan I'm doing the right things, right. 

Ketika kita sibuk membicarakan tentang perkembangan magang yang dilakukan Garend, tiba tiba seruan muncul dari ujung restaurant. Seruan yang memanggil namaku dengan nada gembira. Namaku yang dipanggil, tapi satu restaurant menoleh. Melihat siapa dalang dari seruan itu, Aku dan Gigi hanya bisa menggeleng gelengkan kepala. She is Misella. 

"Kak Matta!" serunya. Gadis yang kini sedang menempuh tahun akhir di SMA nya berlari dengan dress hitam simple nan elegan menghampiri meja kita. 

"Misell, kamu kenapa teriak teriak sih. Malu dilihatin satu restauran" tegur Gigi sembari melihat orang orang di restauran yang melihat meja mereka karena Misella. 

"I'm sorry, Mih. I'm just too excited to meet my girl, my beloved girl" setelah mendudukkan dirinya, Misella langsung memeluk diriku dari samping. Aku pun jelas membalasnya. Hubunganku dengan Misella terbilang sangatlah dekat, bahkan lebih dekat dibanding diriku dengan Mark juga Gigi. Saking dekatnya, Misella terkadang meminjam namaku bila ingin pergi kencan dengan pacarnya. Salahkan pada dua kakaknya yang begitu protektif.

Makan malam itu berjalan lancar, kami menikmatinya sembari membicarakan tentang apa yang terjadi belakangan ini pada hidup kita, membicarakan kemana Misella akan melanjutkan kuliahnya, kehidupan Ganesh sebagai maba di kosan——yang bagiku lebih cocok disebut apartement——serta Garend yang terus mengeluh berkedok meminta saran. Jelas tak lupa tentang cerita cerita Gigi bersama kliennya yang bagiku tak pernah bosan untuk didengarkan. Mark? Pria paruh bayah itu tak bercerita sama sekali, ia hanya memancing kita semua dengan pertanyaan pertanyaan yang membuat cerita semakin panjang. as usual, dia hanya menjadi pendengar setia dan akan bersuara bila saran atau pendapatnya dibutuhkan. 

"oh yeah, I've read your draft" sahutku setelah menikmati dessert yang disajikan. 

Mark mengangkat kepalanya "which draft?" tanyanya, karena begitu banyak draft cerita yang ia miliki dan ia pilih untuk tak di publish. 

 The Perfect You ; Second Date IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang