•••
Suara tembakan kala itu terdengar jelas sekali. Menembus indra pendengaran bagi beberapa orang yang berada di dalam ruangan tersebut. Tak ada suara, hanya ada keheningan yang begitu menyakitkan jika di rasa. Tatapan penuh kebencian serta kekecewaan masih di tunjukkan, meski rasa iba dan tak tega luput ikut menunjukkan intensinya.
Deru napas terdengar begitu tidak beraturan, sarat akan ketakutan serta ketidaksiapan diri dalam menghadapi hal buruk yang menimpanya. Tapi sesaat suara tembakan tersebut terdengar, benaknya bertanya-tanya... Kenapa tak ada rasa sakit yang dirasa?
Kedua matanya yang awalnya tertutup itu perlahan terbuka, menatap penuh penyesalan kepada seseorang yang telah di anggap sebagai anaknya sendiri. Hatinya merasa sakit, ketika lagi-lagi dirinya harus mendengar isakan tangis yang teramat memilukan. Jiwanya terguncang, bahkan isak tangis ikut menemani tatkala menyadari betapa bodoh tindakannya terhadap pria di hadapannya.
Diibaratkan sebuah kertas yang telah di remas hingga tidak terbentuk, kemudian di coba untuk mengembalikannya kembali ke bentuk semula walau mustahil. Meski bentuk kertas tersebut telah kembali ke bentuk asalnya, tapi tidak dengan lekukan acak yang masih terlihat walau samar. Sama halnya dengan kepercayaan Farel yang telah dirinya hancurkan. Selama apapun nanti dia mengabdi kepada pria itu, mungkin sampai mati dia tak akan dapat lagi kepercayaan dari Farel. Kepercayaan Farel terhadapnya telah hancur, menyisakan penyesalan yang amat terasa dalam benaknya.
"Fa-Farel... Ke-kenapa?"
Farel mengepalkan kedua tangannya, benci akan kelemahannya yang tidak bisa membunuh Nina-- setelah semua penghianatan yang wanita itu lakukan.
Farel mengutuk hatinya yang lemah jika telah berkaitan dengan wanita itu, wanita yang telah membesarkannya setelah kedua orang tuanya tiada. Meski dia tahu jasa Nina begitu besar terhadapnya, tapi untuk hal penghianatan... Hukuman harus tetap diberlakukan bukan?Tapi...
"Bi Nina..." Ujarnya dengan nada rendah. Benaknya sudah terlalu lelah, lelah akan semua masalah beruntun yang tak kunjung usai ini-- meski kenyataannya dia begitu menikmatinya walau menyakitkan. Kedua matanya menatap ke arah dinding dekat kaki Nina yang berlubang akibat tembakan yang dia luncurkan. Karena perasaan asing tersebut dia memilih untuk tidak menembak Nina dan malah melampiaskannya ke dinding kokoh yang tidak bersalah.
Nina kembali meluncurkan air matanya, ketika Farel menatapnya dengan kedua mata yang memerah. Wanita itu menggelengkan kepalanya, merasa benar-benar menyesal akan tindakannya yang telah menyakiti pria tersebut.
"Ma-maaf,"
"Gue nggak butuh kata maaf dari penghianat kayak lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed Friend ☑️
Teen Fiction[ OBSESSION SERIES I ] "Lo bukan cinta sama gue, tapi terobsesi!" "You're wrong honey, I love you and i'm obsessed at the same time!!" - O B S E S S E D F R I E N D - Start : 12 Januari 2022 Finish : 07 Maret 2023 Highest rank🏆 #1 - Umum [ 30 Mar...