Pria berkacamata itu kini duduk di meja makan sambil menghabiskan sarapan dengan metode asal ada yang dia masuk diperutnya. Bi Rani yang melihat salah satu majikannya seperti itu hanya bisa pasrah dan menatapnya iba. Sejak pulang dari mencari Gigi semalam, Mark belum makan sama sekali. Bahkan pagi ini, dia harus dipaksa Bi Rani dulu baru makan. Itupun makannya enggan tak enggan seperti itu. "Bapak mau saya bikinkan sereal kesukaan bapak?"
Mark dengan penampilan berantakannya itu menggeleng pelan. "this is en——maksudnya ini cukup kok Bi" lirih Mark dengan suara beratnya.
Bibir Bi Rani membulat ketika melihat lebam di bagian rahang kiri bawah Mark. "wajah bapak luka, saya ambilkan kompresan ya?" tawar Bi Rani.
Baru saja melangkah kebelakang, kaki Bi Rani berhenti dengan suara Mark "gapapa Bi, nanti sembuh dan ilang sendiri kok. makasih ya Bi"
Karena majikannya sudah berkata seperti itu, jadi Bi Rani hanya bisa mengikutinya dan memutuskan untuk melanjutkan bersih bersihnya.
Mark tak tidur nyenyak sejak semalam, lebih tepatnya dia tak bisa tidur tapi memaksa untuk tidur hingga yang terjadi dia merasa tak benar benar terlelap. Pikirannya melayang layang terus ke Gigi. Hari ini adalah hari kerja, harusnya Gigi pulang ke rumah kemudian bersiap untuk ker——ah iya, dia sama sekali belum mengecek butik wanita tersebut. Bisa saja dia tidur disana, mengingat ada kursi malas panjang yang tergeletak di ruangan Gigi.
Menyadari satu tempat yang ia lewati itu, Mark langsung berdiri pergi meninggalkan roti bakarnya yang masih tersisa dengan segelas teh yang belum dia sentuh sama sekali. Mendengar grasak grusuk itu, Bi Rani hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya.
____________________
Karena ada kemungkinan Gigi menginap di butiknya dan dia datang sepagi ini, Mark memilih untuk singgah di salah satu toko kecil yang menjual berbagai jenis makanan untuk sarapan. Dari nasi goreng di wadah plastik, nasi kuning, bubur ayam di wadah sterofoam, hingga kue kue basah yang begitu lengkap. Sembari menunggu para pegawai toko melayani pembeli lain, Mark memikirkan apa yang akan dia pesan, kue kue apa yang mungkin akan Gigi suka dan dia sukai. kue lapis legit kah? bolu kukus? kue hijau gulung itu? Panada? atau klapeertart? Mark bingung.
"ehm——eh sini dulu, gue gak bisa ngomong inggris" salah seorang pemuda yang sepertinya hendak melayani Mark memanggil salah satu temannya.
"apa?" temannya datang, melihat penampilan Mark dengan rambut coklat mudanya pemuda itu langsung bersuara "ngana kira kita tau bahasa inggris? nyanda" balasnya dengan logat.
"aih, baru siapa——"
"eh, saya bisa bahasa Indonesia kok" sela Mark yang tersadar dia dibicarakan.
Teman pelayan yang menggunakan logat itu memukul bahu pemuda tersebut "tuh, bisa bahasa indonesia si bapak. ngana ini bikin panik saja pa kita" ucapnya kemudian meninggalkan pemuda tersebut dengan Mark.
"eh, tapi maaf ya pak kita gak terima dollar" pesan pemuda tersebut.
Mark terkekeh "saya tinggal disini kok, saya bayar pakai rupiah"
"aduh maaf ya pak, saya takut kena omel ibu"
Mark kembali terkekeh, dalam hatinya dia berterima kasih karena pemuda yang melayaninya ini. Dia jadi tertawa sedikit. "hahah iya"
"jadi bapak mau kue yang mana?" tanyanya dengan tangan yang setengahnya sudah didalam etalase sambil memegang penjepit kecil.
"hm, saya bingung sebenarnya" aku Mark. Pemuda itu dengan semangat langsung menjelaskan jenis jenis kue yang sempat Mark tunjuk, bahkan memberikan honest review nya tentang kue tersebut juga memberikan keyakinan pada Mark pada kue kue yang enak baginya secara personal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect You ; Second Date II
Fanfiction; Sequel of Second Date Dunia ini lucu sekali bukan? Every woman calls out "woman support woman" and a second after they demand a perfection from other women. Where is the freaking "woman support woman" that they are calling for? Kelanjutan dari ki...