[ OBSESSION SERIES I ]
"Lo bukan cinta sama gue, tapi terobsesi!"
"You're wrong honey, I love you and i'm obsessed at the same time!!"
- O B S E S S E D F R I E N D -
Start : 12 Januari 2022
Finish : 07 Maret 2023
Highest rank🏆
#1 - Umum [ 30 Mar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°°°
Sesuai janji kemarin ya, kalo udah terpenuhi aku langsung update xixi.
Untuk yang komen dan juga vote Terima kasih. Sumpah komen kalian bikin mood ku naik. Terlebih lagi chalristi, makasih ya atas boom komen kamu💓.
Part ini mungkin agak panjang ya, 4700 kata. Selamat membaca~
°°°
"Terima kasih Satyo atas bantuan kamu terhadap panti Asuhan ini." Seru sang wanita paruh baya kepada seseorang yang disebut bernama Satyo.
Satyo tersenyum, lantas merasa senang karena telah membantu. "Tidak perlu berterima kasih bu, lagian ini emang sudah kewajiban saya untuk selalu membantu tempat ini." Balasnya menimbulkan senyuman teduh di kedua sudut bibir Sabrina, sang pengurus panti.
Panti asuhan yang terletak di kawasan pinggiran kota tersebut merupakan sebuah tempat dimana Satyo menghabiskan masa kecilnya di sana. Masa kecilnya yang suram dikarenakan kedua orang tuanya yang meninggal karena pembunuhan, membuat dirinya harus menjalani masa kehidupannya di panti asuhan yang sudah tua di makan usia itu.
Hingga di saat dirinya sudah remaja, dan mendapatkan sebuah beasiswa untuk bersekolah di tengah kota. Membuat Satyo pun mau tak mau harus pergi meninggalkan panti asuhan tersebut untuk mengejar mimpinya.
Dan sekarang adalah masa di mana dirinya untuk membantu pembiayaan mengenai panti asuhan tersebut. Dari gaji bulanan yang dirinya dapat, baik menjadi guru serta hasil dari beberapa kafe yang di rilis. Dia sedikit menyisihkan separuh gajinya untuk membantu kebutuhan panti asuhan tersebut. Sebagai bentuk ucapan rasa terima kasihnya selama ini.
Mendengar perkataan Satyo, orang yang telah dia rawat sedari kecil, membuat Sabrina tersenyum haru. Dia mengelus bahu pria itu. "Ibu bangga banget sama kamu nak, jika kedua orang tuamu masih ada. Mungkin mereka akan merasakan hal yang sama seperti Ibu."
Satyo membalas sentuhan Sabrina di bahunya. "Jika dulu Ibu nggak ada, mungkin sekarang saya-"
"Sssttt." Sabrina cepat-cepat menutup mulut pria yang sudah dirinya anggap anak itu. "Kamu jangan pernah berpikiran yang seperti itu nak. Apapun yang sudah terjadi itu sudah takdirnya. Ibu di sini memang ditakdirkan untuk bertemu dan merawat kamu sampai sesukses sekarang."
Satyo tidak kuasa menahan tangisnya, buru-buru dia menarik Sabrina ke dalam pelukannya. "Makasih bu, Terima kasih sudah mau merawat saya dengan penuh kasih sayang selama ini."
Sabrina mengangguk, wanita itu ikut menangis lantaran suara isakan Satyo yang terdengar cukup menyayat hatinya. "Tidak perlu berterima kasih nak," Sabrina melepaskan pelukan tersebut, lalu menangkup wajah Satyo. "Ini emang udah kewajiban Ibu, karena kamu sendiri udah ibu anggap sebagai anak."