EPILOGUE : Sasha Alwiyana

5.3K 128 8
                                    

KETUKAN jari nampak terlihat anggun di sebuah meja yang di atasnya telah tersedia beragam minuman keras bermerek mahal. Dengan penuh penghayatan dia meneguk setiap cairan mahal itu ke dalam mulutnya, mengalirkan sensasi menyenangkan bagi jiwanya yang sedang terasa bersemangat sekarang ini.

Mata bulatnya itu kemudian memperhatikan sebuah tabung berukuran besar di depannya-- berisi tubuh seseorang. Senyum miring nya pun perlahan terbit, bersamaan dengan tubuhnya yang menegak dari yang sebelumnya bersender di badan kursi.

"Lo tahu, sayang?" Wanita itu mulai berujar, menatap tabung itu-- atau lebih tepatnya seseorang yang berada di dalam tabung besar tersebut dengan pandangan penuh cinta. "Gue nemuin sebuah mainan baru." Lanjutnya.

"Dan rasanya gue udah nggak sabar banget buat mainin mereka." Dia berujar dengan binaran mata yang terlihat antusias, namun tak lama setelahnya merunduk lesu. "Namun sayangnya, lo nggak bakalan bisa ikut gue main."

Di selang menit berikutnya, tawa lebar perlahan terdengar memenuhi keseluruhan ruangan-- sembari sesekali menggerakkan gelas berkaki yang ada di tangannya. "Tapi tak apa, gue bisa main sendiri. Terlebih karena sekarang lo udah mati?" Ujarnya, lalu kembali menyenderkan tubuhnya. "Jadi mana mungkin kan, orang mati kayak lo bisa ngelakuin apapun?"

Wanita itu kemudian bangkit dari tempat duduknya, mengitari meja dengan langkah anggun guna berdiri di depan tabung berukuran besar tersebut. Dengan wajah yang dihiasi senyum tipis dia mulai sedikit berjinjit di sana, guna menempelkan permukaan bibirnya di tabung tersebut-- berhadapan dengan bibir Farel yang matanya telah terpejam rapat.

Cukup lama Sasha meletakkan bibirnya di sana, sebelum kemudian menariknya dengan pelan dan berucap...

"Tapi walaupun begitu, gue bakalan selalu cinta sama lo, sayang." Dia menerbitkan senyum lebarnya, dan menggerakkan salah satu tangannya guna mengusap permukaan tabung itu dengan lembut.

"Dan sampai kapanpun akan selalu seperti itu..."

***

Suara teriakan kencang langsung menggema memenuhi keseluruhan ruangan yang diterangi cahaya temaram itu. Teriakan yang didominasi karena penderitaan dan kesakitan tersebut terus saja terdengar, memecah keheningan ruangan bawah tanah yang hampir seluruh penjurunya dihiasi dengan benda-benda tajam nan juga hiasan dari kepala hewan. Bising-bising dari peralatan tajam pun ikut terdengar, hingga berakhir dengan suara tawa puas yang menguar jelas.

Melihat darah yang mengalir dengan derasnya dari sebuah tangan yang baru saja terpotong, secarik senyuman manis perlahan mulai terlihat di wajah Sasha Alwiyana. Wanita yang kini telah menjadi seorang pemimpin di perusahaan milik mendiang Farel itu mendekati ketiga orang pria yang pernah meremehkannya dulu. Dan mengangkat dagu salah satu di antara mereka yang kini meringis karena telinganya yang putus.

"Masih inget gue?" Tanyanya dengan nada sedikit mencemoh, lalu tanpa jijik menekan bekas luka di telinga pria itu sehingga semakin mengeluarkan darah segar. Dia menyeringai.

"Gimana rasanya ketemu lagi sama gue setelah semua hal yang terjadi?" Pria yang dalam genggaman Sasha tidak dapat menjawab, tubuhnya sudah terlalu lemas akibat di siksa dengan beragam benda tajam di tempat tersebut. Dalam benaknya dia begitu tak menduga jika harus dipertemukan kembali dengan wanita yang merupakan kekasih bosnya dulu.

Yudha Aditama.

"Nggak bisa jawab?" Sasha berdecak, lalu beralih ke pria di sebelahnya yang menangis dikarenakan bola matanya yang telah terlepas sebelah. Sasha tertawa kecil, lalu mengambil alat yang dia gunakan untuk mencabut mata tersebut dengan senyuman manis di bibirnya.

Obsessed Friend ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang