Mobil Mark akhirnya berhenti di depan gerbang yayasan, Pagi ini, sebelum jam makan siang——lebih tepatnya jam brunch——Pria itu mengantarkan Gigi ke yayasan tempat Martha berada untuk membicarakan rencana mereka pada Bu Christy juga Martha. Mark tak bisa ikut andil, karena urusannya perihal resign dengan Antonio belum selesai. Dan semua itu harus selesai hari ini sebelum dia bersiap siap kembali ke New York lusa.
"kamu hati hati yaa" pesan Mark setelah mengecup puncak kepala Gigi.
Gigi mengangguk "iyaa"
"kalau ada apa apa, telpon atau chat aku"
"iya Markieeee" ucap Gigi lagi.
Setelah memastikan wujud punggung Gigi tak lagi ada di jarak pandangnya, Mark pun kembali melaju mobilnya menuju kantor. Syukurlah, saat itu jalan yang ia lewati sedang tak macet, sehingga hanya butuh 15 menit untuk sampai di kantor dari yayasan.
"owh, look who is this. sebulan gak masuk kantor, sekalinya masuk dengan watados nya" sindir Johnny.
Mark terkekeh "sorry, gue kan kesini mau ketemu Papa"
Saat mereka di lift, dua orang itu tak sengaja bertemu Alice ketika pintu lift terbuka di lantai 12. Wanita berambut sebahu itu kaget tapi masih bisa menampilkan senyum lebarnya disana. "Loh, Mark——maksudnya Pak. Bapak kemana aja? gimana kabarnya" tanya Alice.
Sejujurnya, Mark bingung dan juga kagum dengan Alice. Wanita itu bisa berlagak tak terjadi apa apa diantara mereka setelah insiden Mark menolaknya mentah mentah. Mungkin memang tidak harus canggung, tapi setidaknya ada sedikit rasa canggung kan diantara mereka? tapi kenapa Alice tidak? kenapa dia masih bisa menyapanya tanpa rasa aneh sama sekali?
Pria tinggi disamping Mark terkekeh menyadari Alice yang langsung merubah subjek panggilannya pada Mark karena keberadaannya. "santai aja kali, gue tau kok lo berdua PERNAH dekat" tegas Johnny pada satu kata sebelum kata terakhir.
Alice hanya bisa tersenyum kikuk, dia lalu menoleh pada Mark "Bapak ada urusan apa ke ruangan Direktur?"
"ada urusan kel——"
"dia mau resign, Lice" potong Johnny.
Mendengar Johnny yang asal ceplos, membuat Mark membulatkan matanya pada Pria itu. Sebenarnya Mark tak ingin kepergiannya dan resign nya ditahu satu kantor. Dia ingin pergi diam diam. Lagipula dia tak dekat dengan banyak anak kantor disini, hanya Johnny lah orang terdekatnya di kantor Ini. Jadi, mungkin resignnya pun tak terlalu membekas bagi yang lain.
Sama halnya dengan Mark, raut wajah kaget begitu terpampang jelas di wajah mungil Alice. Baru saja ingin bertanya, mulutnya dihentikan dengan——Ting! suara dentingan lift yang disusul dengan pintunya yang terbuka.
Dua orang bersaudara itu terlihat sedikit terburu buru, sehingga Alice benar benar tak sempat menyuarakan pertanyaannya. "kenapa resign ya, padahal belum genap setahun" keluhnya.
Seorang sekretaris yang Mark dan Johnny kenal adalah Tom langsung berdiri ketika melihat kedatangan dua bersaudara itu. Iya, Tom adalah sekretaris Direktur——Antonio. "Papa ada?" tanya Mark sembari menunjuk pintu coklat berbahan kayu yang dipoles begitu indah sehingga terlihat mahal dan elegan.
"ada, Pak" jawab Tom. Tom jelas kurang dekat dengan Mark——siapa sih yang dekat dengan Mark kalau setengah hidup anak itu hampir dia habiskan di negeri orang?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You ; Second Date II
Fiksi Penggemar; Sequel of Second Date Dunia ini lucu sekali bukan? Every woman calls out "woman support woman" and a second after they demand a perfection from other women. Where is the freaking "woman support woman" that they are calling for? Kelanjutan dari ki...